TEMPO.CO, Ternate - Lembaga masyarakat dan praktisi bidang geologi di Maluku Utara menyarankan Pemerintah Kota Ternate menyusun pedoman atau langkah dini mitigasi bencana untuk masyarakat, terutama yang berada di arena rawan bencana. Selain banjir bandang di Kelurahan Rua pada pekan lalu, masih ada beberapa kategori bencana yang mengancam Pulau Ternate.
Direktur Yayasan Anak Halmahera Indonesia, Abdullah Abubakar, mengatakan Kota Ternate juga dihantui potensi tanah longsor, gelombang pasang dan tsunami, serta erupsi gunung api. Kategori bencana ini ada masuk pemetaan dalam rencana tata ruang wilayah (RTRW) Kota Ternate.
Pedoman siaga diperlukan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap bencana. “Hasilnya masyarakat tidak kaget bila bencana tiba,” katanya kepada Tempo, Senin, 2 September 2024.
Bila mengutip dokumen RTRW Kota Ternate 2012-2032, ada tiga kawasan bencana gunung api. Yang pertama adalah daerah rawan tipe I dengan luas 1.028 hektare (Ha)), meliputi Kelurahan Dufa-dufa, Tabam, Tubo dan Togafo. Di dalam area itu juga ada kawasan aliran Barangka atau kali mati, seperti kelurahan Kulaba, Bula, Tobololo, Takome, Loto, Taduma, Dorpedu, Kastela dan Toboko; kemudian serta kawasan pada radius 4,5 kilometer (Km) dari kawah Gunung Gamalama.
Ada pula kawasan rawan Tipe II dengan total luas 1.525 Ha di sungai atau barangka, meliputi Kelurahan Sulamadaha, Sungai Togorara, Sungai Kulaba, Sungai Sosoma, Sungai Ruba, Sungai Telawa, Sungai Toreba, Sugai Piatoe, Sungai Taduma dan Sungai Kastela. Selain itu ada juga Kelurahan Tubo, Tafure, Kulaba, Tobololo, Takome, Loto, Foramadiahi, Marikurubu (alias lingkungan air tege tege dan Tongole), Buku Bendera Kelurahan Moya, lalu area dalam radius 3,5 Km dari kawah.
Untuk daerah rawan kategori III—seluas 1.121 Ha—meliputi sebagian sungai Fitu, sungai Piatoe, Sungai Toreba, Sungai Takome, sungai Sosoma, Sungai Ruba, Sungai Kulaba, sungai Togorara, lalu kawasan dalam radius 2,5 Km dari kawah.
Ketua Ikatan Ahli Geologi (IAGI) Maluku Utara, Abdulkadir Arif, mengatakan isu kebencanaan dan lingkungan seharusnya masuk dalam dokumen perencanaan pembangunan di Kota Ternate. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), kata dia, harus menjadi yang terdepan dalam penanganan bencana.
“Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Ternate harus diboboti atau lebih banyak menyangkut dengan kebencanaan ini,” katanya.
Ujung Evakuasi Banjir Bandang Rua
Satu korban banjir bandang Kelurahan Rua, Kota Ternate, berhasil ditemukan dan dievakuasi tim gabungan menjelang petang pada Ahad, 1 September 2024. Penemuan jenazah ini berlangsung pada periode perpanjangan tiga hari yang diminta oleh Pemerintah Kota Ternate, pasca-banjir bandang Kelurahan Rua.
Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Abdul Muhari, mengatakan operasi pencarian dan evakuasi ditutup setelah semua korban hilang, yang berjumlah 19 orang, ditemukan tim gabungan. “Satu korban meninggal dunia yang baru saja ditemukan akan dirujuk ke instalasi medis setempat, untuk mengidentifikasi korban," kata Muhari.
Pilihan Editor: AIPKI Keluarkan Pernyataan Sikap Terkait Pemberhentian Prodi Anestesi dan Dekan FK Undip