Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Alat Pengukur Polusi Udara dari Konvensional hingga Teknologi Terkini

image-gnews
Sebuah lampu merah terlihat diselimuti kabut dan asap polusi di Jakarta, 27 Juli 2018. REUTERS/Beawiharta
Sebuah lampu merah terlihat diselimuti kabut dan asap polusi di Jakarta, 27 Juli 2018. REUTERS/Beawiharta
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Polusi udara menjadi masalah serius di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Dampaknya tidak hanya terasa pada lingkungan, tetapi juga berdampak pada kesehatan manusia.

Pencemaran udara dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan, termasuk penyakit pernapasan, gangguan kardiovaskular, dan bahkan kanker. Oleh karena itu, pemantauan kualitas udara menjadi krusial dalam menjaga kesehatan manusia, lingkungan, dan ekosistem.

Pemantauan melibatkan pengumpulan data tentang berbagai polutan yang terdapat dalam udara serta mengevaluasi dampaknya. Pemantauan kualitas udara membantu mengidentifikasi tingkat polusi dan mengambil langkah-langkah perlindungan kesehatan masyarakat.

Parameter Kualitas Udara dan Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU)

Pemerintah, melalui dinas lingkungan hidup dan pencemaran udara, menetapkan standar pencemar udara atau ISPU dalam KEP 45/MENLH/1997 tentang Indeks Standar Pencemar Udara. Indeks ini membagi tingkat pencemaran udara dan kualitas udara menjadi beberapa kategori:

  1. Baik (Rentang: 0-50): Kualitas udara pada tingkat ini tidak memberikan efek berbahaya bagi kesehatan manusia atau makhluk hidup.

  2. Sedang (Rentang: 51-100): Kualitas udara pada tingkat ini tidak memberikan efek buruk bagi kesehatan manusia atau makhluk hidup lainnya, namun mempengaruhi tumbuhan.

  3. Tidak Sehat (Rentang: 101-199): Kualitas udara pada tingkat ini merugikan manusia dan makhluk hidup lainnya yang dapat menimbulkan kerusakan pada tumbuhan.

  4. Sangat Tidak Sehat (Rentang: 200-299): Kualitas udara pada tingkat ini dapat merugikan kesehatan pada beberapa segmen populasi yang terpapar.

  5. Berbahaya (Rentang: 300-lebih): Kualitas udara pada tingkat ini bersifat berbahaya secara umum dan dapat menimbulkan kerugian besar terhadap kesehatan yang serius.

Alat Pengukur Kualitas Udara Konvensional

Alat-alat tradisional untuk mengukur polusi udara telah digunakan untuk mengukur berbagai parameter kualitas udara. Dilansir dari indonesiasafetycenter.org, beberapa contoh alat-alat tersebut melibatkan:

  1. Pengukur Partikulat (PM):

- Gravimetric Sampler: Menggunakan berat partikulat yang tertangkap pada filter selama periode waktu tertentu untuk menghitung konsentrasi partikulat dalam udara.

- Impactor: Memisahkan partikulat berdasarkan ukuran dengan mengarahkannya ke substrat berlapis minyak silikon atau kertas untuk menentukan distribusi ukuran partikulat.

- TSP Sampler (Total Suspended Particles): Mengumpulkan semua partikulat di udara tanpa memisahkan berdasarkan ukuran.

  1. Pengukur Gas:

- Tube Detector: Mengukur konsentrasi gas tertentu dengan menghitung perubahan warna tabung reaktan yang mengandung reagen kimia khusus saat terpapar gas target.

- Gas Detector Tubes: Berisi reagen kimia yang berubah warna ketika terpapar gas tertentu, dengan konsentrasi gas diukur dengan membandingkan warna reagen dengan skala yang diketahui.

  1. Pengukur Karbon Dioksida (CO2):

- Tubular Absorption Spectrometer: Bekerja berdasarkan prinsip absorpsi sinar inframerah oleh CO2 dalam sampel udara.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

- NDIR Analyzer (Non-Dispersive Infrared): Menggunakan teknologi NDIR untuk mengukur CO2 dalam udara dengan mendeteksi perubahan dalam intensitas sinar inframerah.

Teknologi Terkini Alat Pengukur Polusi Udara

Alat pengukuran polusi udara modern menggunakan teknologi canggih untuk efisiensi, sensitivitas, dan kemudahan penggunaan. Beberapa teknologi canggih tersebut melibatkan:

1. Sensor Cerdas (Smart Sensors):

- Sensor Partikulat: Mampu mendeteksi dan mengukur konsentrasi partikulat (PM2.5, PM10) dalam udara secara real-time, sering kali terhubung ke jaringan untuk pemantauan kontinu.

- Sensor Gas: Mampu mendeteksi berbagai gas polutan seperti nitrogen dioksida (NO2), karbon monoksida (CO), ozon (O3), dan lainnya menggunakan teknologi kimia, elektrokimia, atau fotoionisasi.

- Sensor Gas Miniatur: Versi kecil dari sensor gas cerdas, digunakan dalam perangkat seluler atau perangkat wearable untuk pemantauan pribadi.

2. Pemantauan Berbasis DNA (DNA-Based Monitoring):

- Metagenomics: Mengidentifikasi dan memantau mikroorganisme dalam udara dengan menganalisis sampel DNA.

- DNA Barcoding: Identifikasi spesies organisme di udara berdasarkan urutan DNA, digunakan untuk memantau populasi serangga, alergen, atau organisme patogen.

3. Remote Sensing (Pemantauan Jarak Jauh):

- Satelit: Mengukur konsentrasi gas seperti CO2, SO2, dan NO2 dari luar angkasa untuk pemantauan global.

- Drone: Digunakan untuk pemantauan udara dalam skala lokal dengan membawa sensor-sensor untuk mengukur parameter udara di lokasi yang spesifik.

Pilihan Editor: Anies Baswedan sebut Polusi Udara Jakarta Disebabkan Hembusan Angin, Begini Katanya

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Jakarta Peringkat 10 Kota dengan Udara Terburuk pada Sabtu Pagi

3 hari lalu

Foto aerial kondisi polusi udara di kawasan Pelabuhan Muara Angke, Jakarta Utara, Rabu, 13 Desember 2023. Berdasarkan data situs pemantau kualitas udara IQAir pada Rabu, konsentrasi polutan particulate matter 2.5 (PM2,5) di Jakarta sebesar 41 mikrogram per meter kubik dan berada di kategori tidak sehat bagi kelompok sensitif karena polusi. ANTARA/Iggoy el Fitra
Jakarta Peringkat 10 Kota dengan Udara Terburuk pada Sabtu Pagi

Pada Sabtu pagi pukul 07.02 WIB Indeks Kualitas Udara (AQI) di Jakarta berada di angka 122 atau masuk dalam kategori tidak sehat.


Polusi Udara Bisa Bikin Serangga Salah Pilih Pasangan Kawin

9 hari lalu

Lalat buah. Kredit: Wikipedia
Polusi Udara Bisa Bikin Serangga Salah Pilih Pasangan Kawin

Temuan lainnya adalah keturunan hibrida dari serangga yang salah pilih pasangan karena polusi udara itu kerap kali steril.


Prediksi Cuaca BMKG: Jakarta Hanya Cerah di Pagi Hari, Siap-siap Hujan Petir

11 hari lalu

Sejumlah warga berjalan saat hujan di Jakarta, Jumat 15 Maret 2024. BPBD DKI Jakarta menyampaikan potensi hujan dengan intensitas sedang dan lebat disertai kilat atau angin kencang, dimana kondisi tersebut dipicu aktivitas Madden Julian Oscillation (MJO) serta fenomena Gelombang Kelvin dan Rossby Equatorial yang masih terpantau dan diprediksi aktif di wilayah Indonesia dalam beberapa hari ke depan. ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja
Prediksi Cuaca BMKG: Jakarta Hanya Cerah di Pagi Hari, Siap-siap Hujan Petir

Jakarta diprediksi hujan sejak siang, Jumat. 19 April 2024. BMKG memprediksi hujan petir turun di Jakarta Selatan dan Jakarta Timur.


Kualitas Udara Jakarta Terburuk Kelima Dunia Pagi Ini

13 hari lalu

Foto aerial kondisi polusi udara di kawasan Pelabuhan Muara Angke, Jakarta Utara, Rabu, 13 Desember 2023. Berdasarkan data situs pemantau kualitas udara IQAir pada Rabu, konsentrasi polutan particulate matter 2.5 (PM2,5) di Jakarta sebesar 41 mikrogram per meter kubik dan berada di kategori tidak sehat bagi kelompok sensitif karena polusi. ANTARA/Iggoy el Fitra
Kualitas Udara Jakarta Terburuk Kelima Dunia Pagi Ini

Berdasarkan pantauan pada pukul 05.35 WIB, indeks kualitas udara (AQI) di Jakarta berada di angka 151.


Walhi dan Pokja Pesisir Kaltim: Teluk Balikpapan Rusak akibat Pembangunan IKN

19 hari lalu

Direktur Walhi Jawa Tengah Fahmi Bastian. Foto dok.: Walhi
Walhi dan Pokja Pesisir Kaltim: Teluk Balikpapan Rusak akibat Pembangunan IKN

Walhi dan Pokja Pesisir Kalimantan Timur sebut kerusakan Teluk Balikpapan salah satunya karena efek pembangunan IKN.


Studi Menunjukkan Cahaya Lampu pada Malam Hari Bisa Meningkatkan Risiko Stroke

31 hari lalu

Ilustrasi stroke. healthline.com
Studi Menunjukkan Cahaya Lampu pada Malam Hari Bisa Meningkatkan Risiko Stroke

Studi ini mengeksplorasi hubungan antara paparan polusi cahaya pada malam hari dengan potensi risiko kesehatan otak dan stroke.


Dirjen Dikti dan Gunadarma Kick-off Kedaireka 2024

34 hari lalu

Dirjen Dikti dan Gunadarma Kick-off Kedaireka 2024

Era di mana inovasi menjadi pondasi kemajuan, sinergi antara dunia akademik dan industri menjadi faktor penting dalam mendorong kemajuan suatu bangsa.


Bappebti Keluarkan Surat Edaran untuk Atur Ekosistem Pasar Fisik Aset Kripto

38 hari lalu

Ilustrasi aset kripto. REUTERS
Bappebti Keluarkan Surat Edaran untuk Atur Ekosistem Pasar Fisik Aset Kripto

Bappebti menerbitkan SE yang mengatur tentang optimalisasi ekosistem aset kripto pada penyelenggaraan perdagangan pasar fisik aset kripto di Bursa Berjangka.


Xiaomi Civi 4 Pro Dikonfirmasi akan Miliki Lensa Leica Summilux dan Sensor Light Fusion 800

40 hari lalu

Logo Xiaomi. (wallpaperstream.com)
Xiaomi Civi 4 Pro Dikonfirmasi akan Miliki Lensa Leica Summilux dan Sensor Light Fusion 800

Lensa Xiaomi Civi 4 Pro punya aperture besar f/1.63 serta ditunjang sensor 50MP OmniVision Light Fusion 800.


Indonesia Negara Paling Berpolusi di Asia Tenggara pada 2023 Versi IQAir , Bagaimana Kualitas Udara di Jakarta?

41 hari lalu

Gedung-gedung diselimuti polusi udara di kawasan Kota Jakarta, Selasa 24 Oktober 2024. Kualitas udara di Jakarta pada Selasa (24/10/2023) pagi tidak sehat dan menempati peringkat ke 4 terburuk di dunia. Berdasarkan data IQAir, tingkat polusi di Ibu Kota berada di angka 170 AQI US pada pukul 06.00 WIB. Peringkat kualitas udara Jakarta saat ini berada di posisi ke-4 di dunia dengan indikator warna merah, yang artinya tidak sehat. Adapun indikator warna lainnya yaitu ungu yang berarti sangat tidak sehat, hitam berbahaya, hijau baik, kuning sedang, dan oranye tidak sehat bagi kelompok sensitif. TEMPO/Subekti.
Indonesia Negara Paling Berpolusi di Asia Tenggara pada 2023 Versi IQAir , Bagaimana Kualitas Udara di Jakarta?

Laporan tahunan IQAir menunjukkan rapor merah kualitas udara di Indonesia, khususnya di Jakarta dan sekitarnya. Polusi udara meningkat pada 2023.