TEMPO.CO, Jakarta - Seorang hakim Florida menemukan "bukti yang masuk akal" bahwa bos Tesla Elon Musk dan manajer lainnya mengetahui kendaraan itu memiliki sistem Autopilot yang rusak. Namun mereka masih membiarkan mobil dikendarai dengan tidak aman. Pernyataan ini muncul dalam putusan sidang kasus kecelakaan pengendara Tesla yang mengakibatkan kematin.
Hakim Reid Scott, di Pengadilan Sirkuit untuk Palm Beach County, pekan lalu memutuskan bahwa penggugat dalam gugatan atas kecelakaan fatal dapat melanjutkan ke pengadilan. Hakim juga mengajukan tuntutan ganti rugi terhadap Tesla atas kesalahan yang disengaja dan kelalaian besar ini. Perintah tersebut belum pernah dilaporkan sebelumnya.
Putusan ini merupakan kemunduran bagi Tesla setelah perusahaan ini memenangkan dua uji coba tanggung jawab produk di California awal tahun ini atas sistem asisten pengemudi Autopilot. Seorang juru bicara Tesla tidak dapat segera dihubungi untuk memberikan komentar pada hari Selasa waktu Amerika Serikat atau Rabu, 22 November 2023 WIB.
Gugatan di Florida muncul dari kecelakaan tahun 2019 di utara Miami. Model 3 milik Stephen Banner melaju di bawah trailer truk rig besar beroda 18 yang berbelok ke jalan raya, merobek atap Tesla, dan membunuh Banner. Uji coba yang ditetapkan untuk bulan Oktober ditunda, dan belum dijadwal ulang.
Bryant Walker Smith, seorang profesor hukum di University of South Carolina, menyebut ringkasan bukti yang dibuat hakim penting karena menunjukkan "inkonsistensi yang mengkhawatirkan" antara apa yang diketahui Tesla secara internal, dan apa yang dikatakan dalam pemasarannya.
“Pendapat ini membuka pintu bagi persidangan publik. Hakim tampaknya cenderung mengakui banyak kesaksian dan bukti lain yang mungkin cukup menyulitkan Tesla dan CEO-nya,” kata Smith. "Dan kini hasil persidangan itu bisa berupa putusan dengan hukuman ganti rugi."
Hakim Florida menemukan bukti Tesla "terlibat dalam strategi pemasaran yang menjadikan produknya otonom". Pernyataan publik Musk tentang teknologi itu "memiliki pengaruh yang signifikan terhadap keyakinan tentang kemampuan produk."
Scott juga menemukan penggugat, istri Banner, harus bisa berargumentasi kepada juri bahwa peringatan Tesla dalam manual dan perjanjian "clickwrap" tidak memadai.
Hakim mengatakan kecelakaan itu "sangat mirip" dengan kecelakaan fatal tahun 2016 yang melibatkan Joshua Brown saat sistem Autopilot gagal mendeteksi truk yang melintas. Ini yang menyebabkan kendaraan masuk ke bawah trailer traktor dengan kecepatan tinggi.
"Masuk akal untuk menyimpulkan terdakwa Tesla melalui CEO dan insinyurnya sangat menyadari masalah 'Autopilot' yang gagal mendeteksi lalu lintas silang," tulis hakim.
Pengacara Banner, Lake “Trey” Lytal III, mengatakan mereka “sangat bangga dengan hasil ini berdasarkan bukti adanya tindakan hukum.”
Hakim juga mengutip video tahun 2016 yang menunjukkan kendaraan Tesla mengemudi tanpa campur tangan manusia sebagai cara untuk memasarkan Autopilot. Awal video memperlihatkan disclaimer yang menyebutkan orang yang duduk di kursi pengemudi hanya berada di sana karena alasan hukum. "Mobil itu berjalan sendiri," katanya.
Video tersebut menunjukkan skenario yang "tidak berbeda" dengan apa yang ditemui Banner, tulis hakim.
“Tidak ada indikasi dalam video ini bahwa video tersebut bersifat aspiratif atau bahwa teknologi tersebut saat ini belum ada di pasaran,” tulisnya.
Pilihan Editor: OpenAI Tunjuk Bos Baru saat Altman Gabung Microsoft & 700 Karyawan Mundur
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.