TEMPO.CO, Jakarta - Stasiun Klimatologi BMKG Jawa Barat memprakirakan potensi hujan yang masih tinggi di wilayah Jawa Barat pada dasarian atau sepuluh hari kedua antara 11-20 April 2024. Sekitar 90 persen wilayah masih akan hujan dengan kategori menengah hingga tinggi. Sementara hampir 10 persen daerah akan mengalami hujan dengan intensitas rendah.
Bedasarkan hasil pemantauan dasarian pertama April 2024, hujan sudah tidak lagi turun di beberapa daerah seperti utara Karawang dan Subang selama 21-30 hari atau termasuk kriteria panjang. Sementara 56,8 persen wilayah di Jawa Barat sudah tanpa hujan antara 1-5 hari. Sejauh ini belum terjadi kekeringan ekstrem yang berlangsung lebih dari 60 hari tanpa hujan.
Pada dasarian kedua April, daerah utara Bekasi, Karawang, Subang, Indramayu, Cirebon diprediksi mengalami hujan kategori rendah 0-50 milimeter per dasarian. Begitu pula di selatan Sukabumi dan Cianjur, serta daerah perbatasan sekitar Kota dan Kabupaten Tasikmalaya, Banjar, Ciamis, dan Pangandaran.
Adapun kategori hujan tinggi antara 150-300 milimeter per dasarian diprakirakan terjadi di Kota Bekasi, Depok, Bogor, sebagian Sukabumi, Cianjur, Kabupaten Bekasi dan Karawang, Purwakarta, dan wilayah Bandung Raya.
Menurut Kepala Stasiun Klimatologi BMKG Jawa Barat Rakhmat Prasetia, potensi hujan ringan hingga lebat pada 11-18 April 2024 dipengaruhi faktor suhu muka laut di sekitar perairan Indonesia yang relatif hangat. “Gelombang atmosfer tipe Kelvin dan Equatorial Rossby diprakirakan aktif di wilayah Jawa Barat pada pertengahan pekan,” katanya lewat keterangan tertulis, Rabu 10 April 2024.
Adapun siklon tropis Olga masih terpantau di Samudra Hindia barat daya Sabu, Nusa Tenggara Timur dengan kecepatan angin maksimum 40 knots atau 74 kilometer per jam. Siklon tropis Olga diprediksi bergerak ke arah barat daya dengan kecepatan 5 knots atau 9 kilometer per jam. Siklon tropis Olga bergerak menjauhi wilayah Indonesia.
Dampak secara tidak langsung dari siklon tropis ini di wilayah Jawa Barat adalah membentuk daerah belokan angin, perlambatan kecepatan angin, dan daerah pertemuan angin. Adapun labilitas atmosfer secara umum bervariasi dari kategori ringan hingga kuat.
ANWAR SISWADI