Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Studi: Meteorit Mars Mengandung Molekul Organik, tapi Bukan Bukti Kehidupan

Reporter

Editor

Erwin Prima

image-gnews
Meteorit Allan Hills 84001 berasal dari Mars dan ditemukan di Antartika pada tahun 1984. (JSC/NASA)
Meteorit Allan Hills 84001 berasal dari Mars dan ditemukan di Antartika pada tahun 1984. (JSC/NASA)
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Sebuah studi baru mengungkap bahwa molekul organik yang ditemukan pada meteorit Mars yang mendarat di Bumi bukanlah tanda-tanda kehidupan, melainkan terbentuk dalam reaksi kimia antara air dan batu di Planet Merah sekitar 4 miliar tahun yang lalu.

Temuan ini dapat menjelaskan asal-usul blok bangunan kehidupan di Bumi awal, tambah para peneliti. Para ilmuwan merinci temuan mereka dalam jurnal Science edisi 14 Januari.

Molekul organik umumnya mencakup senyawa apa pun dengan karbon, dan mereka mungkin memiliki oksigen, nitrogen, belerang, dan elemen lainnya juga. Senyawa organik sering dikaitkan dengan kehidupan, tetapi mereka dapat muncul karena aktivitas abiotik atau non-biologis juga. Penelitian sebelumnya mendeteksi banyak bahan kimia organik di batuan Planet Merah, serta gas metana organik di atmosfer Mars. Namun, asal-usul senyawa ini telah terbukti kontroversial.

Dalam studi baru, para peneliti berfokus pada meteorit Allan Hills 84001, juga dikenal sebagai ALH 84001. Batu itu ditemukan di Allan Hills di Antartika pada tahun 1984, dan pekerjaan selanjutnya mengungkapkan bahwa dampak kosmik meledakkannya dari Planet Merah sekitar 17 juta tahun lalu; kemudian jatuh ke Bumi sekitar 13.000 tahun yang lalu.

"ALH 84001 adalah salah satu batuan yang paling banyak dipelajari," Andrew Steele, seorang ahli astrobiologi dan ilmuwan staf senior di Carnegie Institution for Science di Washington, DC, yang memimpin penelitian baru itu, mengatakan kepada Space.com. "Menemukan sesuatu yang baru di meteorit itu membuka pintu untuk memahami pengamatan yang dilakukan selama bertahun-tahun itu sangat keren."

Selama bertahun-tahun, para ilmuwan berdebat tentang bagaimana bahan kimia organik dalam ALH 84001 terbentuk. Penjelasan yang mungkin termasuk faktor abiotik, seperti aktivitas gunung berapi atau dampak kosmik, serta kehidupan purba di Mars atau kontaminasi dari planet kita setelah meteorit jatuh ke Bumi.

Untuk membantu memecahkan misteri ini, para peneliti menganalisis mineral kecil di dalam meteorit. Mereka menemukan bahwa senyawa organik dalam meteorit itu terkait dengan mineral seperti serpentin. Serpentine adalah mineral hijau tua, terkadang berbintik-bintik atau berbintik-bintik seperti kulit ular, yang diasosiasikan dengan lingkungan yang dulu basah.

Temuan ini menunjukkan bahan kimia organik di ALH 84001 mungkin terbentuk karena interaksi air-batuan yang serupa dengan yang diketahui terjadi di Bumi. Satu proses, yang disebut serpentinisasi, terjadi ketika batuan vulkanik yang kaya besi atau magnesium secara kimiawi berinteraksi dengan air yang bersirkulasi, mengubah sifat mineralnya dan menghasilkan hidrogen. Interaksi lainnya, yang disebut karbonasi, melibatkan batuan yang bereaksi dengan air yang sedikit asam yang mengandung karbon dioksida terlarut untuk membentuk mineral karbonat.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Para peneliti menyatakan senyawa organik di ALH 84001 terbentuk ketika batuan vulkanik berinteraksi dengan cairan asin di awal sejarah Mars. Temuan ini mungkin menjelaskan tidak hanya seberapa baik Mars dapat mendukung atau masih dapat mendukung kehidupan, tetapi juga di tujuan lain. “Secara keseluruhan, karya ini menunjukkan bagaimana beberapa blok bangunan penting bagi kehidupan diproduksi di Bumi awal, dan diproduksi di tempat lain di tata surya kita, seperti bulan Saturnus Enceladus,” kata Steele.

Penelitian baru ini bukan pertama kalinya meteorit itu menarik perhatian para ilmuwan untuk menyelidiki asal usul kehidupan. Pernah ada banyak kontroversi mengenai apakah ALH 84001 termasuk fosil mikroba dari Mars atau tidak. Banyak penelitian sekarang menunjukkan faktor abiotik dapat membantu menjelaskan fosil yang tampak ini.

"Saya pikir perdebatan tentang meteorit ini mempolarisasi komunitas bertahun-tahun yang lalu, tetapi saya pikir banyak polarisasi itu telah mereda selama bertahun-tahun," kata Steele. "Saya berharap makalah ini menginspirasi perdebatan lagi dengan cara yang positif."

SPACE

Baca:
Puncak Hujan Meteor Quadrantid Bisa Diamati Besok Pagi

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Iklan

Berita Selanjutnya



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Suhu Bumi Terpanas pada April 2024

1 hari lalu

Ilustrasi gelombang panas ekstrem.[Khaleej Times/REUTERS]
Suhu Bumi Terpanas pada April 2024

Sejak Juni 2023, setiap bulan temperatur bumi terus memanas, di mana puncak terpanas terjadi pada April 2024.


Peneliti Unair Temukan Senyawa Penghambat Sel Kanker, Raih Penghargaan Best Paper

6 hari lalu

Peneliti muda yang merupakan mahasiswa doktoral Fakultas Sains dan Teknologi (FST) Universitas Airlangga (Unair), Muhammad Ikhlas Abdjan. Dok. Humas Unair
Peneliti Unair Temukan Senyawa Penghambat Sel Kanker, Raih Penghargaan Best Paper

Peneliti Unair berhasil mengukir namanya di kancah internasional dengan meraih best paper award dari jurnal ternama Engineered Science.


Teknologi Roket Semakin Pesat, Periset BRIN Ungkap Tantangan Pengembangannya

6 hari lalu

Perekayasa Ahli Utama Pusat Riset Teknologi Roket, Rika Andiarti bersama teknologi roket hasil karya BRIN. Dok. Humas BRIN
Teknologi Roket Semakin Pesat, Periset BRIN Ungkap Tantangan Pengembangannya

Sekarang ukuran roket juga tidak besar, tapi bisa mengangkut banyak satelit kecil.


Ketergantungan Impor 99 Persen, Peneliti BRIN Riset Jamur Penghasil Enzim

7 hari lalu

Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Mikrobiologi Terapan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Dede Heri Yuli Yanto. Dok. Humas BRIN
Ketergantungan Impor 99 Persen, Peneliti BRIN Riset Jamur Penghasil Enzim

Di Indonesia diperkirakan terdapat 200 ribu spesies jamur, yang di antaranya mampu memproduksi enzim.


Lima Besar Penyakit Akibat Polusi Udara di Indonesia, Apa Saja?

7 hari lalu

Foto aerial kondisi polusi udara di kawasan Pelabuhan Muara Angke, Jakarta Utara, Rabu, 13 Desember 2023. Berdasarkan data situs pemantau kualitas udara IQAir pada Rabu, konsentrasi polutan particulate matter 2.5 (PM2,5) di Jakarta sebesar 41 mikrogram per meter kubik dan berada di kategori tidak sehat bagi kelompok sensitif karena polusi. ANTARA/Iggoy el Fitra
Lima Besar Penyakit Akibat Polusi Udara di Indonesia, Apa Saja?

Polusi udara yang erat kaitannya dengan tingginya beban penyakit adalah polusi udara dalam ruang (rumah tangga).


Riset BRIN: Penduduk Indonesia Akan Kehilangan 2,5 Tahun Usia Harapan Hidup Akibat Polusi Udara

7 hari lalu

Kelompok lansia melakukan gerakan senam ringan pada peluncuran Gerakan Senam Sehat (GSS) Lansia di Jakarta, Senin (29/5). (ANTARA/Ahmad Faishal)
Riset BRIN: Penduduk Indonesia Akan Kehilangan 2,5 Tahun Usia Harapan Hidup Akibat Polusi Udara

Efek polusi udara rumah tangga baru terlihat dalam jangka waktu relatif lama.


BRIN Kirim Surat Teguran, Minta Ratusan Pensiunan Ilmuwan Kosongkan Rumah di Puspiptek

10 hari lalu

Penutupan akses jalan di depan kantor BRIN di Jalan Raya Serpong-Parung gagal dilakukan, Kamis 11 April 2024. (TEMPO/Muhammad Iqbal)
BRIN Kirim Surat Teguran, Minta Ratusan Pensiunan Ilmuwan Kosongkan Rumah di Puspiptek

BRIN meminta ratusan pensiunan ilmuwan mengosongkan rumah dinas di Puspiptek paling lambat 15 Mei 2024


Setiap 26 April Diperingati Hari Kekayaan Intelektual Sedunia, Ini Awal Penetapannya

13 hari lalu

Hormati hak cipta! TEMPO/Fahmi Ali
Setiap 26 April Diperingati Hari Kekayaan Intelektual Sedunia, Ini Awal Penetapannya

Hari Kekayaan Intelektual Sedunia diperingati setiap 26 April. Begini latar belakang penetapannya.


Atasi Kekurangan Zinc pada Anak, Periset BRIN Teliti Suplemen Zinc dari Peptida Teripang

16 hari lalu

Teripang. klikdokter
Atasi Kekurangan Zinc pada Anak, Periset BRIN Teliti Suplemen Zinc dari Peptida Teripang

Saat ini suplemen zinc yang tersedia di pasaran masih perlu pengembangan lanjutan.


8 Cara yang Bisa Dilakukan untuk Memperingati Hari Bumi

17 hari lalu

Ilustrasi Selamatkan Dunia dari Sampah Plastik. shutterstock.com
8 Cara yang Bisa Dilakukan untuk Memperingati Hari Bumi

Banyak cara yang bisa dilakukan untuk memperingati Hari Bumi dengan aktivitas yang menghargai dan melindungi planet ini. Berikut di antaranya.