TEMPO.CO, Jakarta - Ida adalah hurikan yang sangat kuat, Kategori 4—satu level saja dari yang terburuk, ketika menerjang daratan di Louisiana juga Mississippi, Minggu sepekan lalu, 29 Agustus 2021. Mengempaskan anginnya yang berkecepatan 150 mil per jam atau lebih dari 241 kilometer per jam, badai itu melucuti setiap atap bangunan dan merobohkan tiang-tiang listrik. Hurikan Ida juga melepaskan dinding air raksasa dari lautan yang mampu menyapu rumah-rumah dari akar fondasinya serta melemparkan perahu-perahu dan tongkang dari tambatannya.
Perubahan iklim telah membantu Hurikan Ida tumbuh kuat dengan cepat tepat sebelum menyentuh daratan. Hanya dalam 24 jam, kekuatannya melompat dari kategori 1 menjadi 4 bersamaan pergerakannya ke perairan Teluk Meksiko yang hangatnya abnormal. Suhu permukaan laut di teluk itu menjadi sehangat bak mandi—sekitar 30 derajat Celsius, atau beberapa derajat lebih panas daripada suhu rata-ratanya menurut data pengukuran National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA).
Panas ekstra itulah yang telah berperan sebagai bahan bakar dari pertumbuhan supercepat Hurikan Ida. Panas di atmosfer adalah energi, dan hurikan-hurikan dengan energi yang lebih besar memiliki kecepatan angin yang lebih cepat dan muka lautnya yang naik lebih tinggi sehingga semakin luas daerah yang kena terjangan gelombangnya. Menurut para ilmuwan, seiring dengan Bumi yang terus menghangat maka hurikan-hurikan besar yang tumbuh supercepat semacam Ida akan lebih sering terjadi.
Trennya sudah terlihat di Samudera Atlantik sejak 2019 lalu: badai yang tumbuh dari kawasan ini selalu tumbuh kuat dengan cepat. Badai dari Atlantik, seperti halnya Ida, akan melintasi periran dangkal dan hangat, yakni Laut Karibia.
Penduduk di sepanjang perairan Gulf Coast, Amerika Serikat, pun telah hidup dengan kenyataan iklim yang berubah itu selama beberapa tahun belakangan. Hurikan Harvey pada 2017, Michael pada 2018, dan Laura pada 2020 seluruhnya tumbuh semakin intensif dengan cepat sebelum mereka tiba di daratan. Kini, Hurikan Ida menambah panjang daftar itu.
Sebelum sampai ke daratan Louisiana seminggu lalu, kecepatan angin Hurikan Ida meningkat 65 mil per jam hanya dalam 24 jam. Padahal, para ilmuwan mendefinisikan sebuah badai tumbuh dengan cepat tak normal jika kecepatan anginnya melonjak hingga 35 mil per jam dalam 24 jam atau kurang dari itu. Hurikan Ida tumbuh dua kali lebih cepat daripada dalam definisi itu.
Hurikan seperti Ida membawa bahaya semakin besar karena tersedia semakin sedikit waktu untuk penduduk bersiap menghadapinya. Saat badai itu menunjukkan jati dirinya, akan terlalu terlambat untuk dilakukan evakuasi.
Mobil-mobil yang hancur terlihat di bawah puing-puing reruntuhan bangunan setelah diterjang Badai Ida di Louisiana, di Thibodaux, Louisiana, AS, 1 September 2021. REUTERS/Marco Bello
Perairan hangat yang tidak normal juga menambah besar risiko banjir karena hurikan. Setiap badai menyerap kelembapan udara di atas perairan untuk mereka tumbuh dan bawa serta tumpahkan saat tiba di daratan sebagai hujan. Semakin hangat perairan—dan semakin panas suhu udara—semakin banyak uap air yang bisa diisapnya.
“Untuk setiap penambahan satu derajat, kejadian hujan ekstrem yang mengikuti datangnya badai juga diprediksi semakin intensif tujuh persen,” kata ketua tim ilmuwan di Nature Conservancy dan professor di Texas Tech University, Katharine Hayhoe.
Anak-anak memanjat pagar taman bermain yang terendam banjir akibat terjangan Badai Ida di Brooklyn, New York, AS, 2 September 2021. REUTERS/Caitlin Ochs
Bahkan wilayah yang jauh dari pantai pun berisiko dari banjirnya. Itu sebabnya para ahli meteorologi telah memperingatkan penduduk di sebelah timur laut yang wilayahnya akan dilintasi Hurikan Ida saat menuju Atlantik Tengah untuk mengantisipasi curahan hujan yang sangat berbahaya. Terbukti, New York dan New Jersey mencatat rekor hujan terlebaat pada Rabu lalu. Banjir yang terjadi kemudian menewaskan sedikitnya 49 orang.
NPR, CNN, WASHINGTON POST
Baca juga:
Ganasnya Kebakaran Hutan Kini, Malam-malam Tetap Berkobar