TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Laksana Tri Handoko, menjelaskan bahwa sebuah aktivitas riset dan inovasi memiliki tiga input utama, yakni sumber daya manusia, infrastruktur, dan pendanaan. Handoko membeberkan skema dari salah satu input tersebut, yaitu pendanaan.
Menurut Handoko, BRIN memiliki dua skema pendanaan untuk mendukung aktivitas riset dan inovasi di Indonesia. Skema ini, kata dia, didesain terbuka untuk semua pihak secara kompetitif. “Bisa dari periset itu sendiri, dosen, mahasiswa, kalangan komunitas, bisa juga pelaku usaha atau industri, untuk bisa mendapatkan pendanaan ini,” ujar dia dalam acara Kick Off Walidasi atau Webinar Fasiliti dan Pendanaan Riset dan Inovasi, pada Selasa, 21 Desember 2021.
Skema pendanaan pertama adalah berbasis program prioritas riset nasional yang mencakup fokus pada sembilan bidang, yakni pangan-pertanian, pertahanan dan keamanan, rekayasa keteknikan, kemaritiman, multidisiplin, soshum-seni budaya-pendidikan, transportasi, energi baru dan terbarukan, serta kesehatan dan obat. Sebagian besar dari sembilan bidang itu akan dilakukan secara lintas disiplin.
Handoko memberikan contoh misalnya riset tentang bahan bakar etanol dari kelapa sawit yang dilakukan secara lintas disiplin, karena ada aspek dari pertanian, perkebunan, pupuk, bibit unggul, dan proses kimianya. “Jadi, kita persilakan kreativitas pengusul untuk masuk di salah satu riset prioritas nasional itu,” tutur Handoko.
Skema pendanaan kedua adalah fokus untuk penanganan Covid-19, yang sudah dimulai tahun lalu, sebagai salah satu bentuk kontribusi BRIN untuk mengatasi pandemi.
Untuk tahun ini, mantan Kelapa Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia—sebelum melebur menjadi BRIN—itu akan fokus pada tiga hal, yaitu pengembangan vaksin Merah Putih, berbagai alat deteksi non-PCR yang diperlukan untuk memperluas cakupan 3T (tracing, testing, treatment) sebagai core dari penanganan Covid-19, dan juga pengembangan obat dan terapi.
Selain itu, kata Handoko, BRIN juga tetap mendukung Kementerian Kesehatan dalam melakukan surveilans berbasis whole genome squencing. Menurutnya, dukungan itu sangat penting meskipun tidak terkait dengan riset langsung, tapi risetnya bisa terkait dengan epidemiologinya yang juga merupakan hal krusial untuk mitigasi dini, misalnya terkait dengan adanya varian baru yang muncul.
“Dua jenis pendanaan ini sumbernya berasal dari pemanfaatan imbal hasil dari dana abadi bidang pendidikan,” kata Handoko.
Baca:
Kepala BRIN Beberkan Rencana Tambah 3 Infrastruktur Riset Baru
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.