Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Delima Silalahi, Penerima Nobel Hijau 2023: Perjuangan Belum Usai

image-gnews
Delima Silalahi pemenang Goldman Environmental Prize. Dok. Pribadi
Delima Silalahi pemenang Goldman Environmental Prize. Dok. Pribadi
Iklan
 

Doa dari Masyarakat Adat 

Dalam aktivismenya, Delima pada awalnya ditentang oleh keluarga. Pekerjaannya dianggap tidak banyak menghasilkan uang dan cenderung mengancam keselamatan. Bukan hanya ancaman lewat SMS, intimidasi dalam bentuk berita yang menyerang lembaga, kekerasan aparat, dan provokasi untuk membangun ketidakpercayaan tak asing baginya.

“Keluarga awalnya banyak yang menentang, tapi kita harus punya prinsip. Standar kesejahteraan dan kebahagiaan orang berbeda-beda,” tuturnya. 

Meski begitu, Delima mengaku terharu karena dia dan keluarga sering didoakan oleh masyarakat adat agar jauh dari bahaya. “Setiap hari kita ke desa, pulangnya selalu kita didoakan. Itu menurutku sangat spesial,” ujarnya. “Memang kalau bekerja seperti ini tidak ada materi yang kita dapatkan, tapi kebahagiaannya ada banyak.”

Mengira Penghargaan Modus Penipuan 

Panitia Goldman Environmental Prize menghubungi Delima lewat telepon pada akhir Oktober lalu. Yang dia tangkap, Ada organisasi yang menominasikannya ke panitia yang kemudian melakukan proses seleksi. Delima mengaku tidak tahu tentang proses selebihnya.  

“Ketika saya ditelepon, saya pikir itu penipuan karena KSPPM juga nggak tahu sama sekali," kata dia, "Orang-orang yang memberi testimoni juga nggak memberi tahu. Mereka bekerja dengan sangat rahasia, juga punya juri tersendiri.” 

Delima Silalahi pemenang Goldman Environmental Prize. Dok. Pribadi

 
Setelah lebih jelas, Delima berdiskusi terlebih dahulu dengan KSPPM dan komunitas, karena baginya ini adalah kerja bersama. "Mereka bilang untuk menerimanya saja, agar jadi penghargaan buat semua," katanya sambil menambahkan selanjutnya mengisi persetujuan untuk menerima penghargaan.

Saat seremoni, Delima mengaku merasa dihargai oleh banyak orang dari komunitas internasional yang juga peduli soal lingkungan. Itu di luar apa yang dibayangkan selama ini bahwa berjuang untuk lingkungan masyarakat adat adalah berjalan di jalan sunyi. "Saya sangat terkejut. Ini di luar ekspektasi saya,” ujarnya.

Delima dan lima pemenang lainnya menerima piala berupa pahatan Ouroboros, ular yang menggigit ekornya sendiri, sebagai simbol pembaruan alami atau kesuburan. Sebagai tambahan dari pengakuan global dan hadiah uang, Delima dkk juga akan mendapatkan akses kepada bantuan hibah, pengembangan jejaring dan profesional, dukungan keselamatan diri, komunikasi strategis, dan peluang berpartisipasi dalam program para pemuda.

Pilihan Editor: Hasil Investigasi BPOM Soal Etil Oksida di Indomie Rasa Ayam Spesial yang Disebut FDA Taiwan Picu Kanker


Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Ketua Adat Sorbatua Siallagan Ditangkap Polda Sumut Atas Laporan Toba Pulp Lestari

40 hari lalu

Sejumlah massa yang tergabung dalam Aliansi Gerak Tutup TPL melakukan aksi di depan Kementerian Koordiator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Jakarta, Rabu, 24 November 2021. Aksi tersebut menyampaikan tuntutan agar Kemenko Kemaritiman dan Investasi mencabut izin konsesi PT Toba Pulp Lestari (PT TPL) dari wilayah adat serta menghentikan kriminalisasi kepada masyarakat adat Tano Batak. TEMPO/Muhammad Hidayat
Ketua Adat Sorbatua Siallagan Ditangkap Polda Sumut Atas Laporan Toba Pulp Lestari

Sorbatua Siallagan gencar melawan upaya pencaplokan Toba Pulp Lestari. Ia dilaporkan karena menduduki kawasan hutan di area konsesi PT TPL.


2 Ketua Adat Ini Ditangkap Polisi karena Mempertahankan Lahan

41 hari lalu

Ilustrasi tanah adat. Shutterstock
2 Ketua Adat Ini Ditangkap Polisi karena Mempertahankan Lahan

Ketua adat Dolok Parmonangan Sorbatua Siallagan berurusan dengan polisi, karena mempertahankan tanah warisan leluhurnya


Nikson Nababan Perjuangkan Hutan Adat di Tapanuli Utara

41 hari lalu

Nikson Nababan Perjuangkan Hutan Adat di Tapanuli Utara

Bupati Tapanuli Utara (Taput), Nikson Nababan, sukses memperjuangkan hutan negara seluas 15.879 Hektare (Ha) menjadi hutan adat, di Kabupaten Tapanuli Utara.


Berjuang Mempertahankan Tanah Adat, Ketua Komunitas Adat Dolok Parmonangan Ditangkap Polda Sumut

44 hari lalu

Ilustrasi tanah adat. Shutterstock
Berjuang Mempertahankan Tanah Adat, Ketua Komunitas Adat Dolok Parmonangan Ditangkap Polda Sumut

Aliansi Masyarakat Adat Nasional menduga kriminalisasi tersebut buntut perjuangan masyarakat mempertahankan tanah adat dari penguasaan PT TPL.


Hari Hutan Internasional: Laju Deforestasi Hutan Tiap Tahun Mengkhawatirkan

47 hari lalu

Penggundulan hutan di India. [www.nature.com]
Hari Hutan Internasional: Laju Deforestasi Hutan Tiap Tahun Mengkhawatirkan

Hari Hutan Internasional diperingati setiap 21 Maret. Sejarahnya dimulai 2012 yang diprakarsai oleh PBB untuk membantu dan mendukung konservasi hutan


Apakah Itu Tanah Adat, Tanah Ulayat, Hutan Adat, dan Hutan Negara?

1 Februari 2024

Ilustrasi tanah adat. Shutterstock
Apakah Itu Tanah Adat, Tanah Ulayat, Hutan Adat, dan Hutan Negara?

Tanah adat, tanah ulayat, hutan adat, dan hutan negara adalah konsep-konsep yang mencerminkan hubungan kompleks antara manusia dan lingkungannya.


Suku Awyu Papua Gelar Aksi di Istana Negara, Tuntut Hak Hutan Adat

11 Mei 2023

Suku Awyu bersama koalisi Selamatkan Hutan Papua saat aksi damai di depan Istana Negara, Jakarta Pusat, Kamis, 11 Mei 2023. Dok: Tempo/Nabiila Azzahra
Suku Awyu Papua Gelar Aksi di Istana Negara, Tuntut Hak Hutan Adat

Masyarakat adat suku Awyu Papua menggelar aksi damai di depan Istana Negara untuk menuntut hak atas tanah.


Perjuangkan Hutan Adat, Suku Awyu Minta Komnas HAM Bentuk Tim Advokasi

10 Mei 2023

Masyarakat adat suku Awyu, Papua Selatan melakukan audiensi dengan Komnas HAM di Jakarta Pusat, Selasa, 9 Mei 2023. dok: Nabiila Azzahra/Tempo
Perjuangkan Hutan Adat, Suku Awyu Minta Komnas HAM Bentuk Tim Advokasi

Suku Awyu asal Papua melakukan audiensi dengan Komnas HAM terkait hutan adat yang terancam konsesi perusahaan sawit, Selasa, 9 Mei 2023.


Aktivis lingkungan Asal Sumut Raih Penghargaan Internasional Goldman 2023

24 April 2023

Delima Silalahi peraih penghargaan internasional Anugerah Lingkungan Goldman 2023. (ANTARA/HO-Edward Tigor)
Aktivis lingkungan Asal Sumut Raih Penghargaan Internasional Goldman 2023

Seorang aktivis lingkungan tingkat akar rumput bernama Delima Silalahi yang berasal dari Tapanuli Utara meraih penghargaan Goldman 2023.


Bupati Ajukan 3 Ribu Hektare Lahan di Rejang Lebong Jadi Kawasan Hutan Adat

17 Maret 2023

Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) menggelar kirab budaya sebagai acara pembuka Rakernas ke-VII di Rejang Lebong, Bengkulu, Jumat, 17 Maret 2023.  TEMPO/Rosseno Aji
Bupati Ajukan 3 Ribu Hektare Lahan di Rejang Lebong Jadi Kawasan Hutan Adat

Bupati Rejang Lebong Syamsul Effendi mengatakan tengah mengajukan 3 ribu hektare lahan di daerahnya menjadi kawasan hutan adat ke KLHK