TEMPO.CO, Jakarta - Perusahaan Telegram tiba-tiba menghapus pernyataan dari halaman FAQ-nya yang menyebutkan jika obrolan pribadi dilindungi dan bahwa "kami tidak memproses permintaan apa pun yang terkait dengan obrolan tersebut."
Dilansir dari The Verge, perusahaan aplikasi pesan media sosial ini membuat perubahan kebijakan diduga dikaitkan dengan penangkapan CEO mereka Pavel Durov oleh otoritas pemerintah Prancis. Perubahan ini terjadi hampir dua minggu setelah Durov ditangkap karena diduga membiarkan "aktivitas kriminal berlangsung tanpa hambatan di aplikasi pengiriman pesan tersebut.”
Keterangan yang dihimpun oleh The Verge, juru bicara Telegram Remi Vaughn secara resmi memberikan tanggapan mereka dengan mengatakan kode sumber aplikasi tersebut tidak berubah. Dirinya menyebut jika obrolan pribadi masih dijaga privasinya, meskipun begitu pengguna selalu dapat melaporkan obrolan masuk baru kepada moderator dengan menggunakan Blokir kemudian Laporkan.
“Siapa pun dapat memeriksa kode sumber terbuka Telegram dan melihat tidak ada perubahan,” tulis Vaughn.
Beberapa perubahan tersebut tampaknya sudah mulai berlaku: halaman Tanya Jawab perusahaan telah berubah dalam 24 jam terakhir. Ambil satu bagian yang berjudul, “Ada konten ilegal di Telegram. Bagaimana cara menghapusnya?”
Hingga tanggal 5 September, tanggapan Telegram terhadap pertanyaan tersebut berbunyi, “Semua obrolan Telegram dan obrolan grup bersifat privat di antara para pesertanya. Kami tidak memproses permintaan apa pun yang terkait dengan obrolan tersebut.”
Namun, kalimat tersebut sempat dihapus dan sebagai gantinya, kalimat-kalimat tersebut berbunyi “Semua aplikasi Telegram memiliki tombol 'Laporkan' yang memungkinkan anda menandai konten ilegal untuk moderator kami, hanya dengan beberapa ketukan,” diikuti dengan petunjuk tentang cara melaporkan pesan.
Saluran pers Telegram tidak segera menanggapi pertanyaan tentang bahasa apa yang dihapus itu atau bagaimana cara menangani permintaan tersebut.
Penangkapan Pavel
Pihak berwenang Prancis menangkap Durov pada 24 Agustus 2024 sesaat setelah Pavel tiba di bandara usai kunjungannya di Azerbaijan. Penangkapan ini sebagai bagian dari investigasi terhadap aktivitas kriminal di Telegram dan dugaan kurangnya kerja sama dengan penegak hukum.
Otoritas peradilan minggu lalu menempatkan pendiri teknologi berusia 39 tahun ini di bawah penyelidikan resmi atas 12 tuduhan, beberapa diantaranya seperti, menyediakan layanan kriptografi untuk penjahat dan keterlibatannya dalam menjalankan platform online yang memungkinkan terjadinya transaksi terlarang, gambar-gambar pelecehan seksual anak, perdagangan narkoba, dan penipuan.
Penangkapan dan dakwaan Durov telah menimbulkan perdebatan yang sebenarnya telah lama terjadi tentang keseimbangan antara kebebasan berbicara, privasi, dan bahaya yang ditimbulkan oleh polisi di dunia maya.
Para pendiri teknologi dan pendukung kebebasan internet, termasuk pemilik X, Elon Musk, dan pengungkap fakta Edward Snowden, telah mengutuk kasus ini dan menganggapnya sebagai ancaman terhadap kebebasan berekspresi.
CEO Telegram Pavel Durov mengkritik pihak berwenang Prancis yang mengajukan tuntutan kriminal yang 'salah kaprah' terhadapnya dan bukannya melakukan pendekatan kepada perusahaannya untuk menyampaikan keprihatinannya dalam komentar publik pertamanya sejak penahanannya.
Komentar Pavel
Dalam sebuah posting di Telegram pada Kamis, 5 September 2024, Durov mengatakan "mengejutkan" saat tahu bahwa ia dapat dianggap bertanggung jawab secara pribadi atas kegiatan ilegal yang dilakukan oleh orang lain di platform media sosial dan perpesanannya.
"Jika sebuah negara tidak puas dengan layanan internet, praktik yang sudah mapan adalah memulai tindakan hukum terhadap layanan itu sendiri," tulis pengusaha teknologi kelahiran Rusia ini.
"Menggunakan hukum dari era pra-smartphone untuk menuntut seorang CEO atas kejahatan yang dilakukan oleh pihak ketiga pada platform yang dikelolanya adalah pendekatan yang salah kaprah.”
Pilihan editor: CEO Telegram Pavel Durov Diciduk di Prancis, Bagaimana Update Kasusnya?