TEMPO.CO, Ternate - Banjir bandang di Kelurahan Rua, Kota Ternate, Maluku Utara, ternyata dipicu tingginya tingkat erosi air permukaan pada material batuan dan tanah di kawasan puncak Gunung Gamalama. Ketua Tim Gerak Tanah Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Oktory Prambada, mengatakan sebagian besar Pulau Ternate merupakan kawasan yang memiliki tipe tanah aliran bahan rombakan.
“Infiltrasi air permukaan, dan curah hujan yang berlebih, pada material endapan aluvial ini yang kemudian memudahkan terjadinya pergerakan pada lereng yang relatif curam,” katanya melalui keterangan tertulis, Selasa, 27 Agustus 2024.
Merujuk peta geologi, ujar Oktory, kawasan gunung api itu masuk dalam endapan letusan litoral dan endapan aliran piroklastika. Endapan ini tersusun oleh breksi gunung api litik dan tuf—sebutan untuk material hasil letusan yang menjadi batuan—serta breksi berkomposisi andesit-dasit. Kawasan yang sama juga berisi fragmen lontaran erupsi gunung api berbentuk kerak roti.
Batuan dan tanah pada lereng tengah dan atas Gunung Gamalama merupakan bekas material lama yang mengendap. Material itu terendap oleh banjir bandang di masa lampau. “Bila dilihat dari bentukan morfologi lama kipas aluvial,” tutur Oktory.
Peta zona gerakan tanah milik PVMBG Maluku Utara juga menunjukkan bahwa Kelurahan Rua masuk area kerentanan gerakan tanah menengah. Wilayah ini memiliki proporsi kejadian gerakan tanah lebih besar dari 15 persen sampai dengan 30 persen dari total populasi kejadian.
Pada zona ini, Oktory meneruskan, gerakan menengah pada tanah dapat terjadi, terutama pada wilayah yang berbatasan dengan lembah sungai, gawir alias lereng curam, tebing pemotongan jalan, serta pada lereng yang mengalami gangguan. Tim PVMBG mengimbau masyarakat di zona rentan agar mengungsi ke tempat yang lebih aman untuk sementara waktu.
“Gerakan tanah lama dan baru dapat terjadi atau aktif kembali jika dipicu oleh curah hujan tinggi atau gempa bumi,” ucap dia.
Wali Kota Ternate, Tauhid Soelaiman, memastikan lembaganya selalu berkomunikasi dengan berbagai instansi terkait antisipasi banjir bandang di Kecamatan Ternate Pulau. Regulator Ternate masih berfokus melanjutkan evakuasi dan pencarian korban. “Semua informasi tentu akan kami dengar.”
Hingga Selasa siang ini, masih ada 39 kepala keluarga atau 139 jiwa yang tercatat sebagai korban terdampak banjir bandang. Tim gabungan mencatat 25 unit rumah warga dan sejumlah fasilitas publik rusak berat. “Semua tim masih di lapangan,” ujar Tauhid.
Pilihan Editor: Viral Kaesang-Erina Gudono Naik Jet Pribadi, Fitur Mewah Apa yang Ditawarkan Penerbangan Privat?