TEMPO.CO, Jakarta - Sebuah tim peneliti di The Hong Kong Polytechnic University telah mengembangkan cara cepat dan murah untuk menguji antibodi SARS-CoV-2, virus penyebab Covid-19, pada pasien. Hasil penelitiannya dipublikasikan di jurnal Science Advances.
Dalam penelitian dijelaskan bahwa ketika seseorang terinfeksi virus SARS-CoV-2, sistem kekebalannya merespons dengan menciptakan antibodi sebagai salah satu cara untuk melawan infeksi tersebut. Sistem kekebalan terus memproduksi antibodi tersebut lama setelah infeksi telah dibersihkan.
Sayangnya, masih belum diketahui berapa lama tubuh terus membuatnya, sehingga diskusi mengenai kapan harus memberikan suntikan booster menjadi panas dalam beberapa minggu terakhir.
Cara yang mungkin untuk mengurangi wacana semacam itu dan untuk meringankan pikiran pasien, adalah akses ke perangkat pengujian murah dan tersedia yang dapat mengukur tingkat antibodi yang dihasilkan oleh individu tertentu.
Perangkat semacam itu juga akan dapat melaporkan jika seseorang sebelumnya telah terinfeksi virus SARS-CoV-2, atau jika mereka telah divaksinasi. Dalam upaya baru ini, para peneliti di Hong Kong mengklaim telah menciptakan perangkat semacam itu.
Perangkat baru ini didasarkan pada penggunaan transistor elektrokimia organik—jenis transistor yang mengalirkan arus yang dikendalikan ion dalam elektrolit setelah disuntikkan ke dalam konduktor. Dalam hal ini, para peneliti menggunakannya untuk mengubah sinyal biologis dalam cairan tubuh menjadi sinyal listrik yang dapat dianalisis menggunakan perangkat lunak di smartphone.
Untuk memanfaatkan transistor, para peneliti menempatkan mereka di dalam strip plastik individu yang kemudian dipasang ke perumahan. Selama penggunaan, setetes darah atau air liur akan ditempatkan di strip, yang memungkinkan transistor untuk melakukan tugasnya.
Agar lebih mudah digunakan, para peneliti menggunakan Bluetooth sehingga pengujian dapat dilakukan secara nirkabel. Setelah analisis dimulai, hasil dapat dikembalikan dalam waktu lima menit. Para peneliti mengklaim bahwa strip plastik hanya berharga US$ 1 setara Rp 14 ribuan.
Para peneliti telah menguji perangkat mereka dan menemukan itu sangat akurat ketika menganalisis sampel darah dan air liur. Mereka juga telah membuat pengaturan untuk perangkat mereka untuk memulai uji klinis sesegera mungkin.
MEDICAL XPRESS | SCIENCE ADVANCES
Baca:
Kenapa Vaksin Janssen dan Cansino Bisa Hanya Sekali Suntikan? Ini Penjelasannya