TEMPO.CO, Jakarta - Menggandeng Pijar Foundation, SMK Raden Umar Said (RUS) Kudus, Jawa Tengah membesut sebuah alat virtual reality (VR) untuk memudahkan peserta didik menemukan minat dan memudahkan mempelajari kondisi pekerjaan di lapangan tanpa harus terjun secara langsung.
Hadirnya teknologi VR tak dimungkiri kian mempermudah aktivitas masyarakat. Teknologi ini memungkinkan orang memasuki dunia virtual dengan bantuan perangkat lunak atau aplikasi yang tersambung dengan sebuah perangkat berupa kaca mata virtual (VR box) yang menutup mata, sehingga yang memakainya dibawa ke dalam dunia virtual yang berisi kumpulan obyek-obyek virtual.
“Awal mulanya kami mengerjakan proyek ini adalah karena adanya keresahan bagaimana agar siswa SMK dapat diterima bekerja di industri. Permasalahannya, inisiatif atau soft skill kurang. Mereka agak kagok ketika langsung praktik di industri,” jelas Creative Director RUS Animation Ivan Nadi seperti dilansir dari laman resmi Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi pada Jumat, 29 Juli 2022.
CTO Pijar Foundation, Ahmad Ataka, menambahkan salah satu penyebab kesulitan tersebut adalah karena peserta didik belum memahami bidang ilmu apa yang akan mereka ambil. Maka itu menurut Ahmad, siswa perlu diberikan pengetahuan sedini mungkin tentang opsi di masa depan. “Di sisi akses, kami fokus hingga mendapatkan pilihan karier yang cocok,” ujarnya.
Ahmad menjelaskan, pemanfaatan VR dibutuhkan untuk mendapatkan tampilan dan rasa hingga siswa serasa melakukan sendiri di lapangan. “Jadi, mereka dapat melihat langsung dunia baru. Peran VR ini amat krusial karena mendapatkan pengalaman yang berbeda,” ujar Ahmad. Ahmad berharap, produk teknologi VR ini dapat memberikan manfaat bagi para siswa di masa depan.
Hadirnya teknologi ini adalah hasil kolaborasi dari kolaborsi antara SMK RUS dan Pijar. SMK RUS menyediakan konten yang berisi materi menarik mengenai berbagai bidang ilmu lalu konten tersebut diolah oleh Pijar Foundation.
“Teknisnya kami kolaborasi dengan menyediakan konten. Namun, konten harus ada analisis terlebih dahulu hingga butuh kerja sama dengan yang lainnya. Hasil ini mempermudah proses pembelajaran. Hingga nantinya, bisa terbayang juga bagaimana bekerja di industri. Kami membuat contoh dengan memperlihatkan suasana dan produk,” terang Ivan.
Ivan menjelaskan, pihaknya terlebih dahulu menyusun susunan cerita layaknya sebuah film agar menarik. Adapun jumlah anggota tim yang terlibat sekitar 10-15 siswa SMK. “Lalu masukkan penjelasan hingga penutup berupa survei. Misalnya ketika mengambil jurusan animasi, cocoknya di mana,” jelasnya.
Ahmad menjelaskan, cara kerja alat ini hanya dengan mengunduh aplikasi yang tersedia di telepon pintar. “Lalu smartphone diletakkan bersama dengan perangkat yang akan membawa mereka ke dunia animasi,” ujarnya. Adapun karya tersebut dipamerkan dalam sebuah kegiatan vokasi bertema "Vokasiland : Road to Hakteknas 2022” yang digelar di Surabaya pada Kamis, 28 Juli 2022.
Baca juga: Cerita Anak Petani Gunungkidul Kuliah Gratis di UGM