TEMPO.CO, Jakarta - Kisruh di dalam Sekolah Bisnis Manajemen Institut Teknologi Bandung (SBM ITB) masih berlanjut. Kalangan dosennya ada yang bersedia melayani perkuliahan secara penuh dan tidak. “Misalnya memberikan bahan-bahan (kuliah) kepada mahasiswa untuk mereka bisa belajar secara mandiri,” kata anggota Forum Dosen SBM ITB Achmad Ghazali, Rabu, 9 Maret 2022.
Masalah itu berawal ketika kalangan dosen menilai Rektor ITB Reini Djuhraeni Wirahadikusumah mencabut hak swakelola SBM ITB lewat surat Wakil Rektor Bidang Keuangan, Perencanaan, dan Pengembangan ITB Muhamad Abduh Nomor 1627/IT1.B06/KU.02/2021. Penolakan dosen lewat petisi pada November 2021, kemudian dibalas oleh Peraturan Rektor 1162/IT1.A/PER/2021 yang menguatkan surat dari wakil rektor itu.
Bagi dosen SBM, surat dari wakil rektor ITB itu artinya membatalkan Peraturan Rektor sebelumnya yang bernomor 016/PER/I1.A/KU/2015. Sesuai pasal 2 ayat 3 pada peraturan itu, SBM bisa mengembangkan sistem manajemen mandiri atau swadana dan swakelola sejak didirikan pada 2003. Menurut salah seorang pendiri SBM ITB, Budi Permadi Iskandar, pada November lalu, di masa awal pendirian SBM diberi kewenangan oleh ITB untuk mengelola 80 persen pendapatan.
Seiring waktu kewenangan itu diubah menjadi 70 persen untuk SBM. Aturan terbaru mengurangi kewenangan pengelolaan dana oleh SBM menjadi sekitar 60 persen. Pihaknya, menurut Budi, meminta Peraturan Rektor 1162/IT1.A/PER/2021 dicabut dan memberhentikan seorang wakil rektornya. Pada November lalu pihak yang menolak tergabung dalam Forum Dosen SBM ITB dengan jumlah 90 orang.
Pada 28 Februari 2022, forum dosen bersurat lagi ke Rektor ITB yang diteken oleh 55 orang. “Kami minta kembali otonomi kami dan minta berdialog,” kata anggota Forum Dosen SBM ITB Achmad Ghazali. Desakan itu juga terkait dengan penghentian insentif yang biasa mereka terima selain gaji dari ITB, terhitung sejak Januari hingga Februari 2022.
Selanjutnya pada 4 Maret lalu, Rektor ITB dan dekanat bertemu dengan perwakilan Forum Dosen SBM ITB sebanyak 8 orang. Dalam pertemuan itu, kata Achmad, masing-masing pihak menyampaikan keinginannya. “Jadi tidak ada semacam negosiasi atau pun jalan keluarnya, tidak ada hasil,” ujarnya.
Setelah itu beberapa dosen memutuskan penyesuaian layanan kepada mahasiswa terhitung sejak 8 Maret 2022. Perkuliahan tidak dilaksanakan secara luring maupun daring. Mahasiswa diminta untuk belajar mandiri. Sebagian dosen juga menyatakan tidak akan menerima mahasiswa baru sampai sistem normal kembali seperti sebelumnya. Namun begitu menurut Achmad, sebagian dosen ada yang tidak setuju dan bersedia melayani penuh studi mahasiswa.
ANWAR SISWADI
Baca juga: Gelar UTBK SBMPTN 2022, ITB Siapkan 1.180 Komputer
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.