TEMPO.CO, Jakarta - Kawula17, sebuah inisiatif yang mengajak anak muda berpartisipasi aktif dalam pemilu, mengungkap respons positif yang didapat dari Voting Advice Application yang telah diluncurkannya. Aplikasi ini diadopsi Kawula17 untuk membantu pemilih, terutama pemilih pemula, menentukan partai apa dan presiden yang mana yang akan dicoblosnya di TPS pada 14 Februari nanti.
Co-Founder Kawula17, Dian Irawati, menerangkan bahwa survei tiga bulanan yang dikerjakannya menemukan banyak orang muda yang tidak terlalu paham soal politik, termasuk tentang kenapa mereka harus ikut pemilu. Di sisi lain, ada sejumlah orang muda yang paham soal politik tapi memilih untuk golput.
Padahal, menurut Dian, tingginya angka partisipasi dalam pemilu bisa diartikan sebagai ketertarikan orang muda yang terbilang tinggi terhadap politik. Tapi, berdasarkan survei satu tahun terakhir, ketika ditanya apakah sudah punya pilihan atau belum, orang muda di bawah usia 35 tahun selalu menjadi kelompok usia yang paling banyak belum punya pilihan.
“Masalahnya, tidak tersedia guideline untuk orang muda yang baru pertama kali akan ikut pemilu. Ini permasalahan besar,” kata Dian lewat keterangan tertulis yang dibagikannya pada Rabu, 7 Februari 2024.
Aplikasi untuk Pilih Partai
Dia mengakui bukan hal yang mudah bagi orang muda untuk pilih partai, apalagi pilihan yang ada begitu banyak. Gempuran informasi dan kampanye yang malah bikin bingung menambah sulit menentukan pilihan. Itulah kenapa Kawula17 kemudian mengadopsi VAA.
Dian menjelaskan, aplikasi tersebut membantu memberi pemahaman tentang posisi suatu partai tentang berbagai isu, termasuk sosial, ekonomi, politik, dan lingkungan. Lewat gamification berupa kuis, orang muda diharapkan bisa menentukan pilihan akan partai yang paling sesuai dengan preferensi dirinya.
“Kami ingin mengedepankan isu, bukan ideologi atau identitas. Dengan begitu, kita bisa melihat bagaimana posisi partai terhadap suatu isu," kata Dian.
Kawula17 mengadopsi dan meluncurkan aplikasi untuk membantu pemilih muda menentukan pilihan partai dan capres. (KAWULA17)
Misalnya, ketika bicara soal KPK, pemilih diberi tiga pilihan posisi, yaitu independen, netral, dan tidak independen. Pilihan jawabannya selalu begitu, agar dapat merepresentasikan posisi mana yang lebih cocok dengan pemilih sesuai dengan isu yang diberikan.
Berdasarkan pilihan pemilih, di akhir kuis akan muncul saran soal partai yang gagasannya sejalan dengan pemilih dalam bentuk persentase. Misalnya, 71 persen partai A. Artinya, pengguna aplikasi disarankan untuk memilih partai A.
"Kenapa persentase partai A tertinggi? Karena, pilihan Anda akan jawaban suatu isu banyak direpresentasikan oleh partai A," kata Dian.
Baca halaman berikutnya: aplikasi untuk pilih capres dan permintaan ungkap rekap pilihan pengguna applikasi