TEMPO.CO, Jakarta - Rai Nurfadillah atau yang biasa dipanggil Adil, siswa kelas 3 SMP Negeri1 Pasir Jambu Bandung punya mimpi besar di masa depan. Ia yang saat ini mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, ingin bisa membantu orang lain di masa depannya.
“Saat ini saya dibantu, nanti saya akan membantu,” ujar Adil, dikutip dari laman Kemendikbud, Jumat, 3 November 2023.
Adil adalah salah satu penerima beasiswa Program Indonesia Pintar atau PIP. Melalui beasiswa itu, Adil bisa tetap melanjutkan sekolah meski dengan keterbatasan ekonomi.
Kisah Adil sejak ditinggal ibu
Adil adalah anak ketiga pasangan Dedi Supriyadi dan Diah Rodiah. Ia ditinggalkan ibunya yang wafat karena sakit sejak Maret lalu.
Sebelum ibunya meninggal, Adil sering tidak masuk sekolah karena harus bergantian dengan kakaknya menjaga ibunya yang sakit. Kabar ibunya telah tiada, ia dapatkan ketika ia tengah berada di sekolah.
Sejak saat itu, Adil tinggal bersama dua orang kakak dan dua orang adiknya. Jarak usia kakak beradik tersebut rata-rata empat tahun.
Kakak laki-laki tertua, sudah lulus SMK, namun belum bekerja. Sedangkan kakak perempuannya sudah menikah dan suaminya bekerja di luar kota. Kakaknya tersebut tidak melanjutkan sekolah formal dan sekarang sedang mengikuti pendidikan Paket C.
Adik pertama Adil, bersekolah kelas 3 Sekolah Dasar (SD). Adik bungsunya berusia dua tahun dan tinggal bersama kakak perempuan Adil. Setelah sang ibu meninggal, kakak perempuannya tinggal bersama untuk merawat adik-adiknya. Ayah Adil harus bekerja di Lembang dan hanya bisa pulang seminggu sekali.
Untuk kehidupan sehari-hari, Adil dan saudaranya mengandalkan uang kiriman ayahnya dan saudara iparnya yang bekerja di Serang, Banten. Menurut pengakuan Adil, terkadang uang kiriman tersebut tidak cukup untuk sehari-hari, yang tidak jarang membuat Adil tidak memiliki uang saku untuk sekolah.
Kakak perempuan Adil biasanya memberikan uang saku sebesar Rp 10 ribu untuk Adil setiap harinya. Namun, jika tidak tersisa uang untuk Adil, kakak perempuannya akan menyiapkan makanan dengan nasi yang lebih banyak sehingga Adil tetap pergi ke sekolah.
“Makan yang banyak sampai kenyang, dan juga membawa bekal makanan ke sekolah,“ kata Adil.
Dengan mendapatkan bantuan PIP, Adil mengaku bisa membantu memenuhi kebutuhan sekolah dan keperluan keluarganya. “Dulu, biasanya Ibu yang atur uang PIP. Biasanya buat beli sepatu, alat tulis, tas, menyicil seragam sekolah, dan uang jajan,” kata dia. “Ibu bilang untuk terus semangat sekolah dan menyelesaikan sekolah hingga akhir."
Ayahnya juga berharap melalui program PIP, Adil dapat terus melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi. “Semoga melalui PIP, Adil bisa lanjut sekolah dan mencapai cita-citanya,” kata Dedi.
Salah satu manfaat penerima PIP adalah dapat meneruskan ke jenjang selanjutnya (SMA dan Perguruan Tinggi) melalui jalur afirmasi dan mendapat keistimewaan, seperti keringanan biaya. Melalui fasilitas ini, Adil berharap bisa merintis langkah untuk menjadi pengusaha yang sukses dan bisa membantu banyak orang nantinya.
Pilihan Editor: Kemendikbud Sebut 17 Juta Siswa Dibantu PIP dan 780 Ribu Mahasiswa Terima KIP-K Tahun Lalu