Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Riset AI di Dunia Pendidikan, Mayoritas Jawaban ChatGPT Tak Terdeteksi oleh Penguji

Reporter

Editor

Agoeng Wijaya

image-gnews
Ilustrasi kecerdasan buatan atau AI. Dok. Shutterstock
Ilustrasi kecerdasan buatan atau AI. Dok. Shutterstock
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Pengembangan teknologi kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) semakin kencang. Pemanfaatannya pun meluas ke berbagai sektor untuk membantu manusia di level yang belum pernah terbayangkan. Namun demikian, di tengah seabreg sisi positifnya, AI telah meningkatkan kekhawatiran atas beragam bentuk penyimpangan dalam penggunaannya. 

Penggunaan AI di dunia pendidikan termasuk yang menjadi perhatian banyak kalangan. AI telah meningkatkan risiko atas isu keaslian jawaban ataupun karya tulis peserta didik. Pada satu sisi, AI diyakini belum cukup mampu menggantikan manusia dalam hal gaya penalaran. Namun di sisi lain, manusia pada kenyataannya juga tak mudah mengidentifikasi hasil karya AI, termasuk jawaban ujian. 

Hasil riset terbaru University of Reading, Inggris, membuktikannya. Penguji tak mendeteksi sekitar 94 persen dari tugas ujian universitas yang dibuat menggunakan ChatGPT. “Rata-rata, respons AI memperoleh nilai lebih tinggi dibandingkan respons siswa kami yang sebenarnya,” kata Peter Scarfe, Associate Professor pada Schol of Psychology and Clinical Language Sciences, University of Reading, seperti dikutip Tempo dari New Scientist, Selasa, 16 Juli 2024.

Scarfe dan timnya menggunakan ChatGPT untuk menjawab 63 pertanyaan ujian pada lima modul di program studi sarjana psikologi University of Reading. Ujian ini mencakup soal dengan jawaban singkat dan esai panjang. Para mahasiswa mengerjakan ujian ini di rumah, sehingga mereka diperbolehkan melihat catatan dan referensi—mereka juga berpotensi menggunakan AI meskipun hal ini tidak diizinkan.

Naskah yang dikerjakan menggunakan AI tersebut kemudian disisipkan bersama tugas yang dikirimkan mahasiswa. Para penilai tidak diberi informasi bahwa mereka sedang memeriksan pekerjaan dari 33 "mahasiswa palsu" yang namanya bahkan juga dihasilkan oleh ChatGPT.

Hasilnya mencengangkan. Di semua modul, hanya 6 persen pekerjaan AI yang ditandai oleh penilai sebagai kemungkinan bukan karya asli mahasiswa. Beberapa modul bahkan sama sekali tak ada karya yang ditandai sebagai naskah mencurigakan. 

Scarfe mengatakan, teknologi AI saat ini cenderung kesulitan pada aspek penalaran yang lebih abstrak dan terintegrasi ke dalam informasi. Namun, di antara 63 jawaban AI, ada peluang 83,4 persen bahwa karya kecerdasan buatan tersebut mengungguli karya siswa.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Para peneliti mengklaim bahwa riset mereka ini sebagai studi terbesar dan terkuat yang pernah dilakukan. Kendati hanya memeriksa karya pada program studi psikologi di University of Reading, Scarfe yakin hasil riset ini akan menjadi perhatian seluruh sektor akademis. "Saya tidak punya alasan untuk berpikir bahwa bidang studi lain tidak akan menghadapi masalah yang sama," kata Scarfe.

Menurut Scarfe, menangani permasalahan ini pada sumbernya hampir mustahil dilakukan. Artinya, kata dia, dunia pendidikan harus mempertimbangkan kembali bagaimana cara mereka menilai. "Saya pikir sektor tersebut secara keseluruhan harus mengakui fakta bahwa kita harus membangun AI ke dalam penilaian yang kita berikan kepada siswa kita," kata dia.

Thomas Lancaster, peneliti komputasi pada Imperial College London, Inggris, sudah bisa menebak hasil akhir riset ini. AI, kata dia, dapat menghasilkan respons yang terdengar masuk akal untuk pertanyaan tekstual yang sederhana dan terbatas. "Ini menunjukkan bahwa penilaian tanpa pengawasan termasuk jawaban singkat selalu rentan terhadap kecurangan," kata Lancaster yang dikenal sebagai pakar urusan integritas dan plagiarisme di dunia akademik. 

Menurut Lancaster, beban kerja akademikus yang diharapkan untuk menilai pekerjaan para siswa juga tidak membantu kemampuan mereka untuk mendeteksi kecurangan AI. "Penilai pertanyaan jawaban singkat yang dibatasi waktu sangat tidak mungkin memunculkan kasus pelanggaran AI begitu saja," kata dia. "Saya yakin ini bukan satu-satunya institusi yang mengalami hal ini."

NEW SCIENTIST

Pilihan Editor: Perusahaan Konservasi Menang Gugatan atas Pencabutan Izin oleh KLHK

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Facebook Punya AI, Berikut Fitur yang Menarik untuk Dicoba

9 jam lalu

Fitur AI Facebook. Foto: Canva
Facebook Punya AI, Berikut Fitur yang Menarik untuk Dicoba

Fitur AI Facebook tidak hanya memperkaya pengguna, namun juga memudahkan pengguna untuk menciptakan sejumlah konten kreatif.


Ketahui 3 Cara Menggunakan Gemini AI dan Manfaatnya dalam Bisnis

9 jam lalu

Google mengembangkan teknologi chat AI bernama Google Gemini. Chat AI ini digadang-gadang menjadi saingan ChatGPT. Ini informasinya. Foto: Google
Ketahui 3 Cara Menggunakan Gemini AI dan Manfaatnya dalam Bisnis

Cara menggunakan gemini AI menjadi salah satu informasi yang menarik untuk diketahui. Berikut ini informasinya.


5 Cara Kenali Akun Bot AI yang Merajalela di Medsos dan Aplikasi Pesan

20 jam lalu

Pemberian label akun robot oleh Twitter. Foto: Twitter
5 Cara Kenali Akun Bot AI yang Merajalela di Medsos dan Aplikasi Pesan

Ada beberapa cara yang dapat membantu mengidentifikasi akun bot AI. Berikut 5 cara yang bisa digunakan.


3 Cara Membuat Video AI Hug yang Viral di TikTok dan Instagram

1 hari lalu

Cara membuat AI hug yang viral. Foto: Canva
3 Cara Membuat Video AI Hug yang Viral di TikTok dan Instagram

Cara membuat video AI hug yang viral di sosial seperti TikTok dan Instagram. Tren ini bisa mengobati rasa rindu pada orang yang sudah meninggal.


IBM Sebut AI Bantu Korporasi Pangkas Jejak Karbon, Berikut 3 Caranya

1 hari lalu

Google Cloud memperkenalkan empat inovasi kecerdasan buatan (AI) baru untuk membantu peritel mentransformasi proses pemeriksaan etalase di toko mereka. (Google)
IBM Sebut AI Bantu Korporasi Pangkas Jejak Karbon, Berikut 3 Caranya

IBM menyatakan bantuan AI bukan hanya untuk keuntungan dan kemudahan bisnis, namun juga untuk aspek keberlanjutan.


Klaim Harga Paling Kompetitif, Tecno Pasarkan Phantom V Fold2 dan Flip2 Mulai dari Afrika

1 hari lalu

PHANTOM V Fold2 dan PHANTOM V Flip2. Instagram/TECNO MOBILE
Klaim Harga Paling Kompetitif, Tecno Pasarkan Phantom V Fold2 dan Flip2 Mulai dari Afrika

Berikut ini spesifikasi, kemampuan AI, sampai harga dari Tecno Phantom V Fold2 dan V Flip2


Terungkap Alasan Megawati Usulkan Adanya Hukum Internasional terkait Penggunaan AI

1 hari lalu

Presiden ke-5, Megawati Soekarnoputri, saat memberi kuliah umum di Hari Ulang Tahun ke-300 Universitas Saint Petersburg, Rusia, pada Senin, 16 September 2024. Megawati menyampaikan kuliah bertema Tantangan Geopolitik dan Pancasila sebagai Jalan Tata Dunia Baru kepada mahasiswa di universitas tersebut. Foto: Humas PDIP
Terungkap Alasan Megawati Usulkan Adanya Hukum Internasional terkait Penggunaan AI

Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri mengajak negara-negara di dunia segera menyusun hukum internasional yang mengatur penggunaan Artificial Intell


Megawati Usulkan Adanya Hukum Internasional untuk Mengatur Penggunaan AI

2 hari lalu

Presiden ke-5, Megawati Soekarnoputri, saat memberi kuliah umum di Hari Ulang Tahun ke-300 Universitas Saint Petersburg, Rusia, pada Senin, 16 September 2024. Megawati menyampaikan kuliah bertema Tantangan Geopolitik dan Pancasila sebagai Jalan Tata Dunia Baru kepada mahasiswa di universitas tersebut. Foto: Humas PDIP
Megawati Usulkan Adanya Hukum Internasional untuk Mengatur Penggunaan AI

Megawati Soekarnoputri mengajak negara-negara di dunia segera menyusun hukum internasional yang mengatur penggunaan Artificial Intelligence (AI). Kenapa?


Chatbot AI WhatsApp akan Punya Suara Figur Terkenal, Ada Seleb dan Influencer

2 hari lalu

Aplikasi WhatsApp. REUTERS/Thomas White
Chatbot AI WhatsApp akan Punya Suara Figur Terkenal, Ada Seleb dan Influencer

Fitur chatbot AI pada WhatsApp akan diisi suara dari figur terkenal, dari influencer hingga seleb. Ada opsi suara dengan aksen berbeda.


Tentang Film Dokumenter Whats Next? The Future With Bill Gates

2 hari lalu

Bill Gates pernah menduduki urutan puncak dalam daftar orang terkaya di dunia mulai 1995 hingga 2017 versi majalah Forbes. Namun demikian, pemilik Microsoft tersebut tidak lagi menduduki peringkat pertama sejak 2017 karena Gates menyumbangkan sebagian besar uangnya ke yayasan miliknya, Bill and Gates Foundation. REUTERS
Tentang Film Dokumenter Whats Next? The Future With Bill Gates

Serial film dokumenter taipan Bill Gates ini akan dirilis di Netflix pada 18 September 2024.