Banyak pakar teknologi yang percaya bahwa nanoteknologi mampu membawa impian menjadi kenyataan. Nurul mengatakan, dengan bermain pada skala nano, manusia dapat memanipulasi dan menyusun atom demi atom atau molekul demi molekul untuk memperoleh benda unik yang jauh lebih kuat dan memiliki kemampuan lebih tinggi daripada material mikro yang ada saat ini. "Lewat eksplorasi kemampuan material berstruktur nano yang unik, dalam waktu singkat berbagai produk nano akan mendominasi pasar dan mengeliminasi produk konvensional yang tidak bersaing," katanya.
Sayangnya, perkembangan nanoteknologi di Indonesia masih jauh tertinggal dibanding negara lain. "Memang istilah nanoteknologi belum terlalu lama dikenal, namun negara-negara di dunia telah melakukan riset-riset yang mendasari nanoteknologi, sedangkan Indonesia baru memulai," kata Ketua Masyarakat Nanoteknologi Indonesia itu.
Nurul menyatakan saat ini ketertarikan berbagai stake holder di Indonesia pada nanoteknologi sudah menggembirakan. Meski demikian, ketertarikan itu belum cukup karena Indonesia perlu melakukan serangkaian gerakan massal untuk memperbaiki ketertinggalan. "Indonesia memiliki peluang yang bisa kita kompetisikan, yaitu berupa sumber daya alam dan energi yang berlimpah," ujarnya. "Kita punya batu bara, besi, zirconia, bauksit, dan mineral yang jika diolah menjadi partikel nano harganya bisa mencapai ribuan dolar."
Indonesia, kata dia, harus memasuki dunia nanoteknologi dengan memanfaatkan semua potensinya sebelum jatuh dalam kebangkrutan. "Bagi Indonesia, nanoteknologi akan menjadi kereta terakhir yang dapat membawa negara ini memasuki kompetisi global di masa mendatang," ujarnya.
Alat penghancur mekanik baru yang dibuat Nurul dan kawan-kawan dapat menjadi batu lompatan untuk merintis pengembangan nanoteknologi di Indonesia. Dia berharap penemuan alat-alat penghasil partikel nano ini akan membantu para peneliti di dalam negeri. "Sehingga, kalau mereka ingin mendesain suatu material, prosesnya tak perlu ke luar negeri, cukup di Indonesia saja," ujarnya. "Nanti karakterisasinya bisa di luar negeri, sehingga kita menguasai prosesnya."
TJANDRA