TEMPO Interaktif, Jakarta: Situs sosial terbesar keempat dunia setelah Facebook, MySpace, dan Friendster, yakni Twitter, dinilai mengompori kepanikan flu babi karena menjadi ajang penyebaran informasi menyesatkan.
Dalam Twitter, yang populer di Amerika Serikat itu, informasi tentang flu babi sangat banyak, mencapai dua persen dari seluruh pesan yang dipertukarkan. Tapi, berbeda dengan media resmi yang memiliki standar informasi, dalam Twitter sebagian informasi yang dibagikan tidak hanya membuat panik, tapi juga menyesatkan.
Baca Juga:
Pesan yang menyesatkan itu, misalnya, bahwa makan daging babi bisa tertular. Atau, yang membuat panik, seperti: Dalam wabah Flu Spanyol 1918-1919, kakek saya bilang jenazah seperti tumpukan kayu.
Berbeda dengan Google, Twitter memang tidak ada mekanisme penyaring informasi. Ini yang membuat Twitter menarik: semua orang memiliki derajat yang sama untuk menyebarkan informasi. Kelemahannya, informasi tidak disaring sama sekali.
Selain itu, informasi dalam Twitter dibatasi 140 karakter dan ini dianggap tidak cukup memberi kedalaman masalah. Semua hanya ringkasan.
"Ini contoh bagus bagaimana (Twitter) bisa bergerak ke arah yang salah," kata Brennon Slattery, penulis di PC World. "Flu babi datang pada saat munculnya revolusi media."
Lihat saja komentar-komentar di Twitter seperti ini:
-- Saya memperhatikan wabah flu babi di amerika dan meksiko dan mungkinkan itu senjata biologi?
-- Dalam wabah Flu Spanyol 1918-1919, kakek saya mengatakan jenazah ditumpuk seperti kayu di kampung halaman kami. FLU BABI = BAHAYA
-- waspadai flu babi!!! (mungkin bisa menjadi wabah dunia) wabah di Meksiko. 62 tewas sampai sekarang!!! Jangan makan babi dari Meksiko!!
CNN/SOFTSAILOR.COM/NURKHOIRI