TEMPO.CO, Jakarta - Meskipun imbauan menggunakan masker dan physical distancing telah digencarkan, namun masih ada saja yang melanggar. Muncullah ide di benak beberapa mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember atau ITS. Berujung pada inovasi menciptakan sebuah kamera berbasis Internet of Things. Kamera cerdas ini dapat memantau tingkat kepatuhan penerapan protokol kesehatan seperti jaga jarak dan pemakaian masker.
Musim pagebluk masih melanda. Pandemi COVID-19 tak kunjung usai. Bermacam imbauan telah disampaikan, guna menekan penyebaran virus yang berasal dari Wuhan, Cina ini. Misalnya menggunakan masker dan menjaga jarak fisik atau physical distancing. Semuanya dirangkum dalam protokol kesehatan atau disingkat prokes.
Meskipun imbauan menggunakan masker dan physical distancing telah digencarkan, namun masih ada saja yang melanggar. Muncullah ide di benak beberapa mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS). Berujung pada inovasi menciptakan sebuah kamera berbasis Internet of Things.
Mereka adalah Singgih Ardiansyah dari Departemen Teknik Komputer, Raul Ilma Rajasa dari Departemen Teknik Informatika, Arum Puspa Arianto dari Teknik Elektro Otomasi, serta Ilham Wahyu Eko Prasetyo mahasiswa Teknik Elektro. Keempat mahasiswa Angkatan 2020 tersebut menamai kamera bikinan mereka dengan nama Include, Intelligent Camera System for Physical Distancing.
Kamera cerdas ini dapat membantu berjalannya penerapan physical distancing atau jaga jarak sekaligus penggunaan masker. Include bekerja mendeteksi jarak antarorang sekaligus penerapan penggunaan masker. Model kamera yang dibuat pun dihubungkan dengan pengeras suara.
Mengutip laman resmi ITS, Singgih Ardiansyah menyebutkan bahwa kamera Include diintegrasikan dengan pengeras suara dalam suatu boks Include. Boks Include dihubungkan ke dalam sebuah server, kemudian data indikasi pelanggaran pun dapat diproses. Kami memanfaatkan library dari phyton untuk menganalisis adanya pelanggaran,” ujarnya.
Singgih lanjut memaparkan cara kerja kamera Include. Saat kamera Include mendeteksi manusia, maka servernya akan memproses. Lalu, server akan mengembalikan data berupa ada atau tidaknya indikasi pelanggaran prokes yang terjadi. Ketika kamera mendeteksi adanya dua orang atau lebih berdekatan dalam jarak kurang dari satu meter, saatnya pengeras suara bekerja. Begitu pula jika ada pelanggaran penggunaan masker.
“Pengeras suara dari boks akan mengingatkan pelanggar untuk mematuhi prokes,” kata Singgih.
Tim INO-G ini juga membuat aplikasi tambahan yang terhubung dengan boks Include. Aplikasi itu bernama Include app yang hanya bisa dijangkau oleh petugas di lapangan. Apabila ada pelanggaran prokes selama lebih dari satu menit, maka sistem akan mengabari petugas melalui pemberitahuan pada Include app. “Petugas akan secara langsung mengingatkan pelanggar,” imbuh Singgih.
Koordinasi antara boks Include dengan petugas yang memantau aplikasi membuat Singgih yakin dengan efektivitas kamera Include ini. Ia percaya, 99 persen orang akan mematuhi prokes setelah diberi peringatan. Baik melalui pengeras suara dari boks Include, ataupun peringatan langsung dari petugas.
Uji lapangan pun telah dilakukan, guna membuktikan efektivitasnya. Tim memilih salah satu minimarket yang terletak di Purbalingga. Dari hasilnya, mereka yakin itu berhasil. “Kami yakin jika implementasinya benar, terutama di daerah-daerah antrean di minimarket yang rawan pelanggaran, itu akan sangat membantu,” kata Singgih melanjutkan.
Inovasi ini pun mereka bawa ke perlombaan. Berbuah manis, tim INO-G berada di posisi juara III pada ajang Sebelas Maret International IoT Challenge 2021.
Singgih berharap, ciptaan mahasiswa ITS Include ini dapat diimplementasikan secara menyeluruh di Indonesia. Minimal di tempat antrean minimarket seluruh Indonesia. “Dengan begitu, Include bisa menjadi solusi akan setiap pelanggaran prokes yang ada. Khususnya physical distancing dan penggunaan masker,” ujarnya.
ANNISA FEBIOLA
Baca juga: Mata Elang Tim Mahasiswa ITS Gagas Sistem Tilang yang Lebih Cerdas