TEMPO.CO, Jakarta - Brawijaya, Kepala Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional DKI Jakarta-Jabar, mengatakan penggunaan geofoam bukan hal baru di Indonesia. “Dalam skala kecil untuk jalan juga sudah dipakai di Aceh pascagempa 2004,” ujar Brawijaya lewat pesan singkat, Selasa, 13 Juni 2023. Ia menyebut hingga saat ini kondisi geofoam masih bagus.
Saat ini, ujarnya, pembuatan jalan tol Cileunyi-Sumedang-Dawuan (Cisumdawu) pada seksi 5A yang berada di wilayah kerjanya, juga menggunakan geofoam expanded polystyrene (EPS).
Brawijaya menyebut geofoam digunakan pada kondisi tanah lunak atau pada kondisi terjadi gerusan tanah (longsoran). Aplikasi paling banyak pada oprit jembatan di atas tanah lunak.
“Pada lokasi Sta 40+200 pemilihan geofoam adalah karena longsoran besar pada timbunan di atas clayshale,” jelasnya. Adanya bidang longsor yang sudah terbentuk dan tidak memungkinkan lagi menimbun kembali. Selain itu, menurutnya, teknologi ini bisa bertahan hingga 50 tahun.
Brawijaya mengatakan EPS geofoam adalah suatu material timbunan unik yang memiliki berat isi sangat rendah, sekitar 16-32 kg/m3. Ia memberi bandingan, berat itu kurang lebih 1/50–1/60 dari berat tanah timbunan pada umumnya, namun memiliki kekuatan cukup untuk mendukung beban kendaraan bermotor, kereta api, bangunan gedung ringan. Penggunaannya dapat secara signifikan mengurangi beban pada abutment/kepala jembatan.
Dia mengutip dari National Cooperative Highway Research Program (NCHR)–Transportation Research Board, USA bahwa bobot geofoam yang sangat kecil mengurangi secara drastis beban gravitasi pada tanah dasar dan juga mengurangi secara signifikan gaya gempa.
Brawijaya mengakui biaya geofoam lebih tinggi daripada harga tanah timbunan, namun manfaat geofoam dapat mengkompensasi harga keseluruhan daripada konstruksi pada tanah bermasalah seperti tanah lunak, longsoran dan lain-lain. "Timbunan di belakang abutment jembatan dan timbunan pada daerah yang rentan longsor juga membutuhkan teknologi ini," ujarnya.
Menurutnya, geofoam sebenarnya memiliki beberapa jenis tergantung pada kerapatan/beda beratnya. Variasi berat berkisar antara 11.2–48 kg/m3
Kelebihan dan Kekurangan
Brawijaya juga menjelaskan kelebihan geofoam dibanding bahan konvensional, misalnya karena beratnya ringan sehingga tidak menambah beban. Hal lain adalah settlement atau penurunan bukan merupakan masalah bagi penggunaan geofoam.
Selain itu, timbunan bisa vertikal tanpa perlu membuat kemiringan, serta pemasangannya cepat, sehingga dapat menghemat banyak waktu. Walau kelebihan yang dimiliki geofoam tampak menarik, namun tidak cocok untuk segala kondisi. “Tidak selalu bisa diterapkan, tergantung kebutuhan dan kondisi lapangan,” jelas Brawijaya.
Ia menyebut kalau kondisi tanah dengan dasar yang baik, tetap lebih murah menggunakan timbunan biasa. Beberapa kasus terkadang menggunakan kombinasi timbunan dan geofoam.
Untuk diketahui, geofoam yang digunakan pada Jalan Tol Cisumdawu diperoleh dari dalam negeri. “Berdasarkan keterangan dari vendor nilai TKDN-nya sebesar 42,1-42,3 persen,” kata Brawijaya.
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.