TEMPO.CO, Jakarta - Badai geomagnetik yang diakibatkan oleh aktivitas Badai Matahari kembali terjadi tahun ini yang dimulai sejak Jum'at, 10 Mei disebut akan memberi dampak bagi beberapa aktivitas di bumi.
Dilansir dari Antara, Badan Kelautan dan Atmosfer Nasional (NOAA) Amerika Serikat mengkonfirmasi bahwa adai geomagnetik langka dan kuat yang terjadi dalam beberapa waktu kedepan dapat memicu pemadaman listrik di seluruh dunia.
Badan itu mendeteksi kemunculan badai geomagnetik dengan kekuatan ekstrem atau skala tertinggi G5 ini terakhir terjadi pada Oktober 2003. Sehingga para pejabat NOAA mengatakan mereka belum pernah mengeluarkan peringatan sebesar ini selama lebih dari dua dekade.
Adapun penyebab dari badai geomagnetik karena dipicu oleh letupan massa korona (CME) Matahari, yaitu lontaran besar partikel bermuatan listrik dan plasma ke luar angkasa. Ketika menghantam medan magnet Bumi, partikel itu menyebabkan gangguan sementara pada magnetosfer Bumi, yang kemudian memicu badai geomagnetik.
Menurut ilmuwan, badai geomagnetik yang dahsyat dapat mematikan listrik dan peralatan elektronik di seluruh dunia. Hal ini pernah terjadi pada 2003 yang memadamkan listrik di Swedia dan merusak trafo-trafo di Afrika Selatan.
"Badai geomagnetik dapat berdampak pada infrastruktur di orbit dekat Bumi dan di permukaan Bumi, berpotensi mengganggu komunikasi, jaringan listrik, navigasi, operasi radio, dan satelit," kata NOAA berdasarkan artikel Anadolu, sebagaimana dikutip dari Antaranews.
Dampak badai geomagnetik ini telah terbukti pada satelit Starlink yang merupakan cabang dari SpaceX milik juragan Elon Musk. Pada Sabtu, 11 Mei, Starlink mengalami gangguan akibat badai geomagnetik tersebut.
Hal itu disampaikan oleh Elon Musk melalui postingan di akun X @elonmusk. Ia menyebut bahwa Starlink berada di bawah banyak tekanan akibat badai geomagnetik, namun sejauh ini masih bisa bertahan.
Meski mengganggu beberapa aktivitas di bumi, namun, peristiwa anomali ini menawarkan kesempatan langka bagi warga di Amerika Serikat untuk melihat Aurora Borealis atau "Cahaya Utara". Mereka yang tinggal di wilayah selatan Amerika Serikat seperti Alabama dan California Utara kemungkinan juga bisa melihat fenomena langka itu.
Para ilmuwan menyebut Aurora Borealis disebabkan oleh gangguan pada magnetosfer Bumi, yang menembakkan jilatan api dan awan partikel magnetik yang dipancarkan oleh Matahari ke luar angkasa.
Badai elektromagnetik yang kuat dan besar itu menerangi langit dengan semburan warna yang menakjubkan dengan gradasi antara warna merah muda, hijau, dan ungu. Selain di Amerika Serikat, Aurora juga muncul di berbagai negara Eropa seperti Jerman, Italia, Belanda, dan UK. Beberapa orang membagikan pemandangan cantik dari Aurora yang mereka lihat melalui media sosial seperti X, Instagram, dan Tiktok.
Untuk mengantisipasi dampak badai G5 (badai matahari) itu, NOAA telah memperingatkan para operator pembangkit listrik dan badan antariksa di seluruh dunia untuk mengambil tindakan pencegahan.
TWITTER | ANTARANEWS
Pilihan editor: Satelit Starlink Milik Elon Musk Terganggu Akibat Badai Matahari, Begini Penjelasannya