Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Sejarah Hari Ini: Kilas Balik Penandatanganan Protokol Montreal 1987

Reporter

Editor

Dwi Arjanto

image-gnews
Ilustrasi lapisan ozon (net)
Ilustrasi lapisan ozon (net)
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Pada 16 September 1987, beberapa negara mengambil langkah penting guna melindungi lapisan ozon di bumi melalui penandatanganan Protokol Montreal. Ini merupkan protokol tentang zat yang merusak lapisan ozon sebagai tanggapan terhadap ilmu pengetahuan mengenai penipisan ozon. 

Mengutip dari International Science Council, sampai saat ini, perjanjian protokol montreal merupakan satu-satunya perjanjian lingkungan hidup Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang telah diratifikasi oleh setiap negara di dunia, dan telah mencapai kemajuan yang nyata. 

99 persen bahan perusak ozon yang dikendalikan oleh protokol montreal telah dihapuskan, dan lapisan ozon berbahaya telah dihilangkan. Meski pemulihannya berjalan lambat, karena zat-zat perusak ozon tetap berada di atmosfer untuk waktu yang lama, namun ozon di bumi perlahan membaik.

Tanpa protokol ini, penipisan ozon akan terus berlanjut dan menyebar ke wilayah lain, sehingga memungkinkan lebih banyak radiasi UV-B mencapai permukaan bumi. Protokol ini juga diperkirakan dapat mencegah sekitar 2 juta kasus kanker kulit per tahun pada tahun 2030 serta melindungi ekosistem pangan dan penyimpanan karbon.

Protokol montreal ditandatangani oleh 46 negara di  pada tanggal 16 September 1987 dan mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 1989 setelah diratifikasi oleh 20 negara. Protokol ini juga telah diratifikasi oleh semua negara anggota PBB dan beberapa negara lainnya. 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Dilansir dari Ozone Unep, para pihak dalam protokol montreal akan bertemu setahun sekali untuk membuat keputusan guna memastikan keberhasilan implementasi perjanjian ini. Hal ini termasuk penyesuaian atau amandemen, yang telah dilakukan enam kali sejak awal. 

Amandemen terbaru, Amandemen Kigali, meminta penghapusan HFC secara bertahap pada tahun 2016. HFC digunakan sebagai pengganti zat perusak ozon yang dihapuskan oleh Protokol Montreal asli. Meskipun tidak merusak lapisan ozon, HFC adalah gas rumah kaca yang berkontribusi pada perubahan iklim.

Protokol Montreal mengandung sejumlah tugas praktis yang disetujui secara universal. Protokol ini telah berhasil mencapai tujuannya dan menjaga lapisan ozon saat ini, berkat upaya kolaboratif dari negara-negara di seluruh dunia, yang telah memulihkan lapisan ozon.

OZONE UNEP | COUNCIL SCIENCE
Pilihan editor: Protokol Montreal: Traktat Internasional yang Berjasa dalam Pelestarian Lapisan Ozon

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Ashoka Luncurkan Gaharu Bumi Innovation Challenge, Gerakan Mitigasi Krisis Iklim

1 jam lalu

Sejumlah aktivis dari organisasi masyarakat sipil membentangkan poster dan spanduk saat menggelar aksi terkait KTT G20 India di depan Kedutaan Besar India, Gama Tower, Jakarta, Jumat, 8 September 2023. Aksi tersebut untuk merespon Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di India yang menurutnya 20 negara dengan perekonomian terbesar di dunia ini gagal memenuhi komitmen mereka; dan sebaliknya, terus membelanjakan uang negara mendukung kebijakan-kebijakan yang lemah dalam upaya-upaya untuk menutup kesenjangan dalam keringanan utang, perpajakan, dan mitigasi perubahan iklim serta transisi energi yang hanya memperburuk dampak dari berbagai krisis dan tidak melihat penderitaan kelompok yang terpinggirkan. TEMPO/M Taufan Rengganis
Ashoka Luncurkan Gaharu Bumi Innovation Challenge, Gerakan Mitigasi Krisis Iklim

Jejaring kewirausahaan sosial global Ashoka meluncurkan gerakan inovatif 'Gaharu BUMI innovation Challenge' di Jakarta, Jumat, 29 September 2023.


UIII Punya Program Studi Perubahan Iklim untuk Magister, Dosennya Tak Hanya dari Indonesia

1 hari lalu

Petugas dari Manggala Agni Daos Ogan Komering Ilir (OKI) dan Daops Lahat melakukan pemadaman kebakaran lahan gambut di Desa Deling, Pangkalan Lampan, Ogan Komering Ilir (OKI), Sumatera Selatan, Sabtu 26 Agustus 2023. Balai Pengendalian Perubahan Iklim dan Kebakaran Hutan dan Lahan Wilayah Sumatera menerjunkan 45 orang personel Manggala Agni dari Daops OKI dan Lahat, untuk melakukan pemadaman kebakran lahan gambut di wilayah tersebut yang sudah terbakar sejak 17 hari yang lalu. ANTARA FOTO/Nova Wahyudi
UIII Punya Program Studi Perubahan Iklim untuk Magister, Dosennya Tak Hanya dari Indonesia

UIII membuka program studi Perubahan Iklim ini untuk dapat berkontribusi kepada negara dalam menjaga dan memelihara ekologi.


Sri Mulyani Hadiri Pertemuan AIIB di Mesir, Bahas Perubahan Iklim dan Investasi Transisi Energi

2 hari lalu

Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam konferensi pers Devisa Hasil Ekspor di Kemenko Perekonomian, Jumat, 28 Juli 2023. TEMPO/Riri Rahayu
Sri Mulyani Hadiri Pertemuan AIIB di Mesir, Bahas Perubahan Iklim dan Investasi Transisi Energi

Sri Mulyani mengatakan AIIB memiliki peran penting sebagai katalisator dalam mendesain berbagai instrumen pembiayaan.


Indonesia jadi Tuan Rumah Bersama Konferensi Minyak Nabati Kedua di Mumbai India

2 hari lalu

Lahan perkebunan Sawit  di Gane Timur, Halmahera Selatan, Maluku Utara, Selasa 23 Januari 2023. (FOTO/Budhy Nurgianto)
Indonesia jadi Tuan Rumah Bersama Konferensi Minyak Nabati Kedua di Mumbai India

Untuk meningkatkan ketahanan di masa depan dalam menyediakan minyak nabati secara berkelanjutan, diperlukan sejumlah langkah strategis bersama.


Luhut ke Negara Barat: Tak Perlu Ajari Kami Soal Perubahan Iklim

3 hari lalu

Presiden Jokowi (tengah) bersama Menteri BUMN Erick Thohir (kedua kanan) dan Menko Kemaririman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan (kedua kiri) meninjau Stasiun Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB) di Padalarang Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, Rabu, 13 September 2023. Presiden Joko Widodo mencoba kereta cepat dari Stasiun Halim menuju Stasiun Padalarang dan dilanjutkan dengan menggunakan kereta pengumpan dari Stasiun Padalarang menuju Stasiun Bandung. ANTARA/Raisan Al Farisi
Luhut ke Negara Barat: Tak Perlu Ajari Kami Soal Perubahan Iklim

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Padjaitan mengatakan Indonesiua tidak perlu diajari soal perubahan iklim.


Prospera Sebut Pentingnya Kompensasi untuk Kelompok Rentan yang Terdampak Perubahan Iklim

4 hari lalu

Presiden Joko Widodo menghadiri rangkaian Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 India, Sabtu, (9/9) di New Delhi, India. Dalam forum tersebut, Jokowi meminta seluruh pihak untuk bersama-sama mengurangi emisi.
Prospera Sebut Pentingnya Kompensasi untuk Kelompok Rentan yang Terdampak Perubahan Iklim

Program Kemitraan Indonesia-Australia untuk Perekonomian (Prospera) sebut pentingnya kompensasi untuk kelompok rentan yang terdampak perubahan iklim.


Menlu Retno Ajak Anggota PBB Bangkitkan Kepercayaan, Solidaritas Global

5 hari lalu

Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menyampaikan pernyataan Indonesia dalam Sidang ke-78 Majelis Umum PBB di New York, AS, pada Sabtu, 23 September 2023. ANTARA/HO-Kemlu RI
Menlu Retno Ajak Anggota PBB Bangkitkan Kepercayaan, Solidaritas Global

Menlu Retno menyampaikan bahwa setiap negara memiliki hak yang sama untuk membangun dan tumbuh.


Mengenal Apa Itu Bursa Karbon dan Dampaknya untuk Lingkungan

6 hari lalu

Petugas Otoritas Jasa Keuangan (OJK) beraktivitas di ruang layanan Konsumen, Kantor OJK, Jakarta. (ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay/aww.)
Mengenal Apa Itu Bursa Karbon dan Dampaknya untuk Lingkungan

Bursa karbon akan diselenggarakan oleh OJK pada 26 September 2023 mendatang. Ketahui dampak bursa karbon dan contohnya berikut.


Utusan Iklim Cina: Penghapusan Bahan Bakar Fosil Tidak Realistis

7 hari lalu

Para pria berdiri di dekat mobil dekat pembangkit listrik tenaga batu bara di Shanghai, Cina,  21 Oktober 2021. REUTERS/Aly Song
Utusan Iklim Cina: Penghapusan Bahan Bakar Fosil Tidak Realistis

Penghentian penggunaan bahan bakar fosil secara menyeluruh tidaklah realistis, kata pejabat tinggi iklim Cina.


Tingkatkan Kesadaran Generasi Muda Terhadap Perubahan Iklim

7 hari lalu

Ilustrasi anak muda dan gadget. Shutterstock
Tingkatkan Kesadaran Generasi Muda Terhadap Perubahan Iklim

Generasi muda memiliki potensi dan antusiasme untuk berkontribusi dalam membentuk dunia yang lebih hijau, setara, dan berkelanjutan.