TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengklaim bersihnya udara di Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara dengan indeks kualitas udara yang lebih baik dibanding ibu kota negara lainnya.
Klaim soal udara bersih itu disampaikan Jokowi ketika mengajak Wakil Presiden Ma'ruf Amin, Menteri Pertahanan yang juga Presiden terpilih Prabowo Subianto, serta para menteri Kabinet Indonesia Maju meninjau area embung di IKN, Kalimantan Timur, sebelum melaksanakan sidang kabinet pada Senin pagi, 12 Agustus 2024.
"Ya pertama saya ingin Pak Wapres, Pak Prabowo dan semua menteri merasakan betapa bersihnya udara di pagi hari di IKN. Tadi kita cek untuk air quality index-nya 6, padahal maksimal itu 50 di ibu kota negara lain," kata Jokowi.
Dia menambahkan bahwa kualitas udara di IKN sangat bersih dan baik untuk kesehatan. Jika dibandingkan dengan Singapura yang memiliki indeks kualitas udara di angka 53, indeks kualitas udara di IKN hanya berada di angka 6.
Menanggapi klaim tersebut, Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) menganggapnya sebagai pencitraan. Manajer Kampanye Tata Ruang dan Infrastruktur Walhi Dwi Sawung mengatakan, bahwa membandingkan Singapura yang sudah berpenghuni dengan IKN yang belum ada aktivitas, bukan suatu yang pas.
"Saat ini bersih karena belum ada aktivitas, cuma pembangunan dan dibatasi juga orang yang ke sana. Nanti kalo udah ada aktivitas belum tentu juga masih bersih," kata Sawung dihubungi Tempo, Senin, 12 Agustus 2024.
Menurut Sawung, udara bersih di IKN karena aktivitas pemerintah belum berjalan. "Aparat sipil negara saja belum ada yg secara resmi berkantor dan pindah bersama keluarga ke sana," kata dia.
Sawung memprediksi ketika secara resmi pemerintahan pindah ke IKN, maka emisi pun bakal tinggi sehingga menurunkan indeks kualitas udara. "Dari membuat jalan tol saja itu terlihat nanti emisinya akan tinggi, karena prioritas bangun jalur untuk mobil," ungkapnya.
Menurut dia, perbandingan yang dilakukan Jokowi sama saja membandingkan kualitas udara di Istana Negara di Jakarta dengan Istana Cipanas. "Ini kan sama saja bilang di Istana Cipanas yang dekat Taman Nasional Gede Pangrango udaranya lebih segar," kata Sawung.
Selain Wahli, Greenpeace Indonesia juga menyebutkan klaim Jokowi tentang kualitas udara IKN tidak relevan. Apalagi, kata Pengkampanye Urban Justice Greenpeace Indonesia, Jeanny Sirait, jika membandingkan secara langsung kualitas udaranya dengan ibu kota negara lain seperti Singapura.
Secara logika, menurut Jeanny, tidak mungkin pembangunan yang begitu masif di wilayah inti IKN tidak berdampak pada polusi udara di sekitar wilayah IKN. Ia menjelaskan jika kualitas udaranya lebih bersih dari pada wilayah ibu kota negara lain atau pasti lebih bersih dari Jakarta, itu karena IKN belum aktif sebagai ibu kota negara yang baru, tidak seperti ibu kota negara lain atau Jakarta.
"Sehingga tidak bisa cepat disimpulkan udaranya akan tetap bersih," kata Jeanny kepada Tempo, Selasa, 13 Agustus 2024.
Menurut dia, faktanya yang terjadi kualitas udara yang dikatakan bersih itu tidak dialami oleh warga sekitar IKN. Fakta ini, kata Jeanny, menunjukkan Pemerintahan Jokowi hanya fokus pada situasi di wilayah inti IKN yang akan ditempati oleh pejabat pemerintahan saja.
"Hal ini lagi-lagi hanya akan mengulang permasalahan ketidakadilan pembangunan sebagaimana terjadi di Jakarta selama puluhan tahun," ungkapnya.
MICHELLE GABRIELA | IRSYAN HASYIM
Pilihan Editor: Greenpeace Sebut Jokowi tentang Kualitas Udara IKN Tidak Relevan