TEMPO.CO, Jakarta - Menjelang fase tersulit perundingan iklim PBB, Presiden COP28 Sultan Ahmed Al Jaber mengimbau negara-negara untuk menjaga momentum dan mencapai penyelesaian tepat waktu setelah apa yang disebutnya sebagai minggu kemajuan bersejarah.
Dalam pidatonya pada Rabu malam, Jaber memuji delegasi dari hampir 200 negara atas kesepakatan pada hari pembukaan KTT dua minggu mengenai dana “kerugian dan kerusakan” untuk membantu negara-negara yang dilanda bencana yang disebabkan oleh perubahan iklim.
Negara-negara, dunia usaha dan filantropi telah berjanji untuk memobilisasi $83 miliar pendanaan iklim, yang “hanya akan meningkatkan standar yang lebih tinggi”, kata Jaber kepada para delegasi.
“Apa yang telah kita capai secara kolektif hanya dalam waktu seminggu, dalam pandangan saya, merupakan sesuatu yang bersejarah,” katanya. “Hanya dalam tujuh hari kami telah menunjukkan bahwa multilateralisme benar-benar berhasil, masih hidup dan sehat.”
Meskipun lokasi KTT sepi pada hari Kamis, dengan negosiasi secara resmi dihentikan untuk “hari istirahat” yang dijadwalkan, para delegasi berupaya mencapai kesepakatan final COP28 pada penutupan konferensi yang dijadwalkan pada 12 Desember.
Ketika KTT dilanjutkan pada hari Jumat, 8 Desember 2023, hari ini, negara-negara akan mulai menangani rincian lebih lanjut dan Jaber diperkirakan akan menguraikan rencana kerjanya untuk minggu kedua, termasuk target untuk menyelesaikannya sesuai jadwal.
Ini merupakan pencapaian yang belum pernah dicapai dalam perundingan iklim PBB sejak COP9, 20 tahun lalu di Milan.
Delapan dari 10 pertemuan COP terakhir telah diperpanjang hingga perpanjangan waktu setidaknya 24 jam, menurut situs berita dan data Carbon Brief – termasuk COP27 tahun lalu di Mesir dan COP26 sebelumnya di Glasgow.
Pada tahap akhir COP28, negosiasi fokus pada beberapa isu terberat tahun ini.
SAHAM GLOBAL
Untuk pertama kalinya, negara-negara melakukan tugas besar untuk menilai kemajuan iklim mereka sejauh ini dan apa yang masih harus dilakukan.
Dikenal dengan nama “global stocktake”, penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan cetak biru tindakan kebijakan pemerintah di masa depan dalam upaya mencegah perubahan iklim menjadi ekstrem.
Rancangan naskah sejauh ini menunjukkan banyaknya pilihan yang bisa diambil dalam rencana iklim nasional, yang berarti para menteri harus mengatasi kurangnya konsensus.
“Masih banyak yang harus dicapai untuk memberikan sinyal politik yang tepat untuk mencapai tujuan Perjanjian Paris dan menjaga agar suhu tetap berada dalam jangkauan 1,5 derajat,” kata pengamat Kiryssa Kasprzyk, direktur kebijakan iklim di Conservation International.
Pilihan Editor: Risiko Banjir Bandang Tinggi di Musim Hujan, Pakar di UGM Minta Masyarakat Lakukan Hal Ini
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.