Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Mengenal Bekantan, Kera Belanda Khas Kalimantan yang Pandai Berenang

image-gnews
Monyet Bekantan berhidung besar yang merupakan maskot fauna provinsi Kalimantan Selatan ini pernah dijuluki sebagai bianatang terjelek di dunia. dailymail.co.uk
Monyet Bekantan berhidung besar yang merupakan maskot fauna provinsi Kalimantan Selatan ini pernah dijuluki sebagai bianatang terjelek di dunia. dailymail.co.uk
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Indonesia diketahui memiliki beragam hewan endemik unik yang tidak dapat ditemukan di belahan dunia lain. Salahsatunya adalah bekantan yang dikenal oleh masyarakat lokal sebagai kera Belanda. Melansir atas Jurnal Hutan Lestari, berjudul Karakteristik Vegetasi Habitat Bekantan karya Azizah dan kawan-kawan, bekantan diidentikkan dengan hidungnya yang menonjol serta berwarna kemerahan. Hewan primata ini memiliki habitat asli berupa hutan mangrove dengan pepohonan lebat.

Uniknya, primata itu bukan sekadar satwa endemik yang menjadi ciri khas Kalimantan melainkan fungsinya yang penting sebagai penjaga keseimbangan ekosistem. Diacu dari laman balisafarimarinepark.com, bekantan gemar membawa biji suatu tanaman untuk ditebarkan pada lahan-lahan hutan. Biji tersebut lama kelamaan tumbuh menjadi tanaman yang baru dan menjadi regenerasi pohon yang sudah ranggas ataupun gundul.

Selain itu, dari sumber yang sama menyebut jika ada tidaknya suatu bekantan dalam hutan berarti menandakan hutan tersebut dalam kondisi baik. Hal ini karena bekantan hanya bertahan pada lingkungan dengan sirkulasi oksigen yang kaya, supply makanan yang memadai, dan suasana yang tenang. 

Mulanya populasi bekantan pada tahun 1987 sebanyak 260.950 ekor dengan 25.625 ekor berada di kawasan konservasi. Mengutip  Journal Bonorowo Wetlands, jumlah tersebut alami penurunan drastis dan pada tahun 1995 populasinya menjadi 114.000 ekor yang tersebar di daerah konservasi maupun habitat alami. Nahasnya, pada tahun 2013 jumlah populasi bekantan benar-benar menyusut serta berstatuskan sebagai primata yang nyaris punah.

Oleh pemerintah, guna melindungi populasi bekantan yang tersisa dikeluarkanlah Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No: P.56/Menhut-11/2013 yang membahas mengenai Strategi dan Rencana Aksi Konservasi. Mengacu atas laman Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem, diketahui bekantan yang tersisa pada tahun 2022 telah tersisa 90 ekor dengan status konservasi mencapai 7,7 persen dalam lima tahun terakhir.

meskipun kini statusnya terancam punah hewan bekantan masih memiliki daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang tengah bertandang ke tempat konservasinya. Berikut fakta unik mengenai bekantan.

1. Besar Hidung Bekantan Menentukan Jenis Kelaminnya

Ciri khas bekantan adalah hidungnya yang besar serta berwarna kemerahan, nyatanya bentuk hidung ini menetukan jenis kelaminnya. Dilansir atas yakopi.org, bekantan jantan memiliki hidung yang lebih besar daripada bekantan betina. Besar hidungnya hingga menutupi bagian mulut, sehingga ketika akan makan bekantan jantan akan mengeluarkan hidungnya dahulu. Selain itu, hidung mereka berguna sebagai resonator saat bersuara.

2. Si Primata yang Ekspresif

Masih dari kutipan yang sama, diketahui bekantan adalah primata paling ekspresif. Mereka tak segan membuat ekspresi wajah atau teriakan suara ketika merasakan sesuatu yang berisiko. Misalnya saat bekantan merasa terancam, dirinya akan mengeluarkan suara keras mirip klakson dan hidungnya menjulur lurus. Hidungnya juga semakin merah ketika marah atau senang.

3. Termasuk Golongan Monyet Terbesar se-Asia

Bekantan jantan memiliki panjang tubuh rata-rata 26-30 inchi dengan kisaran berat 35-48 pon. Sedangkan untuk yang betina panjang tubuh 21 hingga 24 inchi berat badan 15-26 pon. Mengacu atas laman a-z-animals.com, bekantan termasuk primata monyet terbesar se-Asia yang hanya dimiliki Indonesia.

4. Perenang yang Andal

Monyet memang memiliki kemampuan memanjat yang sudah tidak perlu diragukan lagi, namun, bekantan memiliki kemampuan lebih berupa bakat alamiah untuk berenang. Diacu dari a-z animals, bekantan mampu bertahan pada perairan dengan kondisi kedalaman 20 meter. Mereka menggunakan kemampuan ini jika dirasa tidak memungkinkan untuk melompat dari satu pohon bakau ke pohon lainnya.

Pilihan Editor: 15 Hewan Punah yang Muncul Kembali

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Pengamat Pertanian Ragu Benih dari Cina Cocok di Indonesia

3 hari lalu

Sejumlah buruh tani menanam benih padi. TEMPO/Budi Purwanto
Pengamat Pertanian Ragu Benih dari Cina Cocok di Indonesia

Pengamat Pertanian Khudori meragukan sistem usaha tani dari Cina yang akan diterapkan di Indonesia.


Ada Youtuber Siksa Kera di Angkor, Pemerintah Kamboja Bakal Ambil Tindakan

16 hari lalu

Candi Angkor Wat di Siem Reap, Kamboja, (1/12). Angkor Wat dibangun oleh Raja Suryavarman II pada pertengahan abad ke-12, dan kini menjadi tujuan wisata di Kamboja. ANTARA/Wahyu Putro A
Ada Youtuber Siksa Kera di Angkor, Pemerintah Kamboja Bakal Ambil Tindakan

Selama ini, penyiksaan terhadap kera di Angkor tidak mencolok, tapi lama kelamaan kasusnya semakin banyak.


Belum Ada Kasus Virus B di Indonesia, Kemenkes Tetap Minta Waspada

18 hari lalu

Ilustrasi monyet peliharaan. AP/Rajesh Kumar Singh
Belum Ada Kasus Virus B di Indonesia, Kemenkes Tetap Minta Waspada

Kemenkes menyatakan hingga kini belum terdeteksi adanya risiko kasus Virus B di Indonesia namun masyarakat diingatkan untuk tetap waspada


Dirut KAI Sebut Belum Ada Komunikasi soal Kereta Cepat Brunei Melintas IKN: Masih Terlalu Dini

24 hari lalu

Presiden Joko Widodo meninjau langsung progres pembangunan Kantor Presiden di Kawasan Ibu Kota Nusantara (IKN), Provinsi Kalimantan Timur, Jumat, 1 Maret 2024. Presiden Jokowi mengecek pembangunan infrastruktur yang kini telah mencapai 74 persen tersebut. Foto: Muchlis Jr - Biro Pers Sekretariat Presiden
Dirut KAI Sebut Belum Ada Komunikasi soal Kereta Cepat Brunei Melintas IKN: Masih Terlalu Dini

Didiek Hartantyo menyatakan hingga kini belum ada komunikasi apa pun perihal rencana pembangunan kereta cepat di IKN.


Greenpeace Khawatirkan Kelestarian Pesut, Bekantan, dan Orang Utan Akibat Pembangunan IKN

29 hari lalu

Anggota Komunitas Save Pesut Mahakam Hanson saat melakukan evakuasi bangkai pesut yang ditemukan di Sungai Mahakam, Desa Rantau Hempang, Kecamatan Muara Kaman, Kukar, 26 Maret 2017. FIRMAN HIDAYAT/SAPRI MAULANA
Greenpeace Khawatirkan Kelestarian Pesut, Bekantan, dan Orang Utan Akibat Pembangunan IKN

Greenpeace menyatakan pembangunan IKN Nusantara mengancam kelestarian 3 satwa yang sudah kritis, yaitu orang utan, bekantan, dan pesut mahakam.


Kajian Peneliti BRIN Ihwal Kekeringan Ekstrem di Kalimantan, Greenpeace: Dipicu Deforestasi

38 hari lalu

National Aeronautics and Space Administrationcode (NASA) atau Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat menyoroti perubahan kawasan hutan di Kalimantan setelah adanya pembangunan Ibu Kota Nusantara atau IKN. Foto : NASA
Kajian Peneliti BRIN Ihwal Kekeringan Ekstrem di Kalimantan, Greenpeace: Dipicu Deforestasi

Wilayah yang paling terdampak risiko kekeringan ekstrem, adalah Ibu Kota Negara atau Nusantara.


Studi Terbaru: IKN Nusantara dan Wilayah Lain di Kalimantan Terancam Kekeringan Ekstrem pada 2050

39 hari lalu

Pekerja menyelesaikan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) untuk Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara di Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, Kamis 15 Februari 2024. Pembangunan PLTS tersebut untuk fase pertama sebesar 10 megawatt (MW) dari total kapasitas 50 MW yang akan menyuplai energi terbarukan untuk IKN dan akan beroperasi pada 29 Pebruari 2024. ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga
Studi Terbaru: IKN Nusantara dan Wilayah Lain di Kalimantan Terancam Kekeringan Ekstrem pada 2050

Kajian peneliti BRIN menunjukkan potensi kekeringan esktrem di IKN Nusantara dan wilayah lainnya di Kalimantan pada 2033-2050. Dipicu perubahan iklim.


Tim SAR Cari Black Box dan FDR Milik Pesawat Smart Aviation yang Jatuh di Kalimantan

47 hari lalu

Kepala Basarnas Tarakan Syahril (kanan) saat memberikan keterangan pers di Tarakan, Senin (11/3/2024) terkait pencarian kotak hitam (black box) dan Flight Data Recorder (FDR) di lokasi jatuhnya pesawat Pilatus PC-6 Porter PK-SNE milik maskapai penerbangan Smart Aviation. ANTARA/HO-Basarnas Tarakan.
Tim SAR Cari Black Box dan FDR Milik Pesawat Smart Aviation yang Jatuh di Kalimantan

Pesawat milik maskapai penerbangan Smart Aviation terjatuh di Kaltara. Tim SAR masih berada di lokasi pesawat jatuh untuk mencari kotak hitam.


Indonesia Dilaporkan Ekspor 1.400 Monyet Hasil Tangkapan Liar ke Amerika pada 2023

47 hari lalu

Monyet ekor panjang (macaca Fascicularis) berinteraksi di Taman Nasional Baluran, Situbondo, Jawa Timur, Minggu, 18 Februari 2024. Berdasarkan Internasional Union for Conservation Nature (IUCN) Monyet ekor panjang mengalami perubahan status dari rentan (vunerable) menjadi terancam punah (endangered) yang diprediksi populasinya akan menurun hingga 40 persen dalam tiga generasi terakhir atau sekitar 42 tahun akibat habitat yang mulai hilang serta perdagangan ilegal. ANTARA/Budi Candra Setya
Indonesia Dilaporkan Ekspor 1.400 Monyet Hasil Tangkapan Liar ke Amerika pada 2023

1.402 monyet ekor panjang yang ditangkap dari alam liar di Indonesia diimpor oleh industri penelitian dan pengujian AS selama tahun 2023.


Belum Ketemu, Pencarian Pesawat PK SNE yang Hilang di Kalimantan Dilanjutkan Besok

49 hari lalu

Ilustrasi pesawat (Pixabay)
Belum Ketemu, Pencarian Pesawat PK SNE yang Hilang di Kalimantan Dilanjutkan Besok

Pencarian pesawat PK SNE yang hilang kontak di Kalimantan Utara dilanjutkan besok oleh Basarnas.