Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Studi Baru Temukan Luas Hutan Global Menurun Lebih dari 60 Persen

image-gnews
Sebuah rumah terlihat terbakar saat kebakaran hutan Oak Fire membakar dekat Darrah di Mariposa County, California, AS, 23 Juli 2022. Kebakaran hutan ini dikhawatirkan akan mendekati Yosemite, sekitar satu jam perjalanan dari Mariposa County, adalah rumah bagi beberapa pohon sequoia terbesar dan tertua di dunia.nREUTERS/Carlos Barria
Sebuah rumah terlihat terbakar saat kebakaran hutan Oak Fire membakar dekat Darrah di Mariposa County, California, AS, 23 Juli 2022. Kebakaran hutan ini dikhawatirkan akan mendekati Yosemite, sekitar satu jam perjalanan dari Mariposa County, adalah rumah bagi beberapa pohon sequoia terbesar dan tertua di dunia.nREUTERS/Carlos Barria
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - IOP Publishing dalam jurnal Environmental Research Letters menerbitkan studi baru soal hutan secara global pada hari Senin, 1 Agustus 2022. Studi itu mengungkap bahwa selama 60 tahun terakhir kawasan hutan global telah menurun sebesar 81,7 juta hektare, kerugian yang berkontribusi pada penurunan lebih dari 60 persen luas hutan global per kapita. Kehilangan ini mengancam masa depan keanekaragaman hayati dan berdampak pada kehidupan 1,6 miliar orang di seluruh dunia.

Tim peneliti yang dipimpin oleh Ronald C. Estoque dari Center for Biodiversity and Climate Change, Forestry and Forest Products Research Institute (FFPRI) di Jepang, telah menemukan bahwa kawasan hutan global telah menurun sebesar 81,7 juta hektare dari tahun 1960 hingga 2019, setara dengan luas lebih dari 10 persen dari seluruh Pulau Kalimantan, dengan kehilangan hutan bruto (437,3 juta hektare) melebihi perolehan hutan bruto (355,6 juta hektare).

Tim menggunakan basis data dari penggunaan lahan global untuk memeriksa bagaimana hutan global telah berubah dari waktu ke waktu. Akibatnya, penurunan hutan global dikombinasikan dengan peningkatan populasi global selama periode 60 tahun telah mengakibatkan penurunan luas hutan global per kapita lebih dari 60 persen, dari 1,4 hektare pada tahun 1960 menjadi 0,5 hektare pada tahun 2019.

"Kehilangan dan degradasi hutan yang terus-menerus mempengaruhi integritas ekosistem hutan, mengurangi kemampuannya untuk menghasilkan dan menyediakan layanan penting dan mempertahankan keanekaragaman hayati. Ini juga berdampak pada kehidupan setidaknya 1,6 miliar orang di seluruh dunia, terutama di negara-negara berkembang, yang bergantung pada hutan untuk berbagai tujuan,” tulis para peneliti.

Hasil penelitian juga mengungkapkan bahwa perubahan pola spatiotemporal hutan global mendukung teori transisi hutan, dengan hilangnya hutan terjadi terutama di negara-negara berpenghasilan rendah di daerah tropis dan keuntungan hutan di negara-negara berpenghasilan tinggi di ekstratropis. Spatiotemporal analisis data adalah ketika data dikumpulkan melintasi ruang dan waktu. Ini menggambarkan fenomena di lokasi dan waktu tertentu..

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Ronald C. Estoque, penulis utama studi tersebut, menjelaskan, “Meskipun pola spasial hilangnya hutan ini terjadi terutama di negara-negara kurang berkembang, peran negara-negara yang lebih maju dalam hilangnya hutan tersebut juga perlu dipelajari lebih dalam. Dengan penguatan konservasi hutan di negara-negara yang lebih maju, hilangnya hutan dipindahkan ke negara-negara kurang berkembang, terutama di daerah tropis."

“Saat ini, pemantauan hutan dunia merupakan bagian integral dari berbagai inisiatif lingkungan dan sosial global, termasuk Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), Perjanjian Iklim Paris dan Kerangka Keanekaragaman Hayati Global Pasca-2020. Untuk membantu mencapai tujuan dari inisiatif ini, ada kebutuhan besar untuk membalikkan, atau setidaknya meratakan, kurva kehilangan hutan bersih global dengan melestarikan hutan yang tersisa di dunia dan memulihkan serta merehabilitasi lanskap hutan yang terdegradasi,” tulis para peneliti.

Baca:
Dunia Kehilangan Hutan Setiap Tahun Lebih dari Setengah Pulau Sulawesi

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Kelebihan Punya Tinggi Badan Menjulang Menurut Penelitian

15 jam lalu

Ilustrasi pria bertubuh tinggi dan pendek. shutterstock.com
Kelebihan Punya Tinggi Badan Menjulang Menurut Penelitian

Selain penampilan, orang tinggi diklaim punya kelebihan pada kesehatan dan gaya hidup. Berikut keuntungan memiliki tinggi badan di atas rata-rata.


Selain Tikus, Inilah 4 Hewan yang Kerap Dijadikan Percobaan Penelitian

21 jam lalu

Kelinci yang menjadi alat uji ilmiah. shutterstock.com
Selain Tikus, Inilah 4 Hewan yang Kerap Dijadikan Percobaan Penelitian

Berikut beberapa hewan yang kerap dijadikan hewan percobaan dalam penelitian:


Setiap 26 April Diperingati Hari Kekayaan Intelektual Sedunia, Ini Awal Penetapannya

1 hari lalu

Hormati hak cipta! TEMPO/Fahmi Ali
Setiap 26 April Diperingati Hari Kekayaan Intelektual Sedunia, Ini Awal Penetapannya

Hari Kekayaan Intelektual Sedunia diperingati setiap 26 April. Begini latar belakang penetapannya.


Atasi Kekurangan Zinc pada Anak, Periset BRIN Teliti Suplemen Zinc dari Peptida Teripang

4 hari lalu

Teripang. klikdokter
Atasi Kekurangan Zinc pada Anak, Periset BRIN Teliti Suplemen Zinc dari Peptida Teripang

Saat ini suplemen zinc yang tersedia di pasaran masih perlu pengembangan lanjutan.


BRIN Tawarkan Model Agrosilvofishery untuk Restorasi Ekosistem Gambut Berbasis Masyarakat

5 hari lalu

Suasana hutan dan lahan gambut yang telah habis terbakar di Desa Limbung, Kecamatan Sungai Raya, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat, Senin, 11 September 2023. Berdasarkan data BMKG pada 10 September 2023, dari hasil deteksi titik panas dengan menggunakan sensor VIIRS dan MODIS pada satelit polar (NOAA20, S-NPP, TERRA dan AQUA) yang memberikan gambaran lokasi wilayah yang mengalami kebakaran hutan dan lahan, terdapat 554 titik panas di Kalimantan Barat. ANTARA FOTO/Jessica Wuysang
BRIN Tawarkan Model Agrosilvofishery untuk Restorasi Ekosistem Gambut Berbasis Masyarakat

Implimentasi model agrosilvofishery pada ekosistem gambut perlu dilakukan secara selektif.


Peneliti BRIN di Spanyol Temukan Antibodi Pencegah Virus SARS-CoV-2

5 hari lalu

Gambar mikroskop elektron pemindaian ini menunjukkan SARS-CoV-2 (obyek bulat biru), juga dikenal sebagai novel coronavirus, virus yang menyebabkan Covid-19, muncul dari permukaan sel yang dikultur di laboratorium yang diisolasi dari pasien di AS. [NIAID-RML / Handout melalui REUTERS]
Peneliti BRIN di Spanyol Temukan Antibodi Pencegah Virus SARS-CoV-2

Fungsi utama antibodi itu untuk mencegah infeksi virus SARS-CoV-2 yang menyebabkan pandemi Covid-19 pada 2020.


Peneliti BRIN Ihwal Banjir Bandang Dubai: Dipicu Perubahan Iklim dan Badai Vorteks

8 hari lalu

Mobil terjebak di jalan yang banjir setelah hujan badai melanda Dubai, di Dubai, Uni Emirat Arab, 17 April 2024. REUTERS/Rula Rouhana
Peneliti BRIN Ihwal Banjir Bandang Dubai: Dipicu Perubahan Iklim dan Badai Vorteks

Peningkatan intensitas hujan di Dubai terkesan tidak wajar dan sangat melebihi dari prediksi awal.


Begini Cara Menulis Artikel Ilmiah di Jurnal Terindeks Scopus

8 hari lalu

Ilustrasi jurnal ilmiah. Shutterstock
Begini Cara Menulis Artikel Ilmiah di Jurnal Terindeks Scopus

Jurnal terindeks Scopus menjadi salah satu tujuan para peneliti di Indonesia untuk mempublikasikan artikel ilmiah atau penelitiannya, bagaimana cara menulis artikel ilmiah yang terindeks scopus?


Siklon Tropis Olga dan Paul Meluruh, Dua Gangguan Cuaca Menghadang Pemudik Saat Arus Balik

13 hari lalu

Penumpang Kapal Motor (KM) Dobonsolo menggunakan sepeda motor saat tiba di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Minggu, 14 April 2024. Kementerian Perhubungan memberangkatkan peserta mudik gratis pada arus balik Lebaran 2024 dengan rincian sebanyak 1.705 orang penumpang dan 663 unit sepeda motor melalui jalur transportasi kapal laut dari Pelabuhan Tanjung Emas, Semarang tujuan Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta dengan menggunakan Kapal Pelni KM Dobonsolo. TEMPO/M Taufan Rengganis
Siklon Tropis Olga dan Paul Meluruh, Dua Gangguan Cuaca Menghadang Pemudik Saat Arus Balik

Cuaca di Indonesia selama periode arus balik mudik hingga sepekan mendatang masih dipengaruhi oleh dua gangguan cuaca skala sinoptik.


Monash University Gelar World Health Summit, Demam Berdarah Hingga Penelitian Soal Obat Jadi Bahasan

16 hari lalu

Associate Professor Henry Surendra sebelumnya membahas kesenjangan pandemi dan kematian akibat Covid-19 di Indonesia/Monash University
Monash University Gelar World Health Summit, Demam Berdarah Hingga Penelitian Soal Obat Jadi Bahasan

World Health Summit akan pertama kali digelar di Monash University. Ada beberapa tema yang akan dibahas oleh peneliti, salah satunya, demam berdarah