TEMPO.CO, Bandung - PT Dirgantara Indonesia (PTDI) memastikan akan turut serta dalam pengembangan mobil terbang besutan PT Vela Prima Nusantara. Mobil terbang dengan nama Vela Alpha ini dijadwalkan beroperasi operasional pada akhir 2028.
Asisten Manajer Komunikasi Eksternal PT Dirgantara Indonesia (Persero), Kerry Apriawan, mengatakan keterlibatan PTDI dalam pengembangan Vela Alpha ini utamanya pada pemanfaatan fasilitas produksi perseroan. "Mulai dari pembuatan prototipe, tes, sampai produksinya di PT Dirgantara Indonesia,” kata Kerry pada Kamis, 22 Februari 2024.
Sebelumnya, PT Vela Prima Nusantara memperkenalkan mobil terbang yang masuk dalam klasifikasi Advanced Air Mobility (AAM) dengan sebutan Vela Alpha dalam ajang Singapore Airshow 2024 di Changi Exhibition Center, Singapura, pada 20-25 Februari 2024. Vela Alpha dipamerkan di tempat yang sama dengan booth PTDI.
PT Vela Prima Nusantara menyebutkan bahwa Vela Alpha disiapkan menjadi produk andalan Vela. Perusahaan startup yang berdiri pada 2020 bekerja sama dengan PTDI dalam mengembangkan produknya mulai dari aspek desain, pengujian, serfifikasi, manufaktur, dan maintenance, repair, and overhaul (MRO).
Perseroan menilai permintaan terhadap pesawat AAM seperti pesawat terbang electric Vertical Take-Off and Landing (eVTOL) dan hybrid Vertical Take-Off and Landing (hVTOL) terus meningkat. “Misi perusahaan adalah menjadi penyedia AAM terkemuka di kawasan Asia Pasifik," demikian dikutip dari keterangan tertulis PT Vela Prima Nusantara.
Vela Apha dirancang untuk dikendarai seorang pilot dengan membawa empat penumpang yang bisa dikonfigurasi hingga mencapai enam penumpang. Pesawat tersebut dirancang menjalankan beberapa misi penerbangan dengan sekali pengisian daya. Pesawat jenis AAM tersebut diklaim dapat membantu mengatasi kemacetan lalu lintas di wilayah metropolitan sehingga mengurangi waktu transit dan meningkatkan efisiensi ekonomi. Pesawat AAM juga diklaim lebih ramah lingkungan.
Rencananya, Vela Alpha akan dikembangkan dengan dua pilihan tenaga, yakni VTOL listrik penuh dan VTOL hibrida. Keduanya didasarkan pada desain badan pesawat yang sama. “Saat ini, Vela sedang dalam tahap desain awal program, dengan konfigurasi terbaru. Sedangkan Alpha dalam tahap finalisasi,” kata perusahaan dalam keterangan tertulisnya.
Pesawat AAM Vela Alpha rencananya disertifikasi oleh Federal Aviation Administration (FAA) dan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara, Kementerian Perhubungan. PT Vela Prima Nusantara menyatakan akan menawarkan harga berkisar US$ 1,5-2 juta, yang dinilai lebih kompetitif dan lebih ekonomis ketimbang helikopter ringan di kelas yang sama. Biaya operasional Vela Aplha juga diklaim lebih murah.