TEMPO.CO, Jakarta - Tim mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) meraih juara 2 dalam International East Asian Medical Students’ Conference (EAMSC) 2023 di Kathmandu, Nepal pada akhir Januari lalu. Juara itu diraih karena meneliti bagaimana Cold Water Immersion (CWI) atau cryotherapy bermanfaat sebagai pertolongan pertama bagi penderita hipertemia.
Najma Ali, perwakilan dari tim mahasiswa FKUI mengatakan tim melakukan tinjauan sistematis dan meta analisis terkait manfaat lain dari CWI. CWI selama ini diyakini dapat membantu para atlet mengurangi nyeri otot setelah olahraga.
CWI adalah praktik berendam selama 10–15 menit di air dingin dengan suhu 10–15 derajat celsius. Dilansir dari portal Headline, Dr. A. Brion Gardner, seorang ahli bedah ortopedi dari The Centers for Advanced Orthopaedics, mengatakan mandi es dapat membantu para atlet untuk pemulihan lebih cepat, pengurangan kerusakan otot dan jaringan, serta peningkatan fungsi tubuh.
Melihat fakta ini, mereka merangkum dan menyintesis efektivitas CWI dalam mengatasi heat stroke, termasuk menentukan suhu yang paling efektif serta level imersi terbaik.
Heat stroke merupakan kondisi darurat yang ditandai dengan hipertermia berat dan disfungsi organ yang menyebabkan tingkat morbiditas signifikan jika tidak ditangani dengan baik. Hipertermia terjadi ketika suhu tubuh terlalu tinggi atau lebih dari 38,5 derajat celsius yang disebabkan oleh kegagalan pada sistem pengatur pendinginan suhu tubuh.
“Hipertermia ini umum terjadi di lingkungan panas. Pada 2015, jumlah orang yang terpapar gelombang panas meningkat 175 juta jiwa. Studi lain di negara tropis juga memperkirakan tingkat kematian akibat penyakit terkait panas mencapai 19,5%,” ujar Najma dari siaran persnya pada Kamis, 16 Februari 2023.
Dari hasil penelitian yang dilakukan Najma dan timnya, ditemukan bahwa CWI dapat dijadikan salah satu metode pertolongan pertama terbaik dalam kondisi hipertermia karena terbukti memiliki tingkat pendinginan yang lebih unggul, tingkat kelangsungan hidup yang baik, dan implementasi yang lebih mudah diakses dibandingkan ice water.
CWI secara signifikan mampu menurunkan suhu tubuh pasien hipertermia dengan suhu optimal 14–16 derajat celcius dan level immersion di atas pinggang. Temuan tersebut kemudian dirangkum dalam poster berjudul “Regulating the Temperature and Level of Cold Water Immersion as an Effective First-aid of Hyperthermia: A Systematic Review and Meta-Analysis of Randomized Studies”.
Berkat bimbingan dari Ardi Findyartini selaku Guru Besar Departemen Pendidikan Kedokteran FKUI, serta Gilbert Lazarus dan Felix Lee selaku mahasiswa senior FKUI, poster karya tim mahasiswa FKUI ini berhasil memenangkan juara 1 di tingkat nasional dan mewakili Asian Medical Students’ Association (AMSA) Indonesia di ajang EAMSC 2023. Pada gelaran yang berlangsung 27–31 Januari lalu, tim mahasiswa FKUI menjadi Juara 2 di tingkat global.
Saat presentasi, tim FKUI menampilkan drama singkat dengan alat bantu boneka agar materi yang disampaikan dapat diterima dengan mudah oleh audiens. Boneka tersebut diibaratkan sebagai penderita hipertermia yang suhunya tidak turun ketika diimersi dengan air bersuhu temperatur.
Sebagai solusi, boneka diberi tindakan CWI dengan menenggelamkannya ke dalam mangkuk berisi air dingin untuk menurunkan suhu boneka. Ternyata, cara ini berhasil membangkitkan antusias juri dan penonton.
Pilihan Editor: Dosen ITB Larang Mahasiswa Gunakan ChatGPT untuk Jawab Ujian dan Tugas
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung.