TEMPO.CO, Jakarta - Para ilmuwan di Jepang belakangan menerbitkan peringatan dini soal risiko gempa bumi besar, menyusul bermagnitudo 7,1 di Miyazaki. Gempa yang mengguncang dari lepas pantai Pulau Kyushu, Shikoku dan Kinki pada 8 Agustus lalu itu disoroti karena berkaitan dengan Megathrust Nankai.
Zona megathrust merupakan istilah untuk jalur subduksi lempeng bumi yang sangat panjang, tapi relatif dangkal. Di zona tersebut, sumber gempa berasal dari tumbukan lempeng di kedalaman dangkal, sehingga berpotensi memicu tsunami besar dan menyebabkan kerusakan dahsyat di pesisir pantai.
Megathrust Nankai memiliki palung bawah laut sepanjang 800 kilometer yang membentang dari Shizouka, area sebelah barat Tokyo, hingga ujung selatan Pulau Kyushu. Zona ini masih dalam status seismic gap atau belum mengalami guncangan besar selama puluhan bahkan ratusan tahun terakhir.
Yang kemudian membuat para ilmuwan khawatir adalah proses akumulasi medan tegangan atau stress kerak bumi yang ada di Megathrust Nankai. Gempa M7,1 di Miyazaki dikhawatirkan hanya sebagai pemicu atau pembuka gempa dahsyat yang selama ini masih “tidur”.
Palung Nankai memiliki beberapa segmen megathrust. Jika seluruh tepian patahan tersebut tergelincir sekaligus, para ilmuwan Jepang memperkirakan palung laut tadi bisa menghasilkan gempa berkekuatan hingga M9,1.
Nah, bagaimana pengaruh ancaman gempa dahsyat di Jepang terhadap lempeng-lempeng tektonik di Indonesia?
Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Daryono, menyebut deformasi batuan dalam skala besar di Megathrust Nankai tidak akan berdampak terhadap lempeng tektonik di Indonesia. “Karena jaraknya yang sangat jauh, dan biasanya dinamika tektonik yang terjadi hanya berskala lokal hingga regional pada sistem Tunjaman Nankai,” ucapnya melalui keterangan tertulis, Senin, 12 Agustus 2024.
Yang harus diwaspadai oleh masyarakat di Asia Tenggara justru tsunami yang mengekor gempa besar tersebut. Lindu yang besar dan dangkal memicu patahan dengan mekanisme naik atau thrust fault yang dapat mengganggu kolom air laut. Artinya adalah gejala tsunami.
“Tentu saja hal ini perlu kita waspadai, karena tsunami besar di Jepang dapat menjalar hingga wilayah Indonesia,” tutur dia.
Tim BMKG meminta masyarakat tidak khawatir karena perkembangan informasi di Jepang terus dipantau secara realtime. Pemerintah Indonesia juga mengelola sistem permodelan tsunami yang diperkuat dengan prosedur antisipasi dini.
Selain itu, kekhawatiran para peneliti di Indonesia bukan soal Megathrust Nankai. Indonesia juga memiliki beberapa zona megathrust yang tergolong sebagai seismic gap, yakni Megathrust Selat Sunda dan Megathrust Mentawai-Suberut.
Menurut Daryono, gempa besar di dua segmen megathrust itu tinggal menunggu waktu saja. “Karena di kedua wilayah tersebut sudah ratusan tahun belum terjadi gempa besar," kata tuturnya.
Pilihan Editor: Profesor ITB Bikin Serum Anti-aging dari Membran Cangkang Telur