Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Nadiem Optimistis Kebijakan Merdeka Belajar Berlanjut Siapa pun Menteri dan Presidennya

Reporter

Editor

Devy Ernis

image-gnews
Mendikbudristek Nadiem Makarim saat mengunjungi SMKN 2 Kasiaha, Yogyakarta. Dok, Kemendikbud
Mendikbudristek Nadiem Makarim saat mengunjungi SMKN 2 Kasiaha, Yogyakarta. Dok, Kemendikbud
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi  Nadiem Anwar Makarim optimistis program transformasi pendidikannya tetap berlanjut meskipun menteri atau presiden berganti. "Kalau saya melihat video-video seperti itu, saya merasa jauh lebih pede. Jauh lebih optimis bahwa mau menterinya siapa, mau presidennya siapa, gerakan ini akan terus berjalan," ucap Nadiem di Jakarta dalam acara bertajuk Perilisan Laporan Kajian Dampak Platform Teknologi Kemendikbudristek pada Rabu, 6 Desember 2023.

Nadiem mengucapkan hal tersebut setelah melihat antusiasme guru-guru yang merasakan transformasi pendidikan dari program yang telah dibesutnya. Berbagai transformasi pendidikan telah dibuat Nadiem di antaranya platform Merdeka Mengajar, Rapor Pendidikan, ARKAS serta SIPLah.

Lewat tayangan video, sejumlah guru di daerah-daerah mengutarakan dampak positif dari penggunaan teknologi tersebut.  Lia Peni Susilowati guru Sekolah Menengah Pertama Negeri 4 Saradan, Madiun misalnya, dia mengatakan metodenya dalam mengajar selama ini sangat kaku, terpaku pada rencana pelaksanaan pembelajaran atau RPP. "Saya pertama kali itu mengajar kayak robot, masih didikte dengan adanya RPP. Ada aturan yang kelihatannya tuh mengikat saya," ujarnya.

Setelah mengadopsi transformasi pendidikan lewat platform Merdeka Mengajar dan mengikuti beragam pelatihan gratis di platform tersenbut, Lia mulai menemukan solusi. Ia memilih untuk menerapkan pembelajaran berdiferensiasi di kelasnya. Pendekatan ini memungkinkan guru untuk merancang pengalaman belajar yang relevan, menantang, dan bermakna bagi setiap siswa.

Sama seperti Lia, Herta Sianturi juga menerapkan pembelajaran berdiferensiasi dalam mengajar. Ia mengatakan, penyampaian materi pembelajaran sebelumnnya masih monoton kepada siswa. Begitu pula dengan sistem ujian, jika anak tak mampu mencapai nilai bagus maka tinggal kelas. "Kalau enggak mampu, ya tinggal kelas. Jadi, dulu itu termasuk pembodohan," ujarnya.

Setelah mengadopsi pembelajaran dari Merdeka Mengajar, ia menemukan sudut pandang baru.   "Kebetulan ada anak (murid) saya yang bisa menulis, meniru, mau berbuat, cuma dia kurang mampu mengutarakan. Seandainya ada pembelajaran berdiferensiasi pada saat itu, ini anak bisa lanjut. Masa depannya bukan guru yang menentukan, guru hanya menuntun," kata Herta yang juga menjabat sebagai Kepala Sekolah Dasar Negeri 173186 Lumban Baringin, Tapanuli, Sumatera Utara.

Nadiem menyatakan, Merdeka Belajar bukan lagi milik kementerian, melainkan sudah seperti milik guru. Hal ini karena, kata dia, Merdeka Belajar telah benar-benar menyasar para guru dan menjadi jawaban atas kendala pengembangan kualitas pengajaran guru selama ini.

Guru dapat mengakses beragam pelatihan secara gratis dan bisa diakses tanpa butuh sambungan internet. Hingga kini, jumlah peserta topik pelatihan mandiri di platforma Merdek Belajar mencapai 4,1 juta guru. Angka ini meningkat tujuh kali lipat jika dibandingkan dengan jumlah peserta pelatihan tatap muka pada 2019. 

Berdasarkan hasil kajian lembaga Oliver Wyman, lebih dari 40 persen guru di daerah tertinggal, terdepan dan terluar aktif mengakses pelatihan melalui PMM. Sebanyak 650 ribu guru dan kepala sekolah telah bergabung dalam 45 ribu lebih Komunitas Belajar.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

"Kalau teknologi ujung-ujungnya tidak dimiliki oleh orang-orang yang menggunakan, bisa saja dicabut, hilang, bisa saja user adopsinya stagnan dan lain-lain. Tapi kalau teknologi didesain dari awal untuk benar-benar jadi platform partisipasi guru, pasti akan sustainable dan survive."

Sama halnya dengan Nadiem, Kepala Badan Standar, Kurikulum dan Asesmen Pendidikan Anindito Aditomo juga mengutarakan hal serupa. Ia menyebut, kebermanfaatan kebijakan transformasi pendidikan sudah dirasakan banyak target.

"Kalau ke sekolah-sekolah, anak-anak itu senang dengan project based learning. Memang repot, orang tuanya ngeluh repot. Sekolah bukan penitipan anak, ya orang tua harus terlibat. Tapi memang, pelaksanaan proyek juga perlu ditingkatkan. Sekali lagi, ini tahapan-tahapan untuk memperbaiki kualitas implementasinya," katanya. 

Anindito menambahkan bahwa mengubah kurikulum tidak mudah. Misalnya, jika menteri pendidikan berikutnya mengambil kebijakan untuk mengganti kurikulum, akan ada banyak pihak yang protes.

"Apa yang terjadi kalau menteri berikutnya (mengatakan) 'gak jadi deh Kurikulum Merdeka.' Protes gak? Ada cost politik yang besar untuk mengubah kurikulum. Kami Insya Allah optimistis bahwa kebijakan dilanjutkan, disempurnakan dan itu sangat wajar. Tapi untuk perubahan yang fundamental, kami upayakan sudah terjadi di tahun 2024 ini," tuturnya.

Sedangkan dari segi administrasi, implementasi platform Aplikasi Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah atau ARKAS diklaim juga menunjukkan efisiensi proses administrasi sekolah. Platform ini terintegrasi dengan Sistem Informasi Pengadaan Sekolah atau SIPLah, sehingga proses penganggaran dan pengadaan di sekolah lebih efisien. Hasil kajian survei Oliver Wyman menunjukkan, implementasi ARKAS memangkas lebih dari 5 jam proses administrasi bulanan bagi 40 persen responden. 

Pilihan Editor: Gunung Marapi Bukan Gunung Merapi, Berikut Perbedaannya

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Cara Cek Penerima Program Indonesia Pintar secara Online, Hanya Butuh NIK dan NISN

2 hari lalu

Mumaya Kogoya (kiri) dan anaknya Melfin Melelen menunjukkan Kartu Indonesia Pintar (KIP) di Gudang Garam, Skanto, Keerom, Papua, Kamis 27 Agustus 2020. Program Indonesia Pintar (PIP) melalui KIP dalam adalah pemberian bantuan tunai pendidikan kepada anak sekolah usia usia 6-21 tahun diresmikan sejak tahun 2014 silam. ANTARA FOTO/Indrayadi TH
Cara Cek Penerima Program Indonesia Pintar secara Online, Hanya Butuh NIK dan NISN

Program Indonesia Pintar dari kemendikbudristek untuk pendidikan keluarga miski. Cara cek penerima PIP melalui online dengan NIK dan NISN.


Mahasiswa ITPLN yang Diduga Plagiarisme Minta Maaf, Dosen Cambridge Tak Akan Perpanjang Kasusnya

3 hari lalu

Ilustrasi plagiat
Mahasiswa ITPLN yang Diduga Plagiarisme Minta Maaf, Dosen Cambridge Tak Akan Perpanjang Kasusnya

Dalam email permintaan maaf kepada Ilias Alami, dosen ITPLN terkesan seperti menyalahkan mahasiswa.


Jurnal Internasional IJTech Milik FTUI Kembali ke Posisi Q1

6 hari lalu

Ilustrasi jurnal ilmiah. Shutterstock
Jurnal Internasional IJTech Milik FTUI Kembali ke Posisi Q1

IJTech milik FTUI kembali menjadi jurnal terindeks kuartil tertinggi (Q1) berdasarkan pemeringkatan SJR yang dirilis pada April 2024


Kemendikbudristek Buka Pendaftaran Calon Pendidik Tetap di Malaysia

7 hari lalu

Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nadiem Anwar Makarim pada acara peringatan Hari Guru Nasional 2023 di Indonesia Arena, Jakarta, Sabtu (25 November 2023). Acara ini dihadiri sekitar 7,500 guru. (ANTARA/Astrid Faidlatul Habibah)
Kemendikbudristek Buka Pendaftaran Calon Pendidik Tetap di Malaysia

Tenaga pendidik akan ditempatkan Kemendikbudristek di CLC yang berlokasi di perkebunan atau ladang dengan masa penugasan selama 2 tahun.


Polemik Pakaian Adat Jadi Seragam Sekolah, Ini Kata Kemendikbudristek

8 hari lalu

Suasana peringatan Hari Kartini oleh Siswa SDN Paseban 03 Paseban, Jakarta, 21 April 2016. Hari Kartini diperingati dengan mengenakan pakaian adat dan berpawai di sekitar sekolah. TEMPO/Subekti.
Polemik Pakaian Adat Jadi Seragam Sekolah, Ini Kata Kemendikbudristek

Viral pakaian adat yang menjadi seragam sekolah untuk pelajar SD, SMP, dan SMA di media sosial X mendapat respons Kemendikbud. Begini penjelasannya.


Unas Bentuk Tim Pencari Fakta Usut Kasus Kumba Digdowiseiso

8 hari lalu

Dekan Universitas Nasional Kumba Digdowiseiso. Foto : UNAS
Unas Bentuk Tim Pencari Fakta Usut Kasus Kumba Digdowiseiso

Unas membentuk Tim Pencari Fakta (TPF) dugaan pencatutan nama dalam publikasi jurnal internasional yang diduga melibatkan Kumba Digdowiseiso.


Kata KIKA soal Pengunduran Diri Kumba Digdowiseiso yang Tak Disertai Pencabutan Gelar Guru Besar

8 hari lalu

Satria Unggul Wicaksana Dosen UM Surabaya. um-surabaya.ac.id
Kata KIKA soal Pengunduran Diri Kumba Digdowiseiso yang Tak Disertai Pencabutan Gelar Guru Besar

Koordinator KIKA, Satria Unggul, mengatakan bahwa keputusan yang jadi pilihan Kumba Digdowiseiso harus dihormati.


4 Poin Seruan KIKA soal Kasus Kumba Digdowiseiso dan Pelanggaran Akademik

9 hari lalu

Dekan Universitas Nasional Kumba Digdowiseiso. Foto : UNAS
4 Poin Seruan KIKA soal Kasus Kumba Digdowiseiso dan Pelanggaran Akademik

Soal kasus Kumba Digdowiseiso, begini poin seruan KIKA atas kasus pelanggaran akademik.


KIKA Minta Nadiem Tak Ragu Copot Status Guru Besar Kumba

10 hari lalu

Dekan Universitas Nasional Kumba Digdowiseiso. Foto : UNAS
KIKA Minta Nadiem Tak Ragu Copot Status Guru Besar Kumba

Nadiem diharapkan bisa mengambil tindakan tegas.


Kumba Digdowiseiso Publikasi 160 Jurnal di 2024, KIKA Duga Ada Praktik yang Salah

10 hari lalu

Satria Unggul Wicaksana Dosen UM Surabaya. um-surabaya.ac.id
Kumba Digdowiseiso Publikasi 160 Jurnal di 2024, KIKA Duga Ada Praktik yang Salah

KIKA meragukan gelar guru besar yang disematkan kepada Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Nasional (Unas) Kumba Digdowiseiso