TEMPO.CO, Jakarta - Hasil dari sebuah studi yang terbatas memperkirakan Covid-19 tidak ditularkan melalui praktik donasi atau donor organ dari seorang yang terinfeksi. Cameron Wolfe, Emily Eichenberger, dan beberapa peneliti lainnya di Fakultas Kedokteran Duke University di Durham, North Carolina, AS, mengamati itu pada empat pasien penerima donor organ.
Keempatnya menerima cangkok organ hati, ginjal atau pankreas dari empat donor yang terkonfirmasi positif terinfeksi virus SARS-CoV-2 saat sedang sekarat. Tapi, tidak seorang pun dari penerima donor yang terdeteksi terinfeksi Covid-19 dari transpantasi organ yang dijalaninya.
Cameron, Emily dan timnya mengungkap hasil studinya itu dalam laporan pendahuluan yang disiapkan untuk dipresentasikan di European Congress of Clinical Microbiology & Infectious Diseases di Lisabon, Portugal, 23-26 April 2022. Isi laporan yang dirilis 22 Maret 2022 itu berbeda dari hasil studi Februari 2021 lalu saat tim peneliti dari University of Michigan melaporkan SARS-CoV-2 mungkin menular dari organ paru-paru yang didonorkan.
“Memang studi yang terbatas tapi pengalaman kami ini mendukung penggunaan organ abdominal dari donor yang pernah positif Covid-19 sebagai aman dan efektif, bahkan dari mereka yang masih terinfeksi, atau yang memiliki penyakit paru akibat Covid-19," kata Emily.
Tentu saja, Emily dkk menyatakan, tidak semua organ dari pasien positif Covid-19 bisa didonorkan. Protokol standar tetap berlaku untuk pemeriksaan jenis dan kondisi organ, durasi dan keparahan infeksi Covid-19 yang menjangkiti, juga tanda-tanda penyakit yang berpotensi meningkatkan pembekuan darah pada organ yang didonasikan. Faktor kedaruratan operasi transplantasi untuk pasien penerima juga tetap diperhitungkan saat menimbang risiko.
Sebagai contoh, jika organ yang akan didonasikan adalah paru atau usus halus, maka hasil tes positif Covid-19 terakhir si pendonor harus sudah lebih dari 20 hari. Ini sesuai dengan prosedur pengendalian penularan yang ditetapkan CDC.
Jika virus ditemukan di dasar paru-paru, maka organ itu dipastikan tak bisa didonorkan. Tapi, organ lain masih mungkin digunakan secara aman. Asalkan si pendonor tidak sekarat karena hiperinflamasi parah Covid-19 atau menunjukkan tanda-tanda pembekuan darah yang berlebih.
Untuk mengurangi risiko lebih jauh dari tindakan transplantasi, tim peneliti kuat merekomendasikan para pasien penerima untuk mendapatkan vaksinasi Covid-19 dosis penuh terlebih dahulu. "Belum tervaksinasi dapat meningkatkan risiko infeksi parah Covid-19 dalam pasien cangkok organ karena terapi obat-obatan penekan imun yang harus mereka minum pasca-operasi," kata Emily.
NEW SCIENTIST, EUREK ALERT
Baca juga:
Pasien Pertama Penerima Transplantasi Jantung Babi Akhirnya Meninggal