TEMPO.CO, Jakarta - Forum Orang Tua Mahasiswa Sekolah Bisnis dan Manajemen Institut Teknologi Bandung (SBM ITB) mengapresiasi langkah Rektor ITB yang membuka jalan dialog terkait konflik yang terjadi antara dosen SBM ITB dengan rektorat. "Selain itu beberapa tuntutan orang tua mahasiswa, sebagian sudah mulai dipenuhi oleh kampus," kata Perwakilan Forum Orang Tua Mahasiswa SBM ITB, Ali Nurdin dalam keterangan tertulisnya pada Selasa, 6 September 2022.
Ali mengatakan orang tua mahasiswa pada 20 Agustus 2022 melakukan pertemuan dengan pihak dekanat secara daring dan luring. Dalam pertemuan tersebut, kata dia, dialog berjalan lancar serta beberapa tuntutan sebagian dipenuhi.
Forum itu dihadiri Pelaksana tugas Dekan SBM ITB Jaka Sembiring, Pelaksana tugas Wakil Dekan Bidang Akademik Tjandra Anggraeni, Kepala Program Studi Manajemen Nur Budi Mulyono dan Kepala Program Studi Wirausaha Akbar Adhiutama.
"Di dalam pertemuan tersebut Pak Jaka Sembiring mengatakan bahwa komunikasi selama ini sudah mulai terbuka baik dengan pihak orang tua baik pihak Rektorat sehingga beberapa kegiatan itu sudah mengakomodir permintaan orang tua," kata Ali.
Jaka Sembiring juga mengungkapkan sejak masalah SBM ITB muncul pada Desember 2021 telah terjadi penurunan mutu dan kualitas pendidikan. Namun, seiring berjalannya waktu, tuntutan orang tua mulai dipenuhi dan kondisi SBM ITB mulai lebih baik.
"Beberapa waktu terakhir beberapa permintaan orang tua sudah dipenuhi jadi pada pokoknya menyambut baik," katanya.
Ali menjelaskan, tuntutan orang tua kepada rektorat dan SBM ITB agar kualitas dan mutu pendidikan tidak berubah sudah bisa dipenuhi. Ali mengatakan beberapa tuntutan yang dipenuhi rektorat yaitu kegiatan mentoring, visiting professor dan coaching clinic tidak dihilangkan.
"Cukup banyak daftar beberapa kegiatan sudah dipenuhi. Memang tidak langsung tuntas (masalah) tapi pintu dialog sudah dibuka. Permasalahan di SBM ITB ini sudah mulai mencair dengan diawali pertemuan dengan pihak rektor," kata dia.
Ali mengatakan pihaknya ketika itu sempat ingin menyomasi rektor karena tidak pernah dibuka pintu dialog. Namun, kata dia, para orang tua saat ini memahami bahwa rektorat kini juga memiliki keinginan untuk menghasilkan kualitas pendidikan yang baik.
Ali juga berharap kurikulum baru yang diterapkan di SBM ITB tetap baik dan berkualitas. Dia mengatakan perlu adanya pertemuan seluruh sivitas terkait penjelasan kurikulum dan programnya.
Sebelumnya, berkurangnya anggaran SBM ITB akibat kisruh swakelola berdampak terjadi penurunan visiting professor, dari semula enam orang untuk long-visit masing-masing selama empat bulan menjadi empat orang. Sementara dari 11 orang short-visit berkurang menjadi tiga orang.
Selain itu, program pengembangan soft skill bagi mahasiswa S1 kelas international angkatan masuk 2019, mendapatkan dua kali pelatihan atau mentoring sebelum berangkat dan enam bulan setelah berada di luar negeri. Sedangkan untuk mahasiswa angkatan masuk 2020 dan 2021 tidak mendapatkan program pengembangan tersebut karena tidak ada anggarannya.
Adapun Plt. Wakil Dekan Bidang Akademik Tjandra Anggraeni menyampaikan terkait kurikulum baru yang akan diimplementasikan pada semester 1 Tahun Ajaran 2022/2023. Sebelum penerapan kurikulum ini SBM ITB menerima masukan dari seluruh pemangku kepentingan baik dari mahasiswa dan alumni.
"Pertemuan ini diharapkan ada masukan dari para orang tua terhadap pelaksanaan kurikulum ke depannya. Dan yang disampaikan pada pertemuan kali ini adalah program yang akan dilaksanakan selama 2022," ujar Tjandra.
Baca juga: Kisruh SBM ITB: Orang Tua ke Kementerian, Maju ke Pengadilan Jika Berlanjut
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “http://tempo.co/”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.