TEMPO Interaktif, Jakarta -Meski cuma mainan, layang-layang juga punya peran dalam ilmu pengetahuan. Berkat bermain layang-layang di kala hujan, Benjamin Franklin mengetahui bahwa sambaran petir mengandung listrik dan dari penemuan itulah dia dapat membuat penangkal petir.
Kini layang-layang ternyata juga bisa menghasilkan listrik. Tentunya bukan dengan menerbangkannya untuk menangkap petir, melainkan menangkap potensi energi angin pada ketinggian di atas 9.000 meter untuk membangkitkan listrik. Angin pada ketinggian seperti itu mengandung energi yang cukup untuk memenuhi kebutuhan dunia sampai 100 kali lipat.
Studi yang dilakukan para ilmuwan di Carnegie Institution dan California State University mengidentifikasi New York sebagai lokasi terbaik untuk mengeksploitasi angin high-altitude tersebut. Para ilmuwan menemukan bahwa kawasan yang paling cocok untuk memanen energi sekaligus sebanding dengan pusat populasi berada di Amerika sebelah timur dan Asia Timur. Sayangnya, kekuatan angin yang berfluktuasi masih menjadi tantangan dalam mengeksploitasi energi ini dalam skala besar.
Dengan menggunakan data National Center for Environmental Prediction and the Department of Energy yang dikumpulkan selama 28 tahun, Ken Caldeira dari Department of Global Ecology Carnegie Institution dan Cristina Archer dari California State University di Chico, mengkompilasikan survei energi angin high altitude di atmosfer secara global untuk pertama kalinya. Para ilmuwan menilai potensi densitas tenaga angin, gabungan dari kecepatan angin dan kerapatan udara di berbagai ketinggian.
"Banyak sekali energi yang tersedia dalam angin high altitude," kata Ken Caldeira. "Tiupan angin ini jauh lebih kuat dan lebih stabil daripada angin dekat permukaan, tapi Anda harus naik sampai beberapa kilometer untuk memperoleh keuntungan besar. Idealnya, Anda harus berada dekat dengan jet streams, sekitar 9 kilometer."
Angin jet streams adalah sabuk putaran angin kencang pada ketinggian 6-15 kilometer yang bergeser secara musiman. Angin ini biasanya jauh lebih stabil dan 10 kali lipat lebih cepat daripada dekat permukaan, membuatnya sebagai sumber energi potensial yang dapat diandalkan.
Salah satu skema teknologi yang diajukan untuk memanen energi tersebut adalah layang-layang turbin yang diterbangkan pada ketinggian jet stream. Walaupun namanya layang-layang, bentuk turbin ini sama sekali tidak mirip layang-layang karena hanya berupa tangkai yang di keempat ujungnya memiliki baling-baling. Desain sederhana ini mampu menghasilkan listrik sampai 40 megawatt dan ditransmisikan ke jaringan di permukaan lewat tali penambatnya.
Beberapa kota besar di dunia yang memiliki potensi energi angin high altitude adalah Tokyo, New York, Sao Paulo, Seoul, dan Mexico City. "Kota yang dipengaruhi jet stream kutub seperti Tokyo, Seoul, dan New York, sumber angin high-altitude-nya amat luar biasa," kata Archer. "New York, yang memiliki kerapatan energi angin rata-rata tertinggi dibanding kota lain di Amerika, mempunyai kerapatan energi angin rata-rata sampai 16 kilowatt per meter persegi."
TJANDRA | SCIENCEDAILY