TEMPO.CO, Jakarta - Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) memiliki peranan penting dalam perekonomian nasional. Menurut Badan Statistik Nasional, UMKM setidaknya menyumbang 61 persen pendapatan nasional dan telah menyerap 97 persen tenaga kerja pada 2023. Hal itu berkelindan dengan jumlah UMKM di Indonesia yang telah mencapai 66 juta UMKM pada 2023. Dari 66 juta tersebut, 1.8 juta di antaranya adalah UMKM yang menjual produk makanan.
Salah satu hal penting dalam memasarkan produk UMKM adalah brand atau kemasan produk. Sebuah produk dengan kemasan yang menarik dapat meningkatkan harga jual dan juga penjualan. Hal itu diungkapkan oleh Dosen Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Teknologi Bandung (FSRD ITB) Bima Nurin dalam pematerian mengenai identitas visual untuk memasarkan produk UMKM di Kabupaten Pangkajaene dan Kepulauan (Pangkep), Sulawesi Selatan pada Selasa, 6 Agustus 2024.
“Identitas visual berfungsi menjadi pembeda, memberi kesan, dan mengandung informasi yang bercerita dalam produknya. Karena itu, identitas visual menjadi penting dalam produk UMKM,” jelas Bima.
Selain dapat meningkatkan harga, menurut Bima terdapat fungsi lain dari identitas visual yang berguna bagi pelaku UMKM ketika hendak memasarkan produknya. Dosen yang salah satu karya visualnya terpampang menjadi ornamen di sepanjang pembatas Jalan Layang Pasupati Kota Bandung ini menambahkan bahwa hal paling penting dan mendasar dalam pemasaran produk UMKM terhadap konsumen terletak di gambar yang mengemas produk tersebut.
“Identitas visual terutama gambar, menjadi senjata utama agar produk UMKM dibeli banyak orang,” kata Bima.
Zamzami Almakki menyampaikan materi mengenai Tanda dan Makna dalam Kemasan dalam Pelatihan Identitas Visual untuk UMKM di Pangkep. Foto: Tim Dosen FSRD ITB
Hal senada juga disampaikan oleh Zamzami Almakki. Dia menyebut bahwa desain kemasan merupakan nyawa dari berbagai produk, terutama produk makanan. Sebuah produk tanpa kemasan akan menutup potensi keuntungan yang bisa didapatkan oleh penjual.
“Misal orang lain tanya, itu beli di mana, konsumen yang pertama kali beli itu akan kesulitan menjelaskan jika suatu produk makanan tidak memiliki label desain kemasan yang menarik dan informatif. Produk tanpa kemasan itu serupa mayat tanpa nama,” kata dia dalam keterangannya kepada Tempo.
Menurut Zamzami, prinsip desain kemasan yang baik adalah kesesuaian dengan target pasar yang dituju. Desain kemasan, kata Zamzami, haruslah sesuai dengan budaya setempat, memiliki tatanan bahasa yang tepat dan akurat, logis secara visual, dan dirancang secara kompetitif.
Zamzami mengatakan penyertaan foto pada produk dapat menyampaikan informasi lebih baik daripada ilustrasi. Keterbatasan foto dalam mengkonotasikan karakteristik produk dapat disokong oleh ilustrasi. Penggunaan keduanya dapat saling melengkapi disesuaikan dengan kebutuhan. Dia juga menyinggung soal penggunaan huruf
“Huruf dalam kemasan merupakan unsur utama secara verbal yang dapat dengan mudah dipahami oleh kebanyakan orang. Catatan penting dalam memilih huruf adalah utamakan keterbacaan dan kejelasan dari jenis huruf ketimbang kebutuhan estetik sehingga bias informasi dapat teratasi dengan baik,” katanya.
Berdasarkan catatan Dinas Komunikasi, Informatika, Statistik dan Persandian Kabupaten Pangkep, jumlah UMKM di daerah tersebut mencapai hampir 54 ribu per 2021. Hasil survei tim ITB menunjukkan bahwa sebanyak 88 persen pelaku UMKM di Pangkep membutuhkan informasi untuk berinovasi dalam memasarkan produknya. Hal tersebut diamini oleh Rabiah, salah satu peserta pelatihan tersebut.
“Kami sebagai pelaku UMKM memerlukan pengetahuan tentang literasi visual, karena suka kebingungan bagaimana kemasan produk kami bisa lebih menjual di pasaran,” kata Rabiah yang mengaku menempuh satu jam perjalanan dari rumahnya demi mengikuti pelatihan ini.
Ketua program pelatihan Acep Iwan Saidi mengatakan kegiatan ini merupakan kerja sama antara Kelompok Keahlian Literasi Budaya Visual (KK LBV) FSRD ITB dan DPRD Pangkep Sulawesi Selatan serta Dinas Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga Pangkep. Acep berharap langkah ini dapat meningkatkan pemahaman literasi visual untuk membantu memasarkan produk UMKM di Pangkep.
“Pangkep merupakan daerah 3T yang nantinya akan jadi salah satu daerah yang dekat dengan Ibu Kota Nusantara (IKN). Kami dari ITB berharap pelatihan ini bisa jadi motivasi para pelaku UMKM untuk berani bersaing. Keberanian itu bisa dimulai dari melakukan pengemasan desain yang menarik untuk produknya masing-masing,” kata Acep.
Pilihan Editor: Begini Arti di Balik Robot Material daur Ulang yang Menampang di Kampus ITV Jatinangor