TEMPO.CO, Jakarta - Gempa megathrust kini menjadi topik perbincangan utama di media sosial berpekan-pekan. Terutama karena diprediksi akan mengguncang Indonesia dan berpotensi menyebabkan tsunami.
Gempa megathrust adalah jenis gempa bumi yang terjadi akibat pertemuan dua lempeng tektonik di zona subduksi, yaitu wilayah di mana satu lempeng tektonik terdorong ke bawah lempeng lainnya, umumnya di dasar lautan.
Gempa ini terjadi karena lempeng-lempeng ini terus bergerak dan saling bersinggungan, namun pada titik tertentu, mereka bisa terjebak saat bersentuhan. Penumpukan regangan yang melebihi gesekan antar lempeng ini akhirnya menyebabkan gempa megathrust. Ketika gempa besar ini terjadi di laut, ia memiliki potensi besar untuk memicu tsunami.
Di Indonesia, terdapat beberapa zona megathrust yang terprediksi dan termasuk dalam zona subduksi aktif. Zona-zona ini meliputi Subduksi Sunda yang mencakup wilayah Sumatera, Jawa, Bali, Lombok, dan Sumba, serta Subduksi Banda, Subduksi Lempeng Laut Maluku, Subduksi Sulawesi, Subduksi Lempeng Laut Filipina, dan Subduksi Utara Papua.
Ada juga tiga segmentasi megathrust di Samudra Hindia selatan Jawa, yang meliputi segmen Jawa Timur, Jawa Tengah-Jawa Barat, dan Banten-Selat Sunda. Segmentasi ini memiliki potensi untuk memicu gempa besar dengan magnitudo yang diperkirakan mencapai 8,7.
Dilansir dari Antara, Kepala Bidang Penanganan Kedaruratan Bencana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Tengah, Muhammad Chomsul, menyatakan bahwa ada empat wilayah di Jawa Tengah yang berpotensi terdampak gempa megathrust, yaitu Purworejo, Wonogiri, Cilacap, dan Kebumen. Masyarakat di wilayah-wilayah ini diimbau untuk tetap waspada dan mengikuti perkembangan informasi dari pihak berwenang guna mengantisipasi dampak yang mungkin terjadi.
Dinukil dari Jurnal Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, di sepanjang pantai selatan Jawa, khususnya di wilayah-wilayah seperti Pelabuhan Ratu, Pangandaran, Pacitan, dan Banyuwangi, terdapat risiko tinggi terhadap gempa megathrust yang bisa memicu tsunami. Meski belum ada gempa besar terbaru yang tercatat di wilayah ini, penelitian menunjukkan bahwa ancaman tsunamigenik di sepanjang pantai selatan Jawa adalah nyata.
Penelitian ini menggunakan data baru dari katalog Sistem Peringatan Dini Tsunami Indonesia (InaTEWS) dan Pusat Seismologi Internasional (ISC) untuk menyelidiki potensi gempa megathrust dan tsunami di selatan Jawa.
Dari analisis data seismik dan GPS selama enam tahun, hasilnya menunjukkan adanya defisit longsor yang signifikan, yang bisa menjadi pemicu gempa bumi di masa depan. Hasil ini juga digunakan untuk memodelkan ketinggian gelombang tsunami yang bisa terjadi, yang memperkuat urgensi adanya sistem peringatan dini yang efektif.
ANTARA | UMY
Pilihan editor: Gempa Yogya dari Zona Megathrust dan Aksi Kawal Putusan MK, Wisudawati UI di Top 3 Tekno