TEMPO.CO, Jakarta - Di permulaan perang pada Februari lalu, Rusia adalah termasuk kekuatan drone militer yang mengerikan. Drone-drone itu menjadi kunci dari doktrin 'reconnaissance-strike complex' Angkatan Darat Rusia yang mencari dan memetakan secepat mungkin target serangan artilerinya.
Dalam barisan drone tempur Rusia itu termasuk Orlan-10, Orlan-30, dan Zastava dengan spesfikasi kemampuan terbang rendah. Juga yang berukuran lebih besar dengan spesifikasi terbang medium-altitude long-endurance (MALE) seperti Forpost-R dan Orion.
Sekarang, enam bulan perang berjalan, gudang senjata Rusia diduga mengalami krisis. Sebuah studi independen terhadap gambar-gambar korban peralatan perang Rusia telah menghitung militer negara itu kehilangan sedikitnya 5.362 tank, pesawat, kendaraan lapis baja, meriam, truk dan drone. Termasuk 120 drone militer.
Klaim yang disampaikan kubu Ukraina bahkan lebih besar lagi, yakni sampai 847 drone Rusia yang berhasil mereka rontokkan.
The Washington Post melaporkan kalau Rusia tak menyerah atas kehilangan besarnya itu. Post menyebut kalau, setelah beberapa bulan negosiasi dengan sejumlah pejabat Iran, Rusia setuju membeli drone dalam jumlah besar. Moskow membeli drone-drone Mohajer-6, Shahed-129, dan Shahed-191 yang spesifikasinya setara Forpost-R dan Orion MALE.
Negosiasi itu memberi situasi ironis bagi Rusia karena selama puluhan tahun sebelumnya berperan menyuplai Iran dengan persenjataan yang lebih maju. "Tapi faktanya Rusia saat ini membutuhkan tambahan drone untuk mendukung kebijakan perangnya, dan jelas sekali mereka tidak membuatnya dalam jumlah yang cukup di dalam negeri," kata Zachary Kallenborn, analis senjata pemusnah massal di Schar School of Policy and Government, George Mason University, di Fairfax, Virginia, AS.
Menurut dia, drone memang murah dan bisa banyak didapat, "Tapi apa yang terjadi ketika drone sampai habis?"
Krisis drone Rusia terjadi saat Amerika Serikat dan NATO menyuplai Ukraina dengan 28 sistem peluncur multiroket, termasuk M142 HIMARS dan M270 MLRS yang berbasis truk. Persenjataan itu telah menyerang jauh ke belakang garis pertahanan Rusia.
Tentara Ukraina berjalan di samping tank dan kendaraan lapis baja Rusia yang hancur, di tengah invasi Rusia ke Ukraina, di Bucha, di wilayah Kyiv, Ukraina, 6 April 2022. Rekaman drone yang diambil pada Selasa (19 April) menunjukkan setidaknya selusin tank Rusia dan kendaraan lapis baja hancur di Bucha, wilayah utara Kyiv, Ukraina. REUTERS/Alkis Konstantinidis
Roket-roket itu telah menghancurkan depot-depot amunisi, sistem pertahanan udara, dan markas pasukan Rusia di Ukraina. Mereka di antaranya memberi landasan untuk serangan militer pasukan Ukraina di Kherson.
Tanpa pasukan drone, Rusia sedikit saja memiliki peluang untuk bisa memetakan lokasi dan menghancurkan sistem peluncur roket-roket tersebut.
Iran sejatinya bukanlah negara yang bisa menyuplai mesin perang Rusia, tapi tidak ada negara lain yang memproduksi drone akan menjualnya ke Rusia. Ini terkait kebijakan pemerintahnya ataupun pengaruh opini dunia yang menyalahkan Rusia atas perang yang terjadi di Ukraina.
“Adapun Iran telah bertahun-tahun memasok drone ke sekutunya di Timur Tengah," kata Kallenborn. Drone-drone itu telah digunakan, antara lain drone Abqaiq-Khurais yang menyerang fasilitas kilang minyak Arab Saudi dan menyebabkan produksi minyak dunia sempat susut lima persen.
Drone tempur terlihat di situs bawah tanah di lokasi yang dirahasiakan di Iran, dalam gambar selebaran yang diperoleh pada 28 Mei 2022. (Reuters)
Sayangnya bagi Rusia, drone-drone yang sudah dibelinya dari Iran itu kelihatannya sebagian malfungsi saat hendak digunakan di Ukraina. "Pihak Rusia tidak puas," bunyi laporan The Washington Post.
Ada juga pertanyaan tentang berapa lama sebuah drone nonsiluman yang terbang setinggi 10 ribu kaki bisa bertahan di wilayah udara Ukraina. Jaringan pertahanan udara Ukraina dianggap cukup luas, dan terbukti bertanggung jawab untuk rontoknya drone-drone MALE buatan Rusia.
Pertahanan Udara Ukraina juga telah menjadi lebih mematikan saat ini, dengan pengerahan sistem rudal IRIS-T dan NASAMS yang dipasok NATO.
POPULAR MECHANICS, THE WASHINGTON POST
Baca juga:
Giliran Kemensos Jadi Sasaran: 102 Juta Data Dibobol Hacker, Bukan Bjorka?
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.