TEMPO.CO, Jakarta - Diva Kurnianingtyas dari Departemen Teknik Sistem dan Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember atau ITS jadi wisudawan doktor termuda ketika wisuda yang ke-124. Wisuda akan digelar pada Minggu, 10 Oktober 2021 mendatang. Diva mengantongi gelar doktor pada usia 24 tahun 9 bulan.
Gelar sarjana ia peroleh dari Teknik Informatika di Universitas Brawijaya. Ia mengenyam Pendidikan Strata 1 dengan lama masa studi 3,5 tahun. Tamat sarjana, ia putuskan untuk bekerja di bidang Data Engineering. Tiga bulang berselang, ia ikuti beasiswa program Pendidikan Magister menuju Doktor untuk Sarjana Unggul atau PMDSU di ITS. Diva memilih jurusan Teknik Sistem dan Industri.
“Saya di ITS menempuh studi S2 selama setahun dan studi S3 selama tiga tahun,” ungkap Diva, mengutip laman its.ac.id.
Membahagiakan dan membanggakan ibundanya ialah motivasi gadis kelahiran Malang, 13 Desember 1996 ini. “Sejujurnya, saya tidak pernah berekspektasi kuliah lanjut di usia muda. Tetapi karena keinginan serta doa beliau [ibu], saya bisa mencapai titik ini,” kenangnya.
Ketika mengenyam studi sebagai mahasiswa termuda, Diva merasakan banyak tantangan. Pertama, ia harus belajar dengan cepat, agar bisa selesai tepat waktu. Kedua, mentalnya juga turut diuji. Ia harus belajar mengontrol emosi dan menerima keadaan yang tak selalu sesuai dengan ekspektasi.
“Yang terpenting adalah belajar sabar. Studi S3 tidak seperti studi S1 dan S2 yang terus belajar ilmu pengetahuan, melainkan belajar ilmu kehidupan yang tidak pernah diperoleh sebelumnya,” lanjut Diva menjelaskan pengalamannya.
Diva juga terbilang aktif selama berkuliah di ITS. Ia terlibat dalam berbagai proyek dan penelitian. Beberapa kali ia mempresentasikan penelitiannya dalam konferensi internasional, juga capaian publikasi jurnal yang terindeks Scopus.
Hampir tiba di penghujung masa studinya, Diva mengangkat perancangan, pengembangan, serta perencanaan sistem asuransi kesehatan nasional sebagai topik disertasi. Ia bermaksud memperoleh strategi alternatif menyoal mekanisme rujukan kesehatan, agar anggaran keuangan stabil, premi terjangkau, dan kualitas program meningkat.
Temuan Diva dalam penelitiannya ini merupakan faktor krusial yang mengakibatkan defisit keuangan terjadi, sebab kepatuhan peserta dalam membayar premi setiap bulan dan tidak efektifnya sistem rujukan. Mengubah rujukan peserta perlu dipertimbangkan, meskipun banyaknya peserta yang menunggak pembayaran. “Dapat mengurangi terjadinya anggaran keuangan yang mengalami defisit,” terangnya lagi.
Setelah meraih gelar doktor di ITS, Diva ingin fokus meningkatkan pengetahuan dan kemampuannya dalam mengoptimasi sistem sektor kesehatan. “Pastinya, saya ingin ilmu yang saya terima bisa bermanfaat bagi diri saya dan orang lain,” begitu ucap Diva menutup.
ANNISA FEBIOLA
Baca juga: ITS Gelar Lomba Tanam Kedelai, dari Bibit Hingga Disajikan Jadi Tempe