Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Perdebatan Evolusi Dinosaurus Menjadi Burung Bermula Penelitian Archaeopteryx

Reporter

Editor

Bram Setiawan

image-gnews
Archaeopteryx. Foto: dinosaur-world.com
Archaeopteryx. Foto: dinosaur-world.com
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Pada 1860-an, fosil Archaeopteryx ditemukan di Solnhofen Limestone, satuan batugamping Periode Jura (Jurassic Period) di Jerman, seperti dikutip dari situs web Museum of Paleontology, University of California. Penemuan fosil itu menimbulkan perdebatan para penelti untuk menentukan sisa tulang belulang itu dinosaurus atau burung. Meskipun sampai sekarang pendapat masih berlainan, tapi kebayanyakan ilmuwan meyakini, Archaeopteryx adalah spesies burung pertama di Bumi yang pernah hidup 150 juta tahun yang lalu.

Jika merunut asal-usulnya, Archaeopteryx bukan spesies keturunan dari burung modern. Belakangan, para ilmuwan mengetahui, Archaeopteryx merujuk kemiripan dengan Maniraptora (dinosaurus non-unggas). Archaeopteryx memiliki gigi, tulang dada agak datar, ekor panjang yang ramping, tulang rusuk, dan tiga cakar di bagian sayap untuk memangsa. Itulah sebabnya,  ilmuwan berpendapat Archaeopteryx tidak seperti umumnya burung.

Tapi, ciri burung modern di tubuh Archaeopteryx pun ada, yaitu, memiliki bulu, sayap, furcula (tulang serupa garpu), dan jari-jarinya yang kecil. Para peneliti pun masih berlainan pendapat, terkait kegunaan bulu Archaeopteryx untuk mengatur suhu tubuh atau terbang.

Dua model evolusi dalam hal kemampuan terbang Archaeopteryx telah diusulkan para peneliti. Pengutaraan pertama merujuk pendahulu burung yang berevolusi dari yang hidup di pohon, kemudian turun ke tanah, mirip seperti tupai terbang. Adapun pendapat lainnya, evolusi yang bermula dari pendahulu burung yang hidup di tanah, tapi mampu bergerak lompatan panjang.

Mengutip National Geographic, analisis terhadap tulang kaki depan Archaeopteryx itu strukturnya sangat mirip burung puyuh dan pegar saat ini, spesies yang bisa terbang dalam waktu singkat. Penemuan yang diterbitkan di Nature Communications memperkuat pendapat bahwa Archaeopteryx memang bisa mengudara.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Fosil Archaeopteryx ditemukan dua tahun sebelum Charles Darwin menerbitkan teorinya tentang evolusi melalui seleksi alam. Darwin telah menduga bentuk evolusi menengah yang menunjukkan wujud peralihan klasik antara dinosaurus dan burung. Adapun fosil Archaeopteryx itu dinobatkan sebagai Urvogel alias burung pertama di dunia. Setelah teori evolusi tercetus, Archaeopteryx telah menjadi subjek penelitian yang intens, termasuk perdebatan ilmuwan mengenai kemampuan terbangnya. 

WILDA HASANAH

Baca:  Archaeopteryx Ternyata Bukan Burung

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Peneliti Unair Temukan Senyawa Penghambat Sel Kanker, Raih Penghargaan Best Paper

8 jam lalu

Peneliti muda yang merupakan mahasiswa doktoral Fakultas Sains dan Teknologi (FST) Universitas Airlangga (Unair), Muhammad Ikhlas Abdjan. Dok. Humas Unair
Peneliti Unair Temukan Senyawa Penghambat Sel Kanker, Raih Penghargaan Best Paper

Peneliti Unair berhasil mengukir namanya di kancah internasional dengan meraih best paper award dari jurnal ternama Engineered Science.


Teknologi Roket Semakin Pesat, Periset BRIN Ungkap Tantangan Pengembangannya

12 jam lalu

Perekayasa Ahli Utama Pusat Riset Teknologi Roket, Rika Andiarti bersama teknologi roket hasil karya BRIN. Dok. Humas BRIN
Teknologi Roket Semakin Pesat, Periset BRIN Ungkap Tantangan Pengembangannya

Sekarang ukuran roket juga tidak besar, tapi bisa mengangkut banyak satelit kecil.


Ketergantungan Impor 99 Persen, Peneliti BRIN Riset Jamur Penghasil Enzim

1 hari lalu

Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Mikrobiologi Terapan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Dede Heri Yuli Yanto. Dok. Humas BRIN
Ketergantungan Impor 99 Persen, Peneliti BRIN Riset Jamur Penghasil Enzim

Di Indonesia diperkirakan terdapat 200 ribu spesies jamur, yang di antaranya mampu memproduksi enzim.


Lima Besar Penyakit Akibat Polusi Udara di Indonesia, Apa Saja?

1 hari lalu

Foto aerial kondisi polusi udara di kawasan Pelabuhan Muara Angke, Jakarta Utara, Rabu, 13 Desember 2023. Berdasarkan data situs pemantau kualitas udara IQAir pada Rabu, konsentrasi polutan particulate matter 2.5 (PM2,5) di Jakarta sebesar 41 mikrogram per meter kubik dan berada di kategori tidak sehat bagi kelompok sensitif karena polusi. ANTARA/Iggoy el Fitra
Lima Besar Penyakit Akibat Polusi Udara di Indonesia, Apa Saja?

Polusi udara yang erat kaitannya dengan tingginya beban penyakit adalah polusi udara dalam ruang (rumah tangga).


Riset BRIN: Penduduk Indonesia Akan Kehilangan 2,5 Tahun Usia Harapan Hidup Akibat Polusi Udara

1 hari lalu

Kelompok lansia melakukan gerakan senam ringan pada peluncuran Gerakan Senam Sehat (GSS) Lansia di Jakarta, Senin (29/5). (ANTARA/Ahmad Faishal)
Riset BRIN: Penduduk Indonesia Akan Kehilangan 2,5 Tahun Usia Harapan Hidup Akibat Polusi Udara

Efek polusi udara rumah tangga baru terlihat dalam jangka waktu relatif lama.


BRIN Kirim Surat Teguran, Minta Ratusan Pensiunan Ilmuwan Kosongkan Rumah di Puspiptek

4 hari lalu

Penutupan akses jalan di depan kantor BRIN di Jalan Raya Serpong-Parung gagal dilakukan, Kamis 11 April 2024. (TEMPO/Muhammad Iqbal)
BRIN Kirim Surat Teguran, Minta Ratusan Pensiunan Ilmuwan Kosongkan Rumah di Puspiptek

BRIN meminta ratusan pensiunan ilmuwan mengosongkan rumah dinas di Puspiptek paling lambat 15 Mei 2024


Setiap 26 April Diperingati Hari Kekayaan Intelektual Sedunia, Ini Awal Penetapannya

7 hari lalu

Hormati hak cipta! TEMPO/Fahmi Ali
Setiap 26 April Diperingati Hari Kekayaan Intelektual Sedunia, Ini Awal Penetapannya

Hari Kekayaan Intelektual Sedunia diperingati setiap 26 April. Begini latar belakang penetapannya.


Temuan Fosil, Ular Raksasa Vasuki Indicus Saingi Ukuran Titanoboa

10 hari lalu

Ilustrasi ular dari keluarga MadtsoiidaeNewscientist.com/dimodifikasi dari nixillustration.com
Temuan Fosil, Ular Raksasa Vasuki Indicus Saingi Ukuran Titanoboa

Para penelitinya memperkirakan kalau ular tersebut dahulunya memiliki panjang hingga 15 meter.


Atasi Kekurangan Zinc pada Anak, Periset BRIN Teliti Suplemen Zinc dari Peptida Teripang

10 hari lalu

Teripang. klikdokter
Atasi Kekurangan Zinc pada Anak, Periset BRIN Teliti Suplemen Zinc dari Peptida Teripang

Saat ini suplemen zinc yang tersedia di pasaran masih perlu pengembangan lanjutan.


BRIN Tawarkan Model Agrosilvofishery untuk Restorasi Ekosistem Gambut Berbasis Masyarakat

11 hari lalu

Suasana hutan dan lahan gambut yang telah habis terbakar di Desa Limbung, Kecamatan Sungai Raya, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat, Senin, 11 September 2023. Berdasarkan data BMKG pada 10 September 2023, dari hasil deteksi titik panas dengan menggunakan sensor VIIRS dan MODIS pada satelit polar (NOAA20, S-NPP, TERRA dan AQUA) yang memberikan gambaran lokasi wilayah yang mengalami kebakaran hutan dan lahan, terdapat 554 titik panas di Kalimantan Barat. ANTARA FOTO/Jessica Wuysang
BRIN Tawarkan Model Agrosilvofishery untuk Restorasi Ekosistem Gambut Berbasis Masyarakat

Implimentasi model agrosilvofishery pada ekosistem gambut perlu dilakukan secara selektif.