Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Peneliti MIT Temukan Warna Laut Berubah sebagai Dampak Perubahan Iklim

Reporter

Editor

Erwin Prima

image-gnews
Untuk melacak perubahan warna laut, para ilmuwan menganalisis pengukuran warna laut yang diambil oleh Moderate Resolution Imaging Spectroradiometer (MODIS) di satelit Aqua, yang telah memantau warna laut selama 21 tahun. (Gambar: NASA/Joshua Stevens/USGS/LANCE/EOSDIS Rapid Response)
Untuk melacak perubahan warna laut, para ilmuwan menganalisis pengukuran warna laut yang diambil oleh Moderate Resolution Imaging Spectroradiometer (MODIS) di satelit Aqua, yang telah memantau warna laut selama 21 tahun. (Gambar: NASA/Joshua Stevens/USGS/LANCE/EOSDIS Rapid Response)
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Warna laut telah berubah secara signifikan dalam 20 tahun terakhir, dan kemungkinan besar penyebabnya adalah perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia. Temuan ini dilaporkan oleh para ilmuwan dari Massachusetts Institute of Technology (MIT) dan Pusat Oseanografi Nasional di Inggris dan Amerika Serikat.

Dalam studi yang dipublikasikan di jurnal Nature pada Rabu, 12 Juli 2023, para ilmuwan menulis bahwa mereka telah mendeteksi perubahan warna laut selama dua dekade terakhir yang tidak dapat dijelaskan hanya dengan variabilitas alami dari tahun ke tahun.

Pergeseran warna ini telah terjadi di lebih dari 56 persen lautan di dunia — bentangan yang lebih besar dari total luas daratan di Bumi.

Secara khusus, para peneliti menemukan bahwa wilayah laut tropis di dekat khatulistiwa telah menjadi semakin hijau dari waktu ke waktu. 

Meskipun tidak kentara oleh mata manusia, pergeseran warna ini menunjukkan perubahan ekosistem esensial di lautan, karena warna lautan merupakan cerminan dari organisme dan material di kedalamannya.

Salah satu penulis penelitian, Stephanie Dutkiewicz mengemukakan bahwa dia telah menjalankan simulasi yang telah menunjukkan selama bertahun-tahun bahwa perubahan warna laut ini akan terjadi.

“Melihatnya benar-benar terjadi secara nyata tidaklah mengejutkan, tetapi menakutkan. Dan perubahan-perubahan ini konsisten dengan perubahan yang disebabkan manusia terhadap iklim,” ungkap dia yang berperan sebagai ilmuwan peneliti senior di Departemen Ilmu Bumi, Atmosfer, dan Planet dan Pusat untuk Ilmu Perubahan Global di MIT, dikutip dari situs MIT, 12 Juli 2023.

Menurut penulis pertama penelitian, B. B. Cael dari Pusat Oseanografi Nasional di Inggris, temuan ini memberikan bukti tambahan tentang bagaimana aktivitas manusia memengaruhi kehidupan di Bumi dalam skala ruang yang sangat besar. “Ini merupakan cara lain manusia mempengaruhi biosfer,” imbuhnya.

Rekan penulis penelitian yang sebagian didukung oleh NASA ini juga termasuk Stephanie Henson dari Pusat Oseanografi Nasional, Kelsey Bisson dari Oregon State University, dan Emmanuel Boss dari University of Maine.

Melacak Perubahan Warna dari Ruang Angkasa

Para ilmuwan telah melacak perubahan warna laut berdasarkan berapa banyak cahaya biru versus hijau yang dipantulkan dari permukaan laut. Perubahan ini dipantau dari luar angkasa.

Awalnya, mereka berencana untuk melakukan pelacakan dengan mengamati perubahan klorofil, pigmen yang dimiliki oleh mikroba fitoplankton yang biasa ditemukan di perairan berwarna hijau.

Namun, setelah mengkaji kembali penelitian-penelitian terdahulu, mereka menemukan bahwa jika melacak klorofil saja, akan dibutuhkan setidaknya 30 tahun pemantauan berkelanjutan untuk mendeteksi tren yang secara khusus didorong oleh perubahan iklim. Mereka pun menemukan cara yang lebih efektif.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Cael dan timnya menganalisis pengukuran warna laut yang diambil oleh sebuah alat pengukur cahaya di atas satelit Aqua, yang telah memantau warna laut selama 21 tahun. 

Perbedaan warna yang diambil satelit terlalu halus untuk dibedakan oleh mata manusia. Sebagian besar lautan tampak biru, sedangkan warna aslinya mungkin mengandung campuran panjang gelombang yang lebih halus, dari biru ke hijau dan bahkan merah.

Lantas, Cael melakukan analisis statistik terhadap data perubahan warna laut yang diukur oleh satelit dari 2002 hingga 2022. Untuk melihat apakah tren ini terkait dengan perubahan iklim, dia menggunakan model perubahan iklim hasil penelitian Dutkiewicz pada 2019 untuk mensimulasikan apa yang akan terjadi pada lautan dengan atau tanpa gas rumah kaca.

Analisis dengan model ini menunjukkan bahwa jika gas rumah kaca ditambahkan ke atmosfer Bumi, sekitar 50 persen permukaan lautan dunia akan berubah warna. Hasil ini hampir persis seperti yang ditemukan Cael dalam analisisnya terhadap data satelit.

“Hal ini menunjukkan bahwa tren yang kami amati bukanlah variasi acak dalam sistem Bumi,” ujarnya. “Ini konsisten dengan perubahan iklim antropogenik.”

Hasil tim pun menunjukkan bahwa memantau warna lautan di luar klorofil dapat memberi para ilmuwan cara yang lebih jelas dan lebih cepat untuk mendeteksi perubahan yang didorong oleh perubahan iklim pada ekosistem laut.

“Warna lautan telah berubah, dan kita belum tahu bagaimana itu bisa terjadi,” kata Dutkiewicz. “Namun kita dapat mengatakan bahwa perubahan warna mencerminkan perubahan komunitas plankton, yang akan berdampak pada segala sesuatu yang memakan plankton.” 

Plankton, khususnya fitoplankton menjadi dasar dari jaring makanan bawah laut dan menopang organisme kompleks dalam laut. Setiap perubahan terhadap fitoplankton akan mengirimkan riak ke seluruh rantai makanan dan mengganggu ekosistem laut yang seimbang.

Hal ini juga disebut akan mengubah seberapa banyak lautan menangkap karbon dioksida, karena plankton dengan jenis berbeda-beda memiliki kemampuan yang berbeda pula dalam menangkapnya dari atmosfer. 

“Jadi, kami berharap orang-orang menganggap ini serius. Bukan hanya model yang memprediksi perubahan ini akan terjadi. Sekarang kita bisa melihatnya terjadi, dan lautan sedang berubah,” tutupnya.

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Guru Besar UGM Beri Saran Prabowo Soal Target Swasembada Pangan

1 hari lalu

Presiden Prabowo Subianto menyampaikan pidato dalam Pelantikan Presiden dan Wakil Presiden 2024-2029 di Gedung Nusantara, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Minggu, 20 Oktober 2024. Prabowo mengatakan Indonesia harus bisa memproduksi kebutuhan pangannya sendiri atau swasembada pangan saat menyampaikan pidato perdananya. TEMPO/M Taufan Rengganis
Guru Besar UGM Beri Saran Prabowo Soal Target Swasembada Pangan

Prabowo menargetkan pencapaian swasembada pangan dalam kurun waktu tiga sampai empat tahun mendatang, begini kata Guru Besar UGM.


Akibat Perubahan Iklim, Ukuran Kupu-kupu di Yunani Mengecil

3 hari lalu

Kupu-kupu menghisap nektar dari bunga di Taman Zoologi Attica, dekat Athena, Yunani, 16 Oktober 2024. REUTERS/Stelios Misinas
Akibat Perubahan Iklim, Ukuran Kupu-kupu di Yunani Mengecil

Peningkatan suhu global menyebabkan penurunan ukuran tubuh kupu-kupu.


Cerita Tim Pelajar MAN IC Serpong yang Sabet 4 Medali dalam Olimpiade Iklim dan Lingkungan di Rusia

5 hari lalu

MAN Insan Cendekia Serpong. Dok. Kemendag
Cerita Tim Pelajar MAN IC Serpong yang Sabet 4 Medali dalam Olimpiade Iklim dan Lingkungan di Rusia

MAN IC Serpong berhasil meraih empat medali dalam ajang International Olympiad on Climate and Environmental Issues (IOCE) yang digelar pada 20-24 Oktober 2024 di Rusia.


Dorong Transisi Energi, Uni Eropa Dukung Smart City di IKN

6 hari lalu

Duta Besar Uni Eropa (UE) untuk ASEAN, Sujiro Seam, meluncurkan EU-ASEAN Green Diplomacy Weeks 2024 di Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta pada Ahad, 27 Oktober 2024. TEMPO/Savero Aristia Wienanto
Dorong Transisi Energi, Uni Eropa Dukung Smart City di IKN

Uni Eropa mendukung Smart City di IKN.


Uni Eropa Gelar Pekan Diplomasi Hijau di GBK

7 hari lalu

Duta Besar Uni Eropa (UE) untuk ASEAN, Sujiro Seam, meluncurkan EU-ASEAN Green Diplomacy Weeks 2024 di Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta pada Ahad, 27 Oktober 2024. TEMPO/Savero Aristia Wienanto
Uni Eropa Gelar Pekan Diplomasi Hijau di GBK

Uni Eropa menggelar Pekan Diplomasi Hijau di GBK.


Leonardo DiCaprio Pilih Kamala Harris, Serukan Perubahan Iklim dan Kritik Donald Trump

7 hari lalu

Red Granite diduga menggunakan US dolar 100 juta yang menurut jaksa telah dialihkan dari dana perusahaan Malaysia 1MDB. Dana itu untuk membiayai film Leonardo DiCaprio The Wolf of Wall Street pada 2013. REUTERS
Leonardo DiCaprio Pilih Kamala Harris, Serukan Perubahan Iklim dan Kritik Donald Trump

Leonardo DiCaprio mendukung Kamala Harris menjadi Presiden Amerika Serikat dan mengkritik Donald Trump.


3 Taman Laut Nasional Thailand Dibuka untuk Wisatawan Selama 6 Bulan

8 hari lalu

Similan Island, Thailand. Unsplash.com/Valeria Hutter
3 Taman Laut Nasional Thailand Dibuka untuk Wisatawan Selama 6 Bulan

Pemerintah Thailand menerapkan sistem buka tutup untuk pengunjung taman laut nasional dengan periode enam bulan


Peneliti BRIN Daerah Sebut Konsep Desentralisasi Lokasi Periset Lebih Positif, Ini Alasannya

9 hari lalu

Logo Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) yang diluncurkan pada peringatan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional ke-26 pada Selasa 10 Agustus 2021. ANTARA/HO-Humas BRIN/am. (ANTARA/HO-Humas BRIN)
Peneliti BRIN Daerah Sebut Konsep Desentralisasi Lokasi Periset Lebih Positif, Ini Alasannya

Menurut peneliti BRIN, konsep desentralisasi lokasi periset lebih positif dibandingkan sentralisasi lokasi periset di Jakarta.


Penarikan Peneliti BRIN ke Pusat Awal Januari 2025, Periset Daerah Salurkan Aspirasi ke DPR

9 hari lalu

Suasana Kantor Badan Riset dan Inovasi Nasional atau BRIN di Jakarta. Tempo/Tony Hartawan
Penarikan Peneliti BRIN ke Pusat Awal Januari 2025, Periset Daerah Salurkan Aspirasi ke DPR

Sejumlah peneliti BRIN di daerah menolak kebijakan sentralisasi riset


Periset BRIN Makassar Tolak Sentralisasi Riset, Usulkan Homebase Regional

9 hari lalu

Logo Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) yang diluncurkan pada peringatan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional ke-26 pada Selasa 10 Agustus 2021. ANTARA/HO-Humas BRIN/am. (ANTARA/HO-Humas BRIN)
Periset BRIN Makassar Tolak Sentralisasi Riset, Usulkan Homebase Regional

Para peneliti menolak kebijakan sentralisasi riset yang diumumkan Kepala BRIN Laksana Tri Handoko.