TEMPO.CO, Jakarta - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melalui Majelis Profesor Riset mengukuhkan empat orang peneliti di lingkungan BRIN sebagai profesor riset di Jakarta, Rabu, 28 September 2022.
Keempat peneliti tersebut adalah Anang Hari Kristanto dari Organisasi Riset (OR) Hayati dan Lingkungan, Angela Mariana Lusiastuti dari OR Kesehatan, dan Dina Bisara dari OR Kesehatan, serta Erni Budiwanti dari OR Ilmu Pengetahuan Sosial Humaniora.
Kepala BRIN, Laksana Tri Handoko, mengharapkan semangat keempat periset dapat menular kepada rekan-rekannya. ““Semoga hal ini bisa menjadikan semangat bagi para periset lainnya, agar kaderisasi serta kompetensi pada kepakaran tertentu tetap terjaga dan berkesinambungan,” kata Handoko.
"Kaderisasi ini penting untuk terus menghasilkan penelitian yang berkualitas untuk terus dikembangkan guna mendukung sustainability pembangunan. Seperti harapan Indonesia, harapannya BRIN selalu memiliki terobosan atau inovasi baru untuk mewujudkan Indonesia yang lebih baik," tambahnya.
Domestikasi dan Pengembangan Vaksin Ikan
Pada acara hari ini, dua orang peneliti memiliki objek yang sama, yaitu ikan. Anang Hari Kristanto, pakar Bidang Pemuliaan Genetika menyampaikan tentang domestikasi ikan air tawar mendukung perikanan.
Sementara, Angela Mariana Lusiastuti, pakar Bidang Kesehatan Ikan dan Lingkungan, dalam orasinya membahas tentang inovasi pengembangan vaksin untuk budidaya ikan air tawar berkelanjutan.
Secara lebih mendalam, Anang menjelaskan adanya ancaman kepunahan karena berbagai sebab, seperti terjadinya penebangan hutan yang tidak terkontrol, pencemaran lingkungan dan terjadi penangkapan yang berlebih. “Agar tidak punah diperlukan teknologi domestikasi,” jelas Anang.
Namun, niat baik bukan tanpa masalah, ia harus menghadapi berbagai tantangan. "Keberadaan populasi ikan air tawar makin berkurang. Selain itu, kegiatan domestikasi memerlukan sarana penampungan dan biaya besar,” jelas Anang. Dan pastinya, masalah penyediaan pakan selama pemeliharaan larva, benih dan pembesaran.
Ia menyimpulkan usaha domestikasi ikan air tawar asli Indonesia dapat dilakukan melalui modifikasi lingkungan mendekati habitat asli. Selain itu, pemberian pakan sesuai dengan kebutuhan perkembangan gonad. Gonad adalah bagian dari organ reproduksi pada ikan yang menghasilkan telur pada ikan betina dan sperma pada ikan jantan.
Anang juga menyarankan pemberian hormon secara oral melalui pakan atau implant/suntikan. Namun, pada ikan budidaya yang terdomestikasi secara alami, seperti ikan gurame, untuk meningkatkan produksi perlu perbaikan pada teknologi budidayanya. Menurutnya pemilihan induk yang benar, rasio induk yang digunakan, lama penggunaan induk dan penanganan larva menjanjikan hasil yang lebih baik.
Vaksin Ikan
Angela menyoroti kesehatan ikan. Menurutnya, penyakit pada ikan menjadi penting karena menjadi suatu kendala dalam kegagalan produksi komoditas unggulan perikanan budidaya. Munculnya penyakit pada ikan merupakan hasil interaksi komplek antara tiga biosistem dalam perairan, yaitu ikan yang lemah, patogen yang virulen dan kualitas lingkungan yang memburuk.
Angela menjelaskan permasalahan pada perikanan budidaya berupa parasit, bakteri, virus dan jamur. “Total kerugian ekonomi akibat penyakit dapat mencapai lebih dari Rp 1 triliun setahun,” jelasnya.
Untuk pengelolaan kesehatan ikan terutama upaya pencegahan untuk masa mendatang adalah melalui pendekatan ekologis biologis seperti penggunaan vaksin, biosecurity, probiotik, herbal essential dan pembentukan populasi yang tahan penyakit.
Vaksinasi, sebagai bagian dari pencegahan, melindungi ikan terhadap satu jenis patogen melalui vaksin monovalen atau lebih dari satu patogen menggunakan vaksin bivalen atau polivalen. Vaksinasi terbukti menjadi pencegahan yang efektif untuk mengurangi wabah penyakit.
Dari berbagai jenis vaksin, menurut Angela, vaksin polivalen merupakan suatu keharusan yang dibutuhkan ke depannya, dengan pemetaan keberadaan dan fungsi gen virulen dikorelasikan dengan patogenitas penyakit.
Sementara itu, periset Dina Bisara, pakar bidang kesehatan masyarakat, menyampaikan hasil orasi berupa foto toraks dan tes cepat molekuler (TCM) yang merupakan teknologi yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan penemuan kasus TBC.
Kombinasi skrining gejala dan foto toraks dapat menambah penemuan kasus TBC dan penggunaan TCM untuk diagnosis TBC akan berdampak pada peningkatan cakupan kasus yang ditemukan dan diobati sehingga mengurangi penularan yang akhirnya kasus TBC dapat ditekan.
Periset Erni Budiwanti, pakar bidang antropologi agama, menyampaikan orasi bagaimana mengelola keberagaman agama dalam ruang publik. Isu utama dalam negara yang pluralistik, seperti Indonesia, adalah keragaman (diversity) dan kesatuan (unity).
Konflik yang mengatasnamakan agama sebagai bagian dinamika keberagaman. Oleh karena itu ruang publik dalam masyarakat idealnya merepresentasikan koeksistensi damai, di samping itu pemerintah dalam peran kebijakan pada negara juga diharapkan tidak mengabaikan aspirasi dan kepentingan minoritas agama.
Baca:
BRIN Beberkan Riset EV, dari Perahu Listrik sampai Baterai Nirkabel
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.