TEMPO.CO, Yogyakarta - Siswa kelas X Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Yogyakarta, Karang Jimbaran Setyatrisila, 15 tahun, meraih medali emas dalam Conference of Young Social Scientists (ICYSS) 2021. Karang mendapatkannya untuk penelitian bidang sejarah dari ajang yang dihelat secara online dari Belgrade, Serbia, pada Juni 2021 lalu.
Prestasi Karang mendapat perhatian dari Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas yang datang ke MAN 1 Yogyakarta untuk memberikan penghargaan secara khusus pada hari ini, Rabu 29 September 2021. "Penelitian saya berfokus pada kerukunan umat beragama Hindu dan muslim khususnya di Karangasem, Bali," kata Karang saat ditemui usai mendapat penghargaan tersebut.
Karang menuturkan, dari penelitian sejarah yang dilakukannya pada awal tahun ini tersebut didapatinya kunci kerukunan umat beragama yang tercipta di wilayah Karangasem sejak masa kerajaan-kerajaan pada 1806. Menurutnya, masyarakat kerajaan Hindu awal dan masyarakat muslim yang berasal dari Lombok sudah saling menanamkan prinsip saling menghargai perbedaan.
"Hubungan antar umat di Karangasem itu sampai sekarang masih terjaga aman dan damai karena ada sebuah tradisi yang diwariskan turun temurun Kerajaan Hindu dan masyarakat Muslim di sana," kata Karang.
Tradisi yang dimaksud Karang yakni Megibung semacam tumpengan. Kegiatannya berupa duduk bersama untuk saling berbagi satu sama lain dalam bentuk makan bersama dalam satu nampan.
"Jadi jika Kerajaan Hindu usai memenangkan perang dengan pihak lain atau ada kegiatan lainnya, mereka pasti mengundang masyarakat Muslim di sana untuk makan bersama di kerajaan," kata dia.
Usai masa masa peperangan antar kerajaan, tradisi itu tetap dijalankan namun tidak lagi bertempat di kerajaan. Melainkan oleh masyarakat di Karangasem di luar kerajaan.
Karang berharap, kehidupan toleransi dan kerukunan antar umat beragama dapat lebih terjaga di berbagai tempat di Indonesia. "Apalagi sekarang bukan masanya perang antar kerajaan, seharusnya bisa lebih terjaga kerukunannya," kata Karang.
Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas menuturkan prestasi internasional yang diraih Karang menjadi angin segar bagi dunia pendidikan khususnya Madrasah di masa pandemi Covid-19 ini. Karya penelitian remaja Karang juga dinilainya bisa menjadi inspirasi relevan kondisi saat ini, bagaimana toleransi antar umat di Indonesia harusnya dijaga.
"Prestasi siswa ini (Karang) luar biasa karena hanya dari pengalaman keseharian yang dia amati di kampung halamannya, kemudian dituangkan dalam riset, akhirnya mendapat pengakuan internasional," kata Cholil.
Cholil menuturkan madrasah memang perlu mengembankang diri dengan salah satu caranya menjamah dan membiasakan kegiatan-kegiatan riset. "Kami apresiasi sekolah ini juga yang gurunya meraih penghargaan gold medal kancah internasional untuk penelitian bidang difable," kata dia menambahkan.
Kepala MAN 1 Yogyakarta Wiranto Prasetyahadi menuturkan tradisi riset memang seharusnya ditumbuhkan sejak dini pada para siswa, tak hanya kalangan guru. Hal itu yang coba dilalukan sekolah tersebut beberapa tahun terakhir. "Guru-guru madrasah bisa memberi teladan bagi siswa agar cinta kegiatan riset, dari hal hal sederhana di sekitarnya dan teladan ini mulai menunjukkan hasil," kata dia.
Baca juga:
Rekor Lonjakan Covid-19 Singapura, Kenapa Dua Pakar Ini tak Khawatir?