TEMPO.CO, Jakarta - Alfina Milatul Khoiroh, mahasiswa dari Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga (Unair) berhasil lolos program Indonesian International Student Mobility Awards (IISMA). Saat ini ia tengah menempuh studi di University of Waterloo Kanada hingga Desember mendatang.
Dara yang akrba disapa Fina ini mengaku tertarik untuk exchange karena University of Waterloo terkenal sebagai salah satu universitas paling inovatif di Kanada. Tawaran pengalaman belajar lintas disiplin antara ilmu sosial dan sains juga menjadi alasan Fina memilih universitas asal Kanada itu.
"Saya memilih University of Waterloo karena kampus ini tidak hanya inovatif, tetapi juga memiliki komunitas yang sangat beragam, sehingga saya bisa bertemu orang-orang dari berbagai latar belakang budaya dan negara," ucap Fina melalui keterangan tertulis, Selasa, 10 September 2024.
Selama menjalani program tersebut, Fina mengaku mendapatkan banyak pengalaman baru. Komunitas kampus yang sangat beragam membuatnya bertemu berbagai orang dengan latar belakang yang beragam.
"Saya bertemu banyak orang dari berbagai budaya, jadi bisa berdiskusi tentang perbedaan dan kesamaan budaya kami. Selain itu, sistem pembelajaran di sini juga berbeda. Meskipun tidak ada presensi di setiap kelas, mahasiswa tetap aktif datang karena motivasi mereka yang tinggi untuk belajar," ungkapnya.
Menurut Fina, salah satu hal yang menarik adalah adanya sesi tutoring, di mana mahasiswa dapat berdiskusi dengan teaching assistant dan mahasiswa lainnya untuk memperdalam pemahaman materi yang diajarkan.
"Aksesibilitas untuk mendapatkan informasi sangat terbuka, baik secara online maupun offline, sehingga tidak perlu khawatir tentang mencari materi," kata dia.
Selama berada di University of Waterloo. Fina terlibat dalam berbagai kegiatan akademik, termasuk riset, analisis film, dan analisis sejarah dunia, yang merupakan perpaduan antara ilmu sosial dan sains.
Selain itu, Fina juga aktif dalam kegiatan student club dan akan berpartisipasi dalam acara promosi budaya Indonesia. Dalam hal ini, ia juga turut berkolaborasi dengan salah satu student club di kampus tersebut.
Program ini juga membantu Fina untuk mempersiapkan karier impiannya di bidang riset, khususnya dalam kajian psikologi sastra. "Dengan terlibat langsung dalam riset, saya bisa mengetahui kekuatan dan kelemahan saya dalam bidang tersebut. Tidak hanya itu, saya juga dapat memperluas pemahaman dalam bidang riset yang sesuai minat saya," katanya.
Setelah menyelesaikan program ini, Fina berharap dapat lebih yakin dengan jalur karier yang ingin ditempuhnya. "Saya berharap bisa menemukan career path yang pasti. Dalam hal ini, saya akan membangun networking profesional untuk karier masa depan," katanya.
Fina juga berencana menerapkan ilmu yang ia peroleh dalam penulisan skripsi di Unair. "Pengalaman riset dan belajar di sini akan sangat membantu dalam analisis untuk skripsi saya nanti. Apalagi teori yang saya gunakan berbasis psikologi," ujar Fina dengan penuh semangat.
Meski telah terbiasa dengan budaya Barat melalui studi sastra Inggris, Fina mengaku masih merasa sedikit asing dengan beberapa aspek. "Salah satu yang bikin aku shock culture adalah konsep daylight saving di Kanada. Matahari di sini bisa terbenam pukul 9 malam, jadi rasanya sore hari masih sangat terang," katanya.
Namun, Fina menganggap pengalaman ini sangat menarik, terutama karena ini adalah kali pertama dirinya pergi ke luar negeri. "Setiap hal yang saya lakukan di sini merupakan pengalaman pertama, termasuk proses mencari solusi dengan berdiskusi dan bertanya kepada orang lain. Semua kegiatan yang saya jalani di sini sangat berkesan," ucapnya.
Pilihan Editor: BMKG: Jakarta Berpotensi Hujan Ringan dan Sedang Siang Hari, Malam Berawan