Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

59,56 Persen Hutan Alam di Bumi Lenyap Akibat Sawit dan Hutan Tanaman

Editor

Avit Hidayat

image-gnews
Pemandangan udara terlihat dari kawasan hutan yang dibuka untuk perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Kapuas Hulu, Provinsi Kalimantan Barat, Indonesia, 6 Juli 2010. REUTERS/Crack Palinggi/File Foto
Pemandangan udara terlihat dari kawasan hutan yang dibuka untuk perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Kapuas Hulu, Provinsi Kalimantan Barat, Indonesia, 6 Juli 2010. REUTERS/Crack Palinggi/File Foto
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Sepuluh peneliti dari Beijing Normal University bersama beberapa laboratorium di Tiongkok baru-baru ini menerbitkan jurnal ihwal perubahan tutupan hutan alam di belahan bumi dalam medio 2001-2020. Penelitian mereka mendapati 59,56 persen hutan alam hilang diakibatkan alih fungsi untuk perkebunan sawit, hutan tanaman, dan sektor pertanian kehutanan.

“Alih fungsi tersebut juga mengakibatkan 77,13 persen hilangnya stok karbon biomassa akibat berkurangnya hutan yang beregenerasi secara alami,” tulis peneliti utama dari Beijing Normal University Hongtao Xu seperti dikutip dari Journal of Remote Sensing pada Senin, 18 Maret 2024. Jurnal Hongtao dipublikasi pada 12 Februari lalu dengan judul Changes in the Fine Composition of Global Forests from 2001 to 2020.

Penelitian mereka berfokus pada lanskap hutan yang terbentang di 6 benua, meliputi Afrika, Asia, Eropa, Amerika Utara, Oseania, dan Amerika Selatan. Mereka menggunakan data spasial pada resolusi 250 meter per pixel dalam kurun 2001-2020. Tingkat akurasinya 86,82 persen dengan melihat tutupan hutan alam; hutan tanaman dengan daur pemanenan mulai di bawah 15 tahun hingga lebih dari itu; perkebunan kelapa sawit; dan alih fungsi diakibatkan pertanian sektor kehutanan.

Laporan itu membeberkan dinamika kondisi hutan alam (NRF-NM), hutan alam beregenerasi dengan pengelolan (NRF-WM), hutan tanaman dengan rotasi lebih dari 15 tahun, hutan tanaman rotasi kurang dari 15 tahun, perkebunan sawit, dan pertanian. Beberapa hasilnya adalah hutan alam terbaik masih tersebar di wilayah hutan hujan tropis yang melintang di belahan bumi utara.

Temuan tersebut menggambarkan, luas hutan secara global yang hilang mencapai 2.127.300 kilometer persegi atau setara 212,73 juta hektare. Terjadi dalam kurun dua dekade, sejak 2001 hingga 2020. Hilangnya tutupan hutan ini disumbang lenyapnya hutan NRF-NM dan NRF-WM. Terbesar terjadi di Asia dengan mencapai 44 persen dan Amerika utara 29 persen.

Pada medio tersebut, penelitian juga memotret adanya peningkatan ekspansi perkebunan sawit seluas 205 ribu kilometer persegi atau setara 20,5 juta hektare. Sedangkan ekspansi terbesar yakni luasan pertanian yang mencapai 2.043.000 meter persegi setara 204,3 juta hektare. Ekspansi ini terjadi terutama di Brasil, Chili, Tiongkok, Indonesia, Vietnam, Thailand, dan Australia. Negara-negara tersebut menyumbang pembukaan lahan atas hutan alam dan bukan hutan.

“Peningkatan luas perkebunan kelapa sawit secara global 91,52 persen disumbang karena ada ekspansi di Asia,” tulis Hongtao. Ekspansi masif terjadi di negara-negara garis khatulistiwa. Mulai dari Indonesia yang menyumbang 62,93 persen, Malaysia 20 persen, Filipina 6,34 persen, dan Thailand 1,95 persen. Keempat negara ini juga menyumbang lebih dari 90 persen luas sawit global dalam tahunan.

Hematnya, perluasan hutan tanaman, perkebunan kelapa sawit, dan agroforestri menyumbang lebih dari separuh hilangnya hutan alam dan stok karbon biomassa akibat degradasi hutan yang beregenerasi secara alami. Kemudian perluasan hutan tanaman dengan rotasi lebih dari 15 tahun menyumbang 72,73 persen dari total hutan tanaman global. “Dan Tiongkok sendiri yang mendominasi perluasan ini.”

AVIT HIDAYAT

Baca Juga: Disorot NASA, Apakah Pembangunan IKN Merusak Lingkungan?

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Airlangga Klaim Amerika Dukung Penundaan UU Anti Deforestasi Uni Eropa

1 hari lalu

Pemandangan udara terlihat dari kawasan hutan yang dibuka untuk perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Kapuas Hulu, Provinsi Kalimantan Barat, Indonesia, 6 Juli 2010. REUTERS/Crack Palinggi/File Foto
Airlangga Klaim Amerika Dukung Penundaan UU Anti Deforestasi Uni Eropa

Amerika Serikat diklaim mendukung penundaan kebijakan UU Anti Deforestasi Uni Eropa yang dianggap merugikan sawit Indonesia.


Yayasan Pusaka: Deforestasi di Papua Periode Januari-Februari 2024 Seluas 765,71 Ha

31 hari lalu

Peta Distrik Sarmi, Papua. google.com
Yayasan Pusaka: Deforestasi di Papua Periode Januari-Februari 2024 Seluas 765,71 Ha

Yayasan Pusaka mengidentifikasi deforestasi di Papua Januari-Februari 2024 seluas 765,71 Ha meski Indonesia mendapatkan dana dari komunitas global.


Pengelolaan Hutan Didominasi Negara, Peneliti BRIN Usul Cegah Deforestasi melalui Kearifan Lokal

31 hari lalu

Pemandangan udara terlihat dari kawasan hutan yang dibuka untuk perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Kapuas Hulu, Provinsi Kalimantan Barat, Indonesia, 6 Juli 2010. REUTERS/Crack Palinggi/File Foto
Pengelolaan Hutan Didominasi Negara, Peneliti BRIN Usul Cegah Deforestasi melalui Kearifan Lokal

Masyarakat yang tinggal di sekitar hutan seringkali tidak mendapatkan hak akses yang cukup untuk memanfaatkan sumber daya di dalamnya.


Komitmen Iklim Uni Eropa Dipertanyakan, Kredit Rp 4 Ribu Triliun Disebut Mengalir ke Perusak Lingkungan

33 hari lalu

Uni Eropa menegaskan keinginan menolak komoditas yang dihasilkan dengan membabat hutan dan merusak lingkungan
Komitmen Iklim Uni Eropa Dipertanyakan, Kredit Rp 4 Ribu Triliun Disebut Mengalir ke Perusak Lingkungan

Sinarmas dan RGE disebut di antara korporasi penerima dana kredit dari Uni Eropa itu dalam laporan EU Bankrolling Ecosystem Destruction.


Tingkat Deforestasi Tinggi, Kawasan Hutan IKN Baru 16 Persen dari Target 65 Persen

33 hari lalu

Massa buruh membawa poster saat menggelar aksi di depan Gedung DPR RI, Jakarta, Selasa, 14 Maret 2023. Para buruh juga menuntut pemerintah untuk menghentikan obral tanah dan hutan untuk pembangunan Ibu Kota Negara (IKN). TEMPO/M Taufan Rengganis
Tingkat Deforestasi Tinggi, Kawasan Hutan IKN Baru 16 Persen dari Target 65 Persen

Kondisi hutan di IKN yang sudah ditetapkan sebagai kawasan lindung masih jauh dari kondisi ideal.


Mungkinkah Minyak Makan Merah Beri Ancaman Deforestasi Baru? Peneliti BRIN: Belum Tentu Semua Suka

37 hari lalu

Presiden Jokowi melihat kemasan minyak makan merah setelah meresmikan pabriknya di Deli erdang, Sumut, 14 Maret 2024.  Foto: BPMI Setpres/Kris
Mungkinkah Minyak Makan Merah Beri Ancaman Deforestasi Baru? Peneliti BRIN: Belum Tentu Semua Suka

Minyak makan merah lebih murah dan bernutrisi. Pabrik pertama telah diresmikan Presiden Joko Widodo di Deli Serdang, 14 Maret 2024.


Top 3 Tekno: Aktivitas Perusahaan Sukanto Tanoto di IKN, Deforestasi Kalimantan, Bencana Akibat Penggundulan Hutan

38 hari lalu

Presiden Joko Widodo meninjau langsung progres pembangunan Kantor Presiden di Kawasan Ibu Kota Nusantara (IKN), Provinsi Kalimantan Timur, Jumat, 1 Maret 2024. Presiden Jokowi mengecek pembangunan infrastruktur yang kini telah mencapai 74 persen tersebut. Foto: Muchlis Jr - Biro Pers Sekretariat Presiden
Top 3 Tekno: Aktivitas Perusahaan Sukanto Tanoto di IKN, Deforestasi Kalimantan, Bencana Akibat Penggundulan Hutan

Tiga artikel terkait IKN menjadi Top 3 Tekno Tempo pada hari ini. Berita terpopuler mengenai aktivitas perusahaan milik Sukanto Tanoto di IKN.


Temuan Kajian BRIN, Greenpeace dan Walhi soal Deforestasi Kalimantan: Parah Akibat IKN?

38 hari lalu

Aktivis Greenpeace, LBH Kalimantan Tengah, Save Our Borneo, dan Walhi Kalimantan Tengah meniru Presiden Joko Widodo saat berjalan di kawasan proyek food estate yang sedang dikerjakan Kementerian Pertahanan di Gunung Mas, Kalimantan Tengah. Aksi ini bertepatan dengan pertemuan COP28 di Dubai, Uni Emirat Arab yang juga dihadiri oleh Presiden Joko Widodo. Kredit: Jurnasyanto Sukarno/Greenpeace
Temuan Kajian BRIN, Greenpeace dan Walhi soal Deforestasi Kalimantan: Parah Akibat IKN?

Perubahan iklim dan pemanasan global diprediksi akan berdampak parahnya deforestasi di Pulau Kalimantan karena pembangunan IKN.


Data Potensi Bencana Tersebab Penggundulan Hutan IKN

39 hari lalu

National Aeronautics and Space Administrationcode (NASA) atau Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat menyoroti perubahan kawasan hutan di Kalimantan setelah adanya pembangunan Ibu Kota Nusantara atau IKN. Foto : NASA
Data Potensi Bencana Tersebab Penggundulan Hutan IKN

Infografis: Luasan degradasi lahan di wilayah inti IKN mencapai 2.464 hektare. Disinyalir menjadi biang atas kerusakan DAS.


Kajian Peneliti BRIN Ihwal Kekeringan Ekstrem di Kalimantan, Greenpeace: Dipicu Deforestasi

40 hari lalu

National Aeronautics and Space Administrationcode (NASA) atau Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat menyoroti perubahan kawasan hutan di Kalimantan setelah adanya pembangunan Ibu Kota Nusantara atau IKN. Foto : NASA
Kajian Peneliti BRIN Ihwal Kekeringan Ekstrem di Kalimantan, Greenpeace: Dipicu Deforestasi

Wilayah yang paling terdampak risiko kekeringan ekstrem, adalah Ibu Kota Negara atau Nusantara.