Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Kawanan Monyet Ekor Panjang Berkeliaran di Bandung Diperkirakan Menuju Wilayah Ini

image-gnews
Kawanan monyet ekor panjang yang memasuki kawasan permukiman di Kota Bandung. Cuplikan video netizen
Kawanan monyet ekor panjang yang memasuki kawasan permukiman di Kota Bandung. Cuplikan video netizen
Iklan

TEMPO.CO, Bandung - Petugas dari Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Barat masih memantau pergerakan sekelompok monyet ekor panjang yang berkeliaran di Kota Bandung. Gerombolan yang setidaknya berjumlah empat ekor itu diketahui masuk kota sepekan lalu.

“Monyet ekor panjang pagi ini terpantau pergerakannya di sekitar Cileunyi,” kata juru bicara BBKSDA Jawa Barat, Eri Mildranaya, Rabu 6 Maret 2024.

Daerah Cileunyi, Kabupaten Bandung, berada di kawasan timur Kota Bandung. Eri memperkirakan, kelompok monyet ekor panjang itu sedang mencari habitat baru di sekitar Gunung Manglayang atau Gunung Geulis di daerah Jatinangor, Kabupaten Sumedang.

Menurut Eri, perlu dukungan akademisi dari ahli monyet ekor panjang untuk memastikan pergerakan kelompok yang bermula dari Dago, di utara Kota Bandung, ini. Muncul dugaan, kelompok monyet itu berasal dari kawasan Taman Hutan Rakyat Ir. H. Djuanda yang areanya berada di daerah Dago Pakar hingga Maribaya, Lembang. 

“Secara detail diperlukan analisis akademik, namun dugaan awal diduga konflik antar kelompok monyet ekor panjang yang mengharuskan mereka mencari wilayah teritori baru,” ujarnya.

Kawanan monyet ekor panjang ini bergerak dengan cara menyusuri kabel-kabel listrik dan pepohonan serta atap rumah warga. Sejauh ini belum ada kabar atau laporan terkait kontak atau konflik antara kelompok monyet ekor panjang yang bergerak itu dengan warga di perkotaan.

Kurator Museum Zoologi Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati, Institut Teknologi Bandung (SITH ITB), Ganjar Cahyadi, mengimbau warga agar tidak mengganggu, menyudutkan, atau memberi makan kepada kawanan monyet ekor panjang itu bila mereka masuk ke permukiman. Tujuannya agar hewan tersebut tidak mengalami perubahan perilaku hingga mengancam manusia.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Pemberian makanan, kata Ganjar, bisa membuat monyet tidak lagi takut kepada manusia. Bahkan bisa terjadi sebaliknya, monyet mengemis hingga sampai mencuri makanan. “Selama tidak mengganggu dan membahayakan seperti mencakar atau menggigit, warga diimbau untuk membiarkan saja hewan tersebut,” ujarnya.

Ganjar juga mengingatkan, meski monyet ekor panjang tergolong primata arboreal atau sebagian besar hidupnya di atas pepohonan, mereka juga bisa berpindah di atas tanah. Monyet jenis ini juga disebutkannya sanggup berenang. 

Menurut Ganjar, ada tiga kemungkinan penyebab kelompok monyet itu masuk perkotaan. Pertama, kelompok monyet tersebut merasakan ada tanda bahaya dari alam sehingga menjauh dari habitatnya. Kedua yaitu sekelompok monyet itu mencari makan ke tempat lain karena makanan di tempat sebelumnya menipis. Adapun kemungkinan penyebab yang ketiga adalah kompetisi dengan kelompok monyet lainnya. 

Apabila penyebabnya adalah kompetisi antar kelompok, Ganjar melanjutkan, satu kelompok yang kalah akan menghindari kawasan sebelumnya. Jika ini yang terjadi, Ganjar menambahkan, "Bisa jadi kelompok monyet itu menganggap kawasan perkotaan sebagai tempat yang kosong atau tidak dikuasai oleh kelompok monyet lain."

Pilihan Editor: Tak Ada Deforestasi di Situs Proyek IKN, tapi Citra Satelit Ungkap Bahaya Ini 

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Gerhana Satelit Juga Bisa Lemahkan Layanan Starlink, Fenomena Apa Itu?

2 jam lalu

Satelit internet Starlink SpaceX di orbit. Kredit : SpaceX
Gerhana Satelit Juga Bisa Lemahkan Layanan Starlink, Fenomena Apa Itu?

Pakar ITB ungkap tiga kelemahan layanan Starlink, salah satunya kondisi ketika panel satelit tak bisa menangkap sinar matahari.


UKT Melambung, Selain UGM dan UI di PTN Mana Lagi? Di Unsoed kenaikan hingga 300-500 Persen

9 jam lalu

Mahasiwa Universitas Riau (Unri) kenakan almamater biru laut lakukan aksi unjuk rasa mengenai uang kuliah tunggal atau UKT dan Iuran Pengembangan Institusi (IPI) di depan Gedung Rektorat Unri pada Selasa, 14 Mei 2024. Foto: Karunia Putri / TEMPO
UKT Melambung, Selain UGM dan UI di PTN Mana Lagi? Di Unsoed kenaikan hingga 300-500 Persen

Protes kenaikan UKT terus terjadi di sejumlah PTN, antara lain di UI, UGM, Unri, Unsoed, ITB, USU, dan IAIN Syarif Hidayatullah.


Top 3 Tekno: ITB Naikkan Biaya Pendidikan Magister dan Doktor, Peningkatan Google Search, Aktivitas Gunung Slamet

2 hari lalu

Ilustrasi kampus ITB (Institut Teknologi Bandung). FOTO/ISTIMEWA
Top 3 Tekno: ITB Naikkan Biaya Pendidikan Magister dan Doktor, Peningkatan Google Search, Aktivitas Gunung Slamet

Topik tentang ITB menaikkan biaya pendidikan jenjang S2 dan S3 pada 2024 menjadi berita terpopuler Top 3 Tekno.


Selain UKT S1, ITB Naikkan Biaya Pendidikan Magister dan Doktor

3 hari lalu

Kampus ITB Jatinangor. Dokumentasi: ITB.
Selain UKT S1, ITB Naikkan Biaya Pendidikan Magister dan Doktor

Institut Teknologi Bandung (ITB) menaikkan biaya pendidikan jenjang S2 dan S3 atau magister dan doktoral pada 2024.


Setelah UKT Jenjang Sarjana, Biaya Pendidikan S2 dan S3 di ITB Juga Naik

3 hari lalu

Institut Teknologi Bandung. Istimewa
Setelah UKT Jenjang Sarjana, Biaya Pendidikan S2 dan S3 di ITB Juga Naik

Sebelumnya ITB menetapkan kenaikan uang kuliah tunggal (UKT) jenjang S1 atau sarjana pada sebagian mahasiswa baru.


Peserta sedang Sakit tapi Tetap Ingin Ujian, Pusat UTBK ITB Syaratkan Surat Dokter

4 hari lalu

Ilustrasi UTBK (ujian tulis berbasis komputer). TEMPO/Tony Hartawan
Peserta sedang Sakit tapi Tetap Ingin Ujian, Pusat UTBK ITB Syaratkan Surat Dokter

Sejauh ini, sejak UTBK mulai digelar 30 April lalu, ada tiga orang peserta ujian yang datang dalam kondisi sakit. Terkini sakit GERD.


Pendaftar UTBK 2024 dI ITB Berkurang, Panitia: Banyak Diterima di Jalur SNBP

4 hari lalu

Ilustrasi kampus ITB (Institut Teknologi Bandung). FOTO/ISTIMEWA
Pendaftar UTBK 2024 dI ITB Berkurang, Panitia: Banyak Diterima di Jalur SNBP

Pendaftar UTBK SNBT di ITB berkurang pada 2024. Ditengarai karena banyak calon peserta yang sudah diterima di jalur SNBP.


Duta Besar Masaki Yasushi Beri Penghargaan kepada Ketua Perhimpunan Alumni dari Jepang

5 hari lalu

Kedutaan Besar Jepang pada 14 Mei 2024 melaksanakan upacara pemberian penghargaan Kepala Perwakilan di Luar Negeri untuk Tahun Reiwa ke-6 (Paruh Pertama) kepada Perhimpunan Alumni dari Jepang (PERSADA) Jawa Barat yang dihadiri pihak-pihak terkait di Bandung. Sumber: dokumen kedutaan besar Jepang di Jakarta
Duta Besar Masaki Yasushi Beri Penghargaan kepada Ketua Perhimpunan Alumni dari Jepang

Perhimpunan Alumni dari Jepang (PERSADA) Jawa Barat telah berkontribusi mempromosikan hubungan persahabatan antara Jepang dan Indonesia.


ASI Bubuk Tidak Direkomendasikan Dokter Anak, Begini Niat Baik Dibalik Pembuatannya

5 hari lalu

Sampel purwarupa air susu ibu (ASI) dalam bentuk bubuk rintisan mahasiswa dan dosen ITB. (Dok.Tim)
ASI Bubuk Tidak Direkomendasikan Dokter Anak, Begini Niat Baik Dibalik Pembuatannya

Inovasi ASI bubuk oleh mahasiswa ITB dipicu oleh niat menciptakan solusi untuk wanita karier yang kerap kesulitan menyusui.


Rumah Dinas Wali Kota Bandung Dijadikan Objek Wisata Akhir Pekan

7 hari lalu

Rumah Dinas Wali Kota Bandung atau Pendopo (bandung.go.id)
Rumah Dinas Wali Kota Bandung Dijadikan Objek Wisata Akhir Pekan

Masyarakat atau wisatawan bisa mengunjungi Pendopo untuk wisata sejarah Kota Bandung, dibatasi 100 orang per hari.