TEMPO Interaktif, Jakarta - Dalam layar lebar, Velociraptor digambarkan sebagai dinosaurus ganas yang menggunakan cakar besarnya untuk membabat dan mengeluarkan isi perut mangsanya. Tumpahan darah yang disebabkan oleh cakar dinosaurus itu memang membuat film tersebut lebih menarik. Namun, sebuah tim riset menduga cakar itu sebenarnya berfungsi untuk memanjat.
Phillip Manning, ilmuwan dari University of Manchester, Inggris, dan timnya menggunakan pemindai sinar-X terhadap fosil dari periode Cretaceous Akhir, yakni 144 juta sampai 65 juta tahun lampau). Mereka menggunakan informasi dari material pada cakar burung hantu modern untuk membuat model kuku Velociraptor yang berbentuk sabit itu.
Velociraptor dan dromaeosaurid lainnya adalah binatang bipedal atau bergerak dengan kedua kaki dan bertubuh ringan serta memiliki kekerabatan dengan burung modern. Sebuah studi pada 2007 menemukan bahwa Velociraptor mempunyai bulu, meski diperkirakan mereka tak bisa terbang.
Uji penekanan terhadap model itu memperlihatkan bahwa cakar melengkung itu beradaptasi dengan baik untuk memanjat karena kuku itu resistan terhadap tekanan yang timbul dalam sebuah bidang longitudinal, dalam hal ini disebabkan oleh gravitasi. "Ujung cakar berfungsi sebagai unsur menusuk dan mencengkeram, dan bagian cakar lainnya dapat menyalurkan tekanan itu pada tulang," kata Manning dan timnya dalam jurnal Anatomical Record.
Dalam riset sebelumnya pada 2006, Manning dan timnya menggunakan sebuah rekonstruksi hidrolik terhadap tungkai dromaeosaurid untuk menyanggah anggapan ilmuwan lain yang menyatakan cakar melengkung itu efektif untuk mengeluarkan isi perut mangsanya.
Studi terbaru ini menemukan bahwa cakar tersebut mempunyai ambang batas tekanan patah yang amat tinggi. "Sehingga menguatkan dugaan bahwa Velociraptor mampu mendukung bobot tubuhnya dengan bertumpu pada daerah kontak yang kecil ketika memanjat," kata Manning. Mereka juga menduga dinosaurus itu bisa bertengger seperti apa yang dilakukan burung modern di atas pohon.
Tetapi bukan berarti cakar itu sama sekali tak menakutkan. Cakar binatang yang telah punah itu diduga juga memiliki peran dalam menangkap mangsa. "Geometri cakar dromaeosaurus menyebabkan cakar berputar ketika ditekan jauh ke dalam tubuh mangsa," kata Manning. Mereka berspekulasi bahwa ligamen mirip roda gerigi juga membantu membuat cakar menancap dalam, memungkinkan dinosaurus menggunakan bobot badannya untuk mengunci cakar secara pasif dan membiarkan rahangnya menyelesaikan tugas untuk membunuh si binatang buruan.
TJANDRA DEWI | LIVESCIENCE