TEMPO.CO, Jakarta - Menjadi penyandang disabilitas tunanetra tak menghalangi Muhammad Irsyad untuk berkontribusi dalam menjalankan kegiatan Kuliah Kerja Nyata atau KKN. Mahasiswa Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan (PsDK) Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (Fisipol) UGM itu tetap bisa berinteraksi dan membuat program kerja untuk desa tempatnya diterjunkan.
Irsyad bersama kelompoknya melaksanakan KKN di Dusun Bontitan, Desa Sendangagung Kecamatan Minggir Kabupaten Sleman. Dibantu rekan-rekannya, ia mengaku masih bisa menjalankan aktivitasnya dalam berinteraksi dengan warga masyarakat dan perangkat desa.
Mahasiswa asal Solok Selatan Sumatera Barat ini mengaku menyusun sendiri proposal program kerjanya, namun dalam tahap pelaksanaan kegiatan, ia dibantu oleh rekan mahasiswa lainnya. Salah satu program kerja yang dikerjakan Irsyad adalah sosialisasi pentingnya pemilahan sampah, edukasi soal KIP Kuliah dan disability awareness.
“Saya sendiri yang buat kisi-kisi program kerjanya yang kemudian dibantu oleh rekan sesama timnya untuk disosialisasikan ke lingkungan warga,” kata Irsyad.
Soal program pengelolaan sampah, Irsyad selalu menekankan pentingnya bagi warga untuk tidak membakar sampah, namun sebaliknya memilah sampah dari yang sampah plastik hingga sampah organik. “Saya sampaikan dampak negatif jika sering membakar sampah. Sebaiknya dititipkan di bank sampah tidak dibakar, dipisah sampah organik dan non organik,” kata dia.
Irsyad bersyukur rekan-rekannya mendukungnya dalam menjalankan program bahkan banyak membantunya saat beraktivitas dan melakukan mobilitas. “Sehari-hari semua saling support, saat sosialisasi ke warga saya selalu diajak dan dilibatkan dalam kegiatan,” kata dia.
Wakil Rektor Bidang Pendidikan dan Pengajaran UGM Wening Udasmoro mengatakan Irsyad merupakan salah satu mahasiswa penyandang disabilitas yang kuliah di UGM. Meski memiliki keterbatasan secara fisik, namun tidak menutup peluang bagi Irsyad untuk kuliah dan melaksanakan kegiatan KKN di lapangan.
Menurut Wening, sudah menjadi komitmen UGM sebagai kampus inklusi yang ramah bagi penyandang disabilitas. “Komitmen ini dibuktikan dengan menerima mahasiswa dari kalangan disabilitas dan mengembangkan pembelajaran yang ramah disabilitas,” ujarnya.
Kepala Dukuh Bontitan Arief Munandar mengatakan selama di tengah masyarakat, mahasiswa menjalankan program dengan baik dan lancar bahkan mendapat apresiasi dari warga setempat.
Pilihan Editor: Apakah KKN Wajib bagi Mahasiswa? Begini Aturan dan Sejarahnya