Raveinal
Dokter spesialis alergi imunologi di Rumah Sakit Umum Daerah M. Jamil di Kota Padang, Sumatera Barat, ini termasuk dalam tim vaksinator nasional yang melatih ribuan vaksinator lain dalam gerakan vaksinasi massal Covid-19. Dia juga anggota tim advokasi vaksinasi Covid-19 di IDI Nasional dan Ketua Pengurus Daerah Kejadian Ikutan Pasca-imunisasi di Sumatera Barat.
Tugasnya pula memberi masukan kepada pemerintah daerah tentang apa yang benar, apa yang harus dilakukan, dan apa yang harus disampaikan setiap ada disinformasi yang beredar di tengah masyarakat terkait vaksinasi Covid-19. “Saya aktif ikut webinar memberi penjelasan, mulai dari webinar yang dilakukan pemda hingga webinar yang diminta organisasi, bisa tiga kali seminggu,” katanya.
Menurut Raveinal keengganan sebagian masyarakat untuk divaksin demi bisa memutus rantai penularan Covid-19 itu nyata di berbagai lapisan masyarakat. Termasuk, seperti yang dihadapinya sendiri di Sumatera Barat, penolakan bisa datang dari kalangan tenaga kesehatan termasuk dokter.
Inilah yang menurut Raveinal menjadi tantangan terberatnya: harus menghadapi dan meyakinkan teman sendiri. “Karena orang kan bisa melihat dan mengatakan, ‘dokter itu saja tidak mau divaksin’,” katanya.
Kalangan dokter itu mempermasalahkan soal aman tidaknya vaksin, lalu halal atau tidak. Setelah diyakinkan bahwa setiap vaksin yang diberikan izin edar sudah melalui uji klinis, aman dan juga halal, pertanyaan bertambah soal manfaat.
“Manfaatnya kan tidak bisa kita lihat segera. Disuntik langsung bebas Covid, kan tidak begitu…tapi dilihat dulu dan panjang waktunya. Nah ini agak lama meyakinkannya,” kata Raveinal menuturkan.
Untuk membuat tambah yakin, dokter berusia 56 tahun ini menyediakan diri mendampingi dokter-dokter tersebut untuk divaksin. Termasuk dokter-dokter yang telah berusia lanjut dan ragu menjalani vaksinasi. “Ada beberapa senior saya yang ragu, saya yang vaksin sendiri. Saya tenangkan. Saya yang suntik, pantau dan aman,” katanya menambahkan.
Selesai dengan kolega, Raveinal masih harus berhadapan dengan tokoh-tokoh masyarakat. Mereka, alih-alih bersedia membantu meyakinkan banyak kalangan untuk mau jalani vaksinasi, malahan kerap menghambat di setiap rapat koordinasi. Di luar rapat, beberapa disebutnya rajin sebarkan disinformasi dari tempat-tempat ibadah dan media sosial mereka tentang vaksin.
Kepada mereka, Raveinal memberikan solusi berbeda, “Kalau memang tokoh itu nggak mau diajak serta, ya sudah ditinggal saja, tak usah lagi diajak rapat-rapat,” katanya. Dokter pemilik gelar doktor bidang biomedik dari Universitas Andalas ini menambahkan, “Orang lain yang harus kami selamatkan dulu.”
Dokter Raveinal menyuntikkan vaksin Covid-19. Dok Pri
Sempat terpuruk sebagai provinsi terburuk kedua dalam cakupan vaksinasi Covid-19, situasi di Sumatera Barat, dinilai Raveinal, mulai membaik pada September lalu. Grafik vaksinasi dosis pertama dan kedua, seperti ditunjukkan dalam dasbor Kementerian Kesehatan, bergerak hampir tegak lurus alias melesat tajam.
Angka vaksinasi dosis pertama di Sumatera Barat saat ini sudah lebih dari 62 persen dan yang kedua hampir 40 persen. “Daerah ini secara umum menjadi salah satu contoh bagaimana mereka bisa menceritakan keberhasilan mendorong vaksinasi,” kata juru bicara Vaksinasi Covid-19 di Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi, tentang Sumatera Barat.