TEMPO CO, Bandung - Uji klinis tahap akhir vaksin Zifivax asal Cina di Indonesia telah selesai dengan hasil efikasi atau keampuhan terhadap Covid-19 berkisar antara 81 dan 87-an persen. Namun sejauh ini belum ada kabar soal penggunaannya untuk imunisasi di Indonesia. “Yang bisa jawab Kementerian Kesehatan,” kata peneliti utama vaksin itu, Rodman Tarigan, dari Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, Ahad, 10 Oktober 2021.
Sebagai peneliti, dia mengaku tidak tahu soal rencana penggunaan vaksin Zifivax di Indonesia. Apakah akan digunakan untuk vaksinasi massal atau mandiri, kata Rodman, keputusannya di pihak sponsor riset dan pemerintah. Vaksin jenis rekombinan itu dikembangkan Anhui Zhifei Longcom Biopharmaceutical di Cina.
Sebelumnya diberitakan vaksin Zifivax baru saja mendapat izin penggunaan darurat di masa pandemi Covid-19 dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Rodman mengatakan, Zifivax bisa menjadi vaksin primer dan booster atau penguat untuk imunisasi Covid-19. “Dengan tiga kali pemberian vaksin rekombinan semoga bisa bertahan lebih dari satu tahun,” ujar Rodman, Jumat.
Menurutnya di laman Unpad, penyuntikan vaksin tiga kali lebih baik dari hanya dua kali untuk meningkatkan kekebalan tubuh lebih lama. Tim peneliti masih melakukan pemantauan terhadap para relawan. Proses uji klinis fase III vaksin Zifivax melibatkan relawan dari kalangan beragam, seperti mahasiswa, tenaga kesehatan, pengemudi angkutan daring, ibu rumah tangga, serta pegawai negeri dan swasta.
Total relawan yang terlibat sebanyak 2.000 orang di Bandung dan Jakarta. Usianya kisaran 18-60 tahun lebih. “Efikasi vaksin untuk orang usia 18-59 tahun sebesar 81,51 persen, sedangkan di atas 60 tahun efikasinya 87,58 persen,” kata Rodman.
Selain itu, vaksin tersebut diklaim juga ampuh terhadap varian Covid-19 yang lebih berat, salah satunya varian Delta. “Efikasi dari vaksin Zivifax terhadap varian Delta adalah 77,47 persen,” ujarnya.
Baca:
Peneliti Bandingkan Keampuhan Vaksin Covid-19 Anhui dan Sinovac