TEMPO.CO, Bandung - Tim mahasiswa dari dua fakultas di Universitas Padjadjaran (Unpad) mengolah limbah kulit kopi menjadi camilan berupa biskuit. Agar lebih menyehatkan, mereka juga mencampurkan bahan saffron atau kuma-kuma.
Inisiatif itu, dan idenya yang terkait dengan isu lingkungan dan ekonomi khususnya di kalangan petani kopi, diganjar penghargaan sebagai pemenang Hibah Inovasi Pre-Startup Unpad 2021.
Tim mahasiswa ini berasal dari Fakultas MIPA dan Teknologi Industri Pertanian, yakni Adhitya Gustiana Maulidan, Muhammad Naufal Rendyanto, Rayyan Al Muddatstsir Fasa, Suyus Aira Yasmine Aldriana dan Georgina Jeanette. Mereka dibimbing oleh dosen Diah Chaerani.
Produk biskuitnya dinamakan Sa.co Bites, singkatan dari saffron dan coffee. “Karena produk ini bahan bakunya mengandung dua bahan itu,” kata Adhitya di laman Unpad, Kamis, 4 November 2021.
Dia menuturkan, ide Sa.co Bites berawal dari keinginan membuat makanan sehat sekaligus solusi untuk limbah kulit kopi. Menurutnya, tren gaya hidup minum kopi tidak sebanding dengan pemanfaatan limbahnya.
Biasanya, Adhitya menjelaskan, kulit kopi sebatas dimanfaatkan sebagai pupuk kompos, pakan ternak, atau minuman cascara. Namun belum banyak yang memanfaatkan kulit kopi untuk diolah menjadi makanan.
Padahal kulit kopi berkhasiat antara lain mencegah sembelit, menjaga imunitas, dan mencegah sejumlah penyakit. Begitu juga dengan saffron yang saat ini tengah banyak diminati masyarakat karena manfaatnya dalam menangkal radikal bebas, memperbaiki suasana hati, dan mencegah kanker.
Dalam pembuatannya, Adhitya dkk mula-mula mengolah kulit kopi menjadi tepung, kemudian mencampurnya dengan saffron dan gula kelapa untuk menjadi kepingan biskuit. Adhitya mengatakan, camilan itu tidak menggunakan produk turunan susu, gluten, dan telur.
“Awalnya produk kami menyasar target pasar orang-orang yang mengidap penyakit celiac disease dan autisme,” katanya sambil menambahkan pasokan kulit kopi dari petani di Jatiroke, Sumedang.
Sejauh ini biskuit itu, kata Adhitya, diminati konsumen yang kebanyakan kalangan mahasiswa. Penjualannya sekitar 350 kemasan yang masing-masing seberat 20 dan 200 gram. Selain secara daring, penjualan biskuit juga menggaet mitra kedai kopi di wilayah Jatinangor. Mereka kini tengah mengembangkan varian rasa dan memperluas jaringan serta pasar.
Baca juga:
Biji Kopi Aroma IoT, Tim ITB Juara di University Startup World Cup 2020