TEMPO.CO, Jakarta - Setiap generasi memiliki keyakinan, nilai, dan sikap masing-masing yang dibentuk oleh peristiwa atau budaya selama masa tumbuh kembang mereka. Misalnya, Generasi Z (lahir antara 1997–2012) menjadi generasi pertama yang dibesarkan dengan akses ke smartphone, internet seluler, hingga media sosial.
Berdasarkan asumsi secara luas, teknologi memiliki peran besar dalam membentuk kehidupan sosial Generasi Z dibandingkan generasi-generasi sebelumnya. Salah satu hipotesis yang populer adalah Generasi Z lebih hati-hati dan pemalu secara sosial karena lebih sering berinteraksi dengan orang lain melalui dunia maya (online). Walau gagasan itu belum diuji secara sistematis menurut ilmu psikologi, sejauh mana generalisasi tersebut benar?
Studi Terbaru Membandingkan Rasa Malu pada Milenial dan Generasi Z
Sebuah publikasi ilmiah baru—“iGen or shyGen? Generational Differences in Shyness” yang terbit per 27 April 2023 dalam jurnal Psychological Science—berfokus pada perbandingan rasa malu Generasi Z dan Milenial (lahir antara 1981–1996).
Dalam penelitian yang ditulis oleh Louis A. Schmidt dari Departemen Psikologi Universitas McMaster et al., rasa malu diselidiki pada beberapa kelompok mahasiswa dengan menggunakan kuesioner. Data juga diambil dari hasil riset sebelumnya yang berlangsung selama 20 tahun, antara 1999–2020. Secara total, penelitian Schmidt menganalisis data dari 806 siswa yang berusia antara 17 dan 25 tahun.
Tiga kelompok mahasiswa yang diteliti terdiri atas: 266 Milenial, 263 Generasi Z yang diuji sebelum pandemi Covid-19, dan 277 Generasi Z yang diuji selama pandemi Covid-19. Semua mahasiswa mengisi kuesioner rasa malu yang sama.
Kesenjangan Generasi dalam Rasa Malu
Tim ilmuwan menemukan hasil yang mencolok: Tingkat rasa malu menjadi jauh lebih tinggi dari waktu ke waktu. Milenial memiliki rasa malu paling rendah, Generasi Z masa pandemi paling tinggi, dan Generasi Z sebelum pandemi di antara keduanya.
Ini adalah salah satu bukti yang mendukung gagasan bahwa anggota Generasi Z memang lebih pemalu daripada Milenial. Efeknya kemudian diperkuat oleh pandemi Covid-19, kemungkinan besar karena pembatasan fisik dan sosial yang mengurangi peluang interaksi tatap muka.
Schmidt dan kawan-kawan juga menyimpulkan, tumbuh dengan smartphone dan media sosial selama masa kanak-kanak hingga remaja dapat menyebabkan peningkatan rasa malu. Generasi Z mendapat lebih sedikit kesempatan untuk mengembangkan keterampilan sosial dan yang dapat berujung pada kecemasan sosial dan rasa malu yang lebih besar.
Lebih lanjut, para peneliti menerka bahwa penyebab rasa malu yang lebih besar adalah meningkatnya perbandingan sosial dan ekspektasi yang tidak realistis. Kedua hal itu juga mengantar Generasi Z pada kerentanan untuk “dihakimi” oleh orang lain.
Pilihan editor: Saran buat Generasi Z sebelum Masuk Dunia Kerja
SYAHDI MUHARRAM